Our Destiny [END]

SherlyayaPutri08 által

3.2M 518K 230K

Nemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun... Több

1. Allard & Ares
2. Panti Asuhan
3. Allard Papa Beneran
4. Tentang Fitnah
5. GGM
6. Allard Kesurupan!
7. Ribut
8. Kisah Ares
9. Pacar Allard!
10. Lintang Curiga
11. Adik Allard?
12. Bolos
13. Mama
14. Good Papa
RAGA
INSTAGRAM
15. Hukuman
16. Clarisaa
17. Allard-Seina
18. Tentang Mereka
19. Allard & Clarisaa
20. Marah & Kecewa?
21. Drama Keluarga
22. Benalu
23. Tanpa Ares?
24. Problem
25. Cemburu?
26. Allard & Ares
27. Tentang Seina
28. Rumah Sakit
29. Marah?
30. Lalai
31. Berubah
32. Sayang?
33. Kenapa?
34. Mama Seina?
35. Stay Friends
36. Pecah
37. Janji
39. Happy Birthday Sei
40. ARESS?!
41. Mama Aurel
42. Teman?
43. Masalah
44. Permainan
45. Play Game
46. Kebenaran
47. Same Father
48. Pertentangan
49. Rencana
50. Pertemuan
51. Rasa Sakit
52. Permintaan Maaf
53. Jalan-Jalan
54. Pelaku
55. Pelaku 2
56. Kecewa
57. Putus
END
RAGA
EXTRA PART
OUR DESTINY AU

38. Rumah Sakit

39.3K 7.7K 4.2K
SherlyayaPutri08 által

Emang gak ada part mereka jadian. Tapi mereka tu tipenya kaya, yaudah. Saling suka, mau gimanapun ya gitu. Apalagi Allard yang udah nembak. Gak usah jaim jaim. Gitulah

Kek, mau diakuin pacar apa kagak yang penting pede dulu.

****

"Satu dua tiga."

"Lu ngapa sih anjir?" tanya Lintang gedeg pada Rio yang menghitung dari tadi.

"Ngitung kacang," balas Rio cuek.

Allard yang ada disana hanya diam menatap Erlan tajam. Sedangkan Erlan yang ditatap tampak santai memakan nasi goreng tak menghiraukan Allard sama sekali.

Oke, Allard mengerti ucapan Seina semalam. Mungkin saja Erlan tak tau masalah ini. Tapi dia benar-benar masih kesal dengan cowok itu.

"Lard lo kenapa? Sante aja dong natepnya, mata lo mau copot!" ujar Andra menabok lengan Allard keras.

"Lihatin orang nggak tau diri."

Mereka menganga mendengar perkataan Allard. Nareh yang duduknya menghadap Allard mengernyit. "Gua?" tanyanya bingung.

"WAH ANJIR!! LO GELUD SAMA SI ERLAN?!" teriak Lintang yang langsung paham.

Kini meja mereka menjadi perhatian anak-anak dikantin. Lintang langsung melotot tajam. "GAK USAH KEPO LU PADA!!"

"Ya Allah, Allard. Inget, lo dulu kecilnya main sama siapa. Pasti pernah mandi bareng."

"Ngapa yang itu sih goblok," umpat Rio pada Lintang.

"Kenapa? Lo berdua punya masalah apa?" tanya Naresh serius. Tatapanya beralih mencibir kala Allard hanya menatap mereka sinis dan Erlan yang anteng-anteng makan.

"Ya terserah sih, yang penting inget ajalah. Lo berdua itu temenan, jangan sampai masalah sepele ngehancurin persahabatan. Gitu aja," ujar Naresh menasehati.

Erlan menaruh sendoknya dengan sedikit keras. Cowok itu menyingkirkan piring yang sudah kosong. Lalu pergi berlalu begitu saja membuat mereka yang ada di meja hanya terdiam.

"Masalah serius ya Lard?" tanya Rio melihat gelagat Erlan.

Allard hanya mengedikkan bahu acuh.

****

"Kamu tunjukin foto Seina sama foto perempuan yang saya kasih ke Ibu itu. Dan kalau dia benar-benar ngaku, bawa kesini. Saya gak nyusul, males. Diluar kota kan?" Allard menyingkir untuk mengangkat telfon.

"Siap."

Mata Allard menajam, mematikan ponselnya saat telfon sudah berakhir. Cowok itu menghampiri Erlan yang berada didepan loker.

"Lo tau rasanya?"

Erlan tampak kaget. Cowok itu menoleh. Menaikkan satu alisnya menanggapi.

"Orang yang gue percaya dari dulu ternyata kaya gini."

"Gue?" sinis Erlan.

Allard menghela nafas. "Oke, mungkin bukan elo. Gimana dengan keluarga lo? Mereka yang selalu bilang bakal ngerawat gue, menyayangi gue, dan tiba-tiba gue tau kalau mereka ada sangkut pautnya sama kematian Mama," ujar Allard berat.

"Gue tau keadaan keluarga kita sama Lan. Sama-sama hancur. Bedanya gue udah nggak punya orang yang selalu ada buat gue. Mama. Dan lo masih punya Bunda kan?" Allard berujar dengan nada iri. Cowok itu masih menatap Erlan dengan tenang.

"Gue tau kenapa lo mati-matian jagain Aurel karena suruhan Papa. Kenapa? Lo takut kalau kebusukan keluarga lo kebongkar?"

Erlan menutup pintu loker dengan keras. Cowok itu menatap Allard tajam. Menepuk bahu Allard pelan.

"Seenggaknya gue bukan lo yang langsung nyimpulin sesuatu dengan emosi kan?"

****

"Sei, mau kemana?"

Seina menoleh, membenarkan tumpukan buku yang dibawanya. "Biasa, ngebabu," jawab Seina membuat Candra tertawa.

Cowok itu menyamai langkah Seina, "susah banget ngedeketin elo," curhat Candra.

"Lah kenapa? Ini lo disamping gue. Deket dong?" gurau Seina. Meski gadis itu juga masih bingung dengan perkataan Candra.

"Si babi."

"Lo ngatain gue?!" kaget Seina.

"Maksud gue si Allard anjir, bukanya ngatain elu. Ngatain Allard," ujar Candra membenahi.

Seina terkekeh. "Allard kenapa?"

"Tau sendiri gimana sensinya dia sama gue," ujar Candra mengadu.

Seina diam sesaat, Candra mengernyit heran kala Seina menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Candra heran.

"Lo emang dulu punya masalah apa sama Allard?" tanya Seina. Menatap tajam Candra. "Jujur gak? Clarisaa ya?" Ragu Seina.

Candra menimang-nimang sebentar. Tersenyum meledek. "Emang kenapa kalau emang Clarisaa?" goda Candra.

"Gapapa."

Merasa Candra tak ingin menanggapi ucapanya. Seina melanjutkan langkah dengan raut sebal.

"Allard sama Clarisaa masih punya hubungan kan?"

Seina tersentak. "Hubungan apa? Nggak deh," bantahnya.

Candra tersenyum tipis. "Gue kira masih. Soalnya dia masih peduli banget sama Clarisaa kan. Jagain dia maybe."

"Iya kali," ujar Seina menjadi kesal. Padahal dia sendiri yang meminta Candra untuk bercerita.

"Gue inget sih gimana Allard bela-belain jagain Clarisaa. Dulu dia punya masalah sama Kakak gue, sama Clarisaa, gitu lah. Makanya jagain Clarisa gitu banget. Sayang aja malah ditinggal ke luar negri."

"Ditinggal keluar negri?" Oke, Seina sudah dengar cerita tentang Clarisaa dari Allard. Tapi rasanya beda saat Candra menceritakan kejadian lama mereka. Kenangan.

"Iya. Lo nggak tau?"

"Tau kok," balas Seina memilih menyudahi oblrolan.

Candra tersenyum miring. Langkah mereka berhenti tepat didepan ruang guru. Sebelum Seina masuk, cowok itu menahan lengan Seina.

"Sei."

"Apa?" tanya Seina.

"Awalnya gue main-main," ujar Candra. "Tapi kayaknya gue serius mulai sekarang."

Seina mengernyit. "Main-main tentang apa?"

Candra tersenyum manis. "Tentang lo."

*****

"Allard!"

Seina menghentikan langkahnya didepan Allard. Gadis itu tersenyum manis.

"Kenapa?" tanya Allard. Membenarkan tas ransel dipundaknya.

"Gitu amat," wajah Seina yang awalnya sumringah kini berubah murung.

Allard terkekeh, tanganya terangkat mengusap rambut Seina pelan. "Pulang sendiri gak papa kan?" tanya Allard. Cowok itu mengambil helm yang berada diatas jok motornya.

"Biasanya juga gitu," balas Seina langsung.

"Lo lembut banget sekarang," ejek Allard.

"Kasar salah, lembut salah." Seina mendengus sebal.

"Clarisaa masih di rumah sakit ya Lard?" tanya Seina pelan.

Allard mengangguk. Cowok itu mengembalikan helm miliknya keatas motor. Menarik Seina menuju gerbang utama.

"Gue cariin ojek."

Seina tersenyum tipis. Dia tak perlu bertanya Allard akan kemana. Karena dia yakin Allard pasti akan mengunjungi Clarissaa. Dia tak ingin membahasnya, apalagi mengingat Clarisaa yang sedang sakit. Percuma jika meminta Allard tidak kesana.

Gadis itu sama sekali tak merespon ucapan Allard yang menembaknya kemarin menggunakan ucapan. Tapi dari perlakuanya kepada Allard aja itu sudah jelas. Dan Seina yakin bahwa Allard juga sadar tentang hal itu.

"Pak ojek!!" Teriak Allard pada tukang ojek lewat.

"Sini," ujar Allard menarik Seina pelan.

"Jangan sampai lecet," peringat Allard tajam pada tukang ojek laki-laki itu.

Seina menghela nafas, naik keatas motor sambil melambaikan tangan ke Allard.

"Daahhh," ujar Seina sambil tersenyum.

Allard hanya mengangguk, mengambil uang bewarna biru dari sakunya. "Nih Pak," Allard memberikan uang tersebut pada tukang ojek.

Cowok itu menghela nafas melihat Seina yang sudah bergerak pulang. Ponselnya berdering membuat Allard menjangkaunya. Nama yang tertera membuat Allard malas, tapi dia tau itu penting.

"Saya akan ke rumah sakit. Kita bicara disana Allard. Saya tunggu kamu."

****

Langkah kaki Allard dengan tenang menyusuri lorong rumah sakit. Cowok itu berhenti di depan ruang rawat Clarisaa. Dari jendela saja Allard sudah melihat Papa Clarisaa duduk di sofa yang tersedia.

Allard membuka pintu ruang rawat, tatapan matanya mengarah ke Clarisaa yang tampak memunggungi Rico, Papanya.

Laki-laki paruh baya itu langsung berdiri menghampiri Allard. "Kita bicara di luar." Tegasnya.

Menghampiri Clarisaa, tanganya dengan lembut mengusap lengan gadis itu. "Papa mau bicara sama Allard dulu," ujarnya.

Allard baru sadar jika Clarisaa tidak tidur saat gadis itu menepis tangan Rico. Tanpa basa-basi, Allard mengikuti langkah Rico untuk keluar ruang rawat. Mereka duduk di bangku depan.

"Mamanya Clarisaa mana?" tanya Allard.

Rico menghela nafas. "Dia saya ajak kesini tadi, tapi menolak. Dia akan kesini nanti," ujarnya.

"Lard, saya mohon sama kamu."

Allard mengernyit. "Apa?"

"Selama ini Clarisaa hanya dekat sama kamu, kamu tau sendiri kan Lard? Dia benar-benar menolak saat kami ingin bercerai. Kamu bisa kasih pengertian sama dia?"

Allard menghela nafasnya lelah. "Wajar. Kalian cuma ngurus pekerjaan terus-terusan tanpa mikir kalau kalian masih punya anak yang ditinggal. Dan tiba-tiba pulang cuma mau kasih kabar cerai?"

"Gak semua hubungan bertahan dengan mulus Allard."

"Terserah," sahut Allard sebal. "Ternyata sifatnya sama kaya Papa."

"Maksud kamu?"

"Sama-sama selalu nelantarin anak."

Allard berdiri kembali masuk ke ruang rawat Clarisaa. "Sa, udahlah. Lo kalau mikirin hidup bisa mati. Kebanyakan mikir, stress," ujar Allard langsung. Lelah dengan Clarisaa yang hanya mendiamkanya dari kemarin.

Clarisaa membalikan tubuhnya, matanya berkaca-kaca. "Lard," panggilnya.

"Papa selingkuh."

Cowok itu tersentak. "Apaan?" tanya Allard kaget.

"Dia bilang ke gue," ujar Clarisaa lirih. Gadis itu mencoba untuk bangun dari tidurnya. "Apasih kurangnya Mama?" isak Clarisaa.

Allard terdiam, masih syok. Cowok itu paham apa yang dirasakan Clarisaa sekarang. Biar bagaimanapun, perselingkuhan di hubungan orangtua benar-benar menyakitkan untuk seorang anak.

Papa kandung Clarisaa telah meninggal beberapa tahun lalu. Dan Mamanya menikah lagi dengan Rico. Meskipun begitu, Allard tau Rico menyayangi Clarisaa juga. Tapi entah bagaimana cara pria paruh baya itu berfikir.

Tangan Allard terulur memeluk Clarisaa. Mulutnya tetap diam tanpa berbicara satu patah katapun. Jujur dia sendiri bingung bagaimana cara menenangkan gadis itu.

BRAAKK

"Permisi."

Allard langsung tersentak kaget melihat Seina yang dengan santainya membuka pintu rumah sakit. Cowok itu melepaskan pelukanya dengan Clarisaa. Berjalan menuju Seina yang tersenyum manis membawa buah-buahan.

"Sei," ujar Allard. Menarik tangan Seina untuk keluar.

"Lo sama siapa?" tanya Allard langsung.

"Sendiri," balas Seina.

Tatapn Allard menuju bangku yang diduduki Rico tadi. "Lo lihat bapak-bapak tadi gak?" tanya Allard menunjuk bangku itu.

"Bapak siapa dah," balas Seina malas. "Gue mau jenguk Clarisaa. Minggir," ketus Seina menyingkirkan tangan Allard yang masih memegang tanganya.

"Sei," cegah Allard.

"Apaan sih?"

"L-lo lihat tadi?"

Yang dimaksudkan Allard adalah saat dia memeluk Clarisaa tadi. Yang jelas-jelas Allard tau bahwa Seina melihat itu.

Seina tak menjawab. Tapi tatapan tajam dan menusuk gadis itu membuat Allard meneguk ludahnya kasar. Allard melepaskan tangan Seina. Membiarkannya masuk ke ruang rawat.

"Sa, lo gak papa?" tanya Seina pelan. Gadis itu menaruh buah-buahan yang dia bawa ke atas nakas.

Clarisaa menghapus air matanya. Membenarkan posisi duduknya. Gadis itu hanya mengangguk menanggapi Seina.

"Iya lah, kan dijagain Allard."

Allard yang berdiri dibelakang Seina menggeleng pelan mendengar perkataan gadis itu yang terkesan menyindir. Matanya menatap Clarisaa yang tampak tersinggung dengan ucapan Seina.

"Permisii."

Mereka menoleh kala suster membawakan makanan rumah sakit untuk Clarisaa. "Dimakan ya Mbak," ujarnya. "Setelah itu diminum obatnya."

Setelah suster tadi pergi, Allard dengan sigap mengambil makanan untuk menyuapi Clarisaa.

"Gue aja," gumam Seina dengan nada mengancam setelah menepuk tangan Allard keras.

Allard hanya mencibir, membiarkan Seina mengambil wadah makanan tadi dari tanganya.

"Gak papa kan?" tanya Seina pada Clarisaa.

"Lard, Papa mana?" tanya Clarisaa menghiraukan Seina.

"Oiya," gumam Allard. "Sei, jagain bentar," pinta Allard pada Seina. Setelahnya cowok itu keluar dari ruang rawat menyisakan Clarisaa dan Seina saja.

Keadaan menjadi hening, Seina mengambil sendok dari wadah. Berniat menyuapkan makanan ke Clarisaa.

"Gue bisa sendiri," ujar Clarisaa datar.

Seina tersenyum tipis, "nih," ujarnya menaruh makanan tadi di pangkuan Clarisaa.

Gadis itu melihat sekeliling. "Lo belum boleh pulang ya?" tanya Seina.

"Ngapain kesini?"

Tatapan lembut Seina berubah sinis saat Clarisaa berkata dengan nada tak suka. "Jenguk, lo gak lihat?" sarkas Seina.

Sama-sama memiliki sifat ganda.

"Gue gak butuh," ujar Clarisaa kasar. Makanan yang dipangkunya tadi dia kembalikan keatas nakas.

"Dibaikin ngelunjak," gumam Seina kesal.

Clarisaa tersenyum sinis. "Lo kesini mau ngapain? Cuma mau ngeledekin gue? Kenapa? Cemburu Allard lebih perhatian sama gue daripada sama lo?" pancing Clarisaa.

Seina memutar bola mata malas. "Sa, gue kesini baik baik. Sama sekali gak mau cari masalah. Kenapa respon lo malah gitu?"

Tangan Seina mengambil makanan yang berada diatas nakas, berniat memberikanya pada Clarisaa lagi.

"Lo itu perusak tau gak?"

Seina tetap diam tak menanggapi.

"Kalau lo sama sekali gak ada, mungkin Allard masih sama gue saat gue balik!" teriak Clarisaa.

"Salah sendiri pergi," cibir Seina berusaha menahan emosi.

"Gue kehilangan semuanya. Keluarga? Sahabat? Allard bahkan lo ambil. Bisa nggak sih lo lepasin dia buat gue lagi."

Seina menatap Clarisaa tajam. "Atas hak apa? Lo punya hak apa? Keluarga lo hancur itu urusan lo. Harusnya lo sadar, Allard peduli karena dia kasian, bukan karena sayang sama lo."

Clarisaa terkekeh pelan. "Lo bahkan nggak selevel sama dia, Sei."

"Jaman sekarang aneh ya, kenapa uang harus jadi tolak ukur? Gue bukan orang gila harta."

"Seenggaknya dia jauhin sampah kaya lo!"

Ceklek

BRAAKK

Nampan yang tadi dibawa Seina diletakkan diatas nakas dengan kasar. Gadis itu tak peduli Allard dibelakang membuka pintu ruangan. Matanya menatap Clarisaa tajam.

"Atau sama gadis murahan kaya lo!" sentak Seina.

"Sei," suara berat Allard membuat Seina menoleh kearah cowok itu.

Menyambar tas miliknya, Seina keluar mendorong tubuh Allard agar menyingkir dari pintu.

"Kenapa?"

"Lo nggak bisa halus kalau ngomong? Dia lagi sakit," ujar Allard.

"Gue gak peduli," balas Seina ketus.

Allard menutup pintu ruang rawat Clarisaa. Mencekal tangan Seina yang hendak pergi.

"Ngapain kesini kalau nggak peduli?" tanya Allard tajam.

"Lo kalau lagi sakit, dikasarin kaya gitu gimana?"

Seina menolehkan wajahnya menahan tangis yang sudah dia pendam sedari tadi.

"Lo kenapa sih Lard, salah kalau gue bela diri gue sendiri?" isak Seina pelan.

"Bukan gitu maksud gue, tapi-"

"Lo bahkan nggak tau apa yang dia ucapin tadi. Nggak usah sok nyimpulin kaya gitu."

Allard menghela nafas meredam emosi. "Kalau lo marah sama gue gara-gara gue jagain Clarisaa, gue minta maaf."

"Siapa yang marah?" Seina mencoba meredam isakanya. "Gue kesini karena gue mau jenguk dia, gue berusaha nggak egois buat ngelarang lo ini itu. Gue tau dia lagi sakit, gue tau," ujar Seina serak, gadis itu menghapus air matanya.

Allard diam sebentar. "Ayo gue anterin pulang," ujar Allard dengan nada lembut.

Seina menepis tangan Allard.

"Gue bisa sendiri," ujar Seina pelan.

"Bukanya lo harus jagain Clarisaa?"

Kenyataan yang Seina dapat, susah untuk membohongi dirinya sendiri bahwa dia benci dengan apa yang Allard perbuat sekarang.

****

Ada yang kangen si Bocil ga si? Ares? Wkwkwkwk

Satu kata untuk part ini?

Apa yang mau diucapin ke

Allard?
Seina?
Clarisaa?

Next? Spamm yuk!!

Jangan lupa follow ig:

Sherlyta yulia putri
Wattpad Sherly
Allard_adtm
Seina_dc

Rp lain juga!!

Vote dan komenya

Salam sayang

Olvasás folytatása

You'll Also Like

14.6M 1.4M 69
"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa...
RA-EL✔ A T A M I által

Ifjúsági irodalom

296K 14.6K 39
"Kalau yang ngawasin cantik kayak lo, gue bakal mau dihukum tiap hari." Satu kata yang menggambarkan seorang Ralika, menakutkan. Ya, menakutkan dala...
7.7K 3.3K 50
Ini adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kua...
Gama's [End] Destri által

Ifjúsági irodalom

659K 44.2K 59
[FOLLOW SEBELUM BACA] Gama Handaru adalah cowok tampan sejuta pesona yang dapat memikat gadis mana pun yang dia mau. Jabatannya sebagai kapten basket...