LIVING WITH MEANIE | ONESHOT...

De Sweet_Puppet

58.7K 2K 146

ONESHOT STORY OF KIM MINGYU X WONWOO It's all about you and me; as a friends, couple, soulmate, roommate, and... Mais

Book
Mistake
Americano
First Sight
Cinderella and Peterpan
Untethered Friend
Horror Story
Five Minute Love Story
Mistake (2)
Crush
Get A Room, Please [M]
A Murder
Second Time [Maybe We Need A Break Sequel]
Gamer Wonwoo
Clingy Mingyu
Bottle Roulette [M]
Movie Theater [M]
Thought
Bully
A Gift for You
My Famous Boyfriend
I'm here for you...
I Don't Know
Daddy Kink
Persuasion [M]
Baby Mingyu
A Selca
Part of Your World
Friend With Benefits [M]
Last Friday Night
Last Friday Night 2 [M]
Married with Stranger [M]
Ideal Type [M]
Fire On Fire
Mr. Mafia
The Paintings
Nostalgila
Sick
Another Day Goes By
Come True

Maybe We Need A Break

704 30 1
De Sweet_Puppet

BGM : slchld - maybe we need a break

.

.

Musim panas hampir berakhir. Beberapa daun mulai menunjukkan keinginannya untuk jatuh mengikuti gaya tarik bumi. Cuaca yang kala terik dan lembab mulai mengering dengan pohon-pohon coklat di kiri kanan jalan. Cuaca yang tepat untuk bertamasya dan menggenggam erat tangan orang yang terkasih sambil bercengkrama di taman. Orang-orang melakukan itu semua pada pasangannya. Saling menciumi pucuk tangan kekasih dan pasangannya tersipu saat menerima kecupan itu.

Mereka saling memberi satu sama lain. Perasaan yang terbuka dan keinginan untuk bersatu. Tapi perasaan itu tidak lah sama bagi seorang pria yang kini tengah berlutut dan mengeratkan kedua tangannya. Ia berlutut di tengah panti umat gereja. Kakinya bertumpu dan wajahnya menengadah. Matanya tenang tapi raut kesedihan hadir di kedua irisnya. Ia berdoa.

"Tuhan, aku tau aku egois karena aku menginginkan kebahagian yang tiada akhir. Tapi salahkah aku meminta kebahagiaan untuk kami berdua walau itu sulit? Aku akan lebih berusaha, aku benar-benar mencintainya. Tapi apakah aku harus kembali pada kenyataan, bahwa kami tidak bisa bersama?"

Pray
Two hands tight together, I'll wait
Until the day you come back to me

Pria itu menunduk saat air matanya mulai terjatuh. Pelupuknya nyeri karena tangis yang tertahan. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Tuhannya, padahal dia hanya manusia yang sangat lemah. Ia berusaha tegar, walau melewati banyak rintangan kehidupan bahkan percintaannya.

Ia bangkit dan mengusap cairan bening yang mengalir melalui pipinya. Ia menarik napas memenuhi semua rongga parunya untuk mengambil udara cuma-cuma dari sang kuasa. Lalu menghembuskannya dengan pelan melalui mulutnya yang sedikit bergetar karena tangisan.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya. Keluar dari tempat menenangkan itu setelah meyakinkan diriya untuk tidak menangis lagi. Tapi hatinya kembali sakit saat harus menapaki halaman gereja. Disana bertaburan dedaunan yang mulai runtuh pada pertahanannya. Benaknya kembali teriris kala membayangkan momen-momen kebersamaannya dengan sang mantan kekasih.

Tepat pada saat itu, dimana awal musim gugur menjadi kisah bisu percintaan mereka. Menyenangkan sekaligus menyedihkan. Semua yang ingin ia awali tapi berakhir begitu saja. Hanya karena sepasang ego yang mereka miliki di kepala mereka. Tanpa perasaan dan tanpa pembicaraan.

***

When the leaves fall down, what should we do now?
And I tried to stay by morning if you aren't done

Mingyu, lelaki jangkung dengan kulit bersih namun eksotis. Kakinya melangkah membawa sebuah tas kecil berwarna coklat pastel. Ia mengulum senyum dan matanya memutar ke segala arah, gugup. Ia sesaat berhenti dan kakinya berjengit seakan menggambarkan suasana hatinya yang riang dan gembira. Anniversary ketiga dirinya dengan sang kekasih, tepat di musim gugur ketiga mereka.

"Mingyu." Ia menoleh lalu tersenyum lebar pada sang kekasih yang baru datang. Tubuhnya berbalik untuk berhadapan dengan pria yang lebih rendah darinya. Kekasihnya mendongak lalu tersenyum tipis nan manis, senyuman yang selama ini ia puja.

"Selamat pagi. Bagaimana kemarin?" sapanya di pagi cerah itu.

"Menyenangkan."

"Mau berjalan-jalan sebentar?"

Kekasihnya mengangguk. Mingyu mundur selangkah untuk mempersilahkan sang kekasih berjalan mendahuluinya. Dengan cepat ia mengambil satu langkah besar untuk mensejajarkan tapak kaki mereka yang mulai berjalan. Sesekali ia melirik sang kekasih yang memiliki wajah tenang dan damai. Wajah putih yang tersapu angin musim gugur.

"Hari ini kamu berbeda sekali." Sang kekasih menoleh dan meneliti pakaiannya. Pakaian semi hangat yang rapi karena cuaca hari ini lumayan dingin untuk dirinya.

"Karena hari ini lumayan dingin." Ujarnya berbohong. Tidak bukan karena suhu di luar yang mulai menghembuskan angin dingin. Ia menyiapkan itu semua untuk kencan mereka.

Kaki mereka berhenti di persimpangan jalan setapak. Mata keduanya menatap taman dengan pohon rindang di sekitarnya. Hamparan rumput yang tidak terlalu tinggi adalah tempat yang cocok untuk melakukan piknik kecil-kecilan. Kekasihnya tersenyum lalu menatap dirinya. Tangan besarnya merengkuh jemari lentik itu. Ia berjalan menghantarkan mereka pada pusat cahaya matahari yang menjadi lampu sorot untuk mereka berdua. Tepat di tengah taman yang asri dan tenang.

Hari itu, mereka habiskan untuk bercengkrama. Walau dirinya yang lebih banyak berbicara ketimbang kekasihnya. Wajah tenang itu tetap tersenyum menanggapi semua ceritanya seminggu yang lalu. Semua cerita yang tertunda karena kesibukan mereka masing-masing. Rasanya lega namun mengganjal.

"Hei kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa."

Mingyu menatap kekasihnya. Mata rubah itu tidak bisa berbohong, ia tau kebiasaan kekasihnya. Mingyu berbalik, menghadap kekasihnya dengan satu kaki dilipat ke atas bangku panjang taman. Ia mengulum bibir, sebelum akhirnya bertanya tentang keresahannya.

"Apa kamu sakit?" Pria rubah itu menggeleng.

Mingyu menatap sekali lagi wajah yang menjadi candunya itu. Tangan di belakang punggungnya cemas menggenggam erat tali tas yang kini menganggur di belakang tubuhnya. Ia mengulum bibir lagi sebelum mengeluarkan benda itu dari persembunyian.

"Happy anniversary!"

"Wah, kau mengingatnya?"

"Tentu. Awal musim gugur, saat dedaun berjatuhan, saat itu juga aku jatuh cinta padamu. Wonwoo sayang."

Wonwoo, tersenyum simpul dengan mata berbinar. Wajahnya terlihat amat senang dengan hadiah pemberian Mingyu. Tapi senyum itu tak lagi mengembang dan sesaat membuat kekasih besarnya itu keheranan. Ia kembali menatap Mingyu dengan wajah bersalah.

"Terimakasih Mingyu. Maaf aku tidak membawa hadiah apapun."

"Tidak apa-apa."

Apa hanya aku yang mengingatnya? Apa hanya aku yang memperhatikanmu? Apa hanya aku yang mencintaimu? Semua pertanyaan itu muncul, namun ditepis Mingyu. Ia lalu membalas senyum yang lebih mengembang dari biasanya. Bahkan taring-taring itu menyapa kekasihnya di hari spesial mereka.

"Mingyu."

"Eum?"

"Tidak jadi." Wonwoo menunduk setelah matanya meneliti paras kekasihnya itu. Sedangkan alis Mingyu terangkat, ia heran dengan sikap Wonwoo yang sedikit pendiam dari biasanya. Pikiran Mingyu melayang seakan menanyakan hari spesial mereka yang sangat datar seperti hari kencan biasa.

"Katakanlah kalau kau kepikiran sesuatu." Wonwoo mengangguk tapi tak ada jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi memenuhi pikiran Mingyu.

Bagi sepasang kekasih, keresahan merupakan sesuatu yang harus diungkapkan. Mereka akan berusaha saling melengkapi, menguatkan dan kembali mencintai. Berpegangan tangan dan berpelukan adalah jalannya. Memberikan tawa dan senyuman adalah obatnya. Namun tidak dengan membiarkan hening berhembus melalui keduanya. Dua insan yang kini sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

I can't wait forever
Voice what's on your mind to me
Why won't you open up?
I'm at the limit of my own patience too.

***

"Kau tak pernah mengerti Mingyu!"

Wonwoo menarik surainya. Suara beratnya bertambah parau sambil sesekali terisak. Bayangkan jika kalian adalah sebuah vas bunga atau segelas kaca bahkan lilin dan piring, yang sekarang berhambur di sekeliling sepasang kekasih yang saling memuntahkan rasa amarah. Mingyu, menatap jauh tubuh kurus kekasihnya. Wonwoo, yang menangis dan terus berteriak.

Tak ada kepala dingin bagi keduanya. Emosi adalah puncak dari kesengsaraan keduanya. Anniversary keempat yang berakhir berantakan. Makan malam yang tertunda karena hanya perih yang melanda keduanya.

"Kenapa? Katakan apa yang kau ingin katakan!"

"Aku ingin kita selesai disini." Suara parau itu kembali bersuara. Pupil Mingyu membesar mendengar kata-kata yang sangat dihindari untuk keluar dari mulut kekasihnya. "Kita tidak bisa bersama. Kita selalu merindu tapi berakhir bertengkar setiap bertemu."

"Maaf kalau aku egois, aku akan memprioritaskanmu sekarang. Ku mohon jangan akhiri hubungan kita."

"Tidak! Kita berdua yang egois, kau tau itu! Perasaan kita memang sama tapi tidak dengan logika kita, Mingyu!"

Wonwoo menangis atas keegoisan Mingyu. Sedangkan Mingyu marah atas keegoisan Wonwoo. Seakan ingin diputar kembali, Mingyu ingin semuanya berjalan lancar. Makan malam anniversary mereka keempat, ditengah gazebo taman dan malam yang dingin. Angan-angan rengkuhan dan genggaman tangan yang menghangatkan satu sama lain harus sirna begitu saja. Semua yang berawal dari mereka yang membentuk dinding pembatas masing-masing. Tanpa komunikasi dan hanya menyimpan keresahan di dalam hati. Sampai lelah dan meluapkannya di waktu yang tidak tepat.

Ia menyesal ketika meminta Wonwoo untuk menyuarakan suara hatinya.

***

Start by saying how was your day, baby
Know you wanna run away from it
Think that I was gonna drown from all your stories
Thought I couldn't take it, well, you're mistaken
All I got in my mind right now
Tryna make you feel like yourself
Open up to yourself
To be honest, we might fall apart
But until then, I'll be trying to make your days better

"Wonwoo."

"Mingyu?"

"Hai, apa kabar?"

"Baik."

Keduanya tersenyum kikuk, Mingyu dan Wonwoo yang bertemu lagi setelah sekian lama membisu. Setelah kolom pesan tak lagi menjadi rutinitas harian mereka. Keduanya tak sengaja bertemu di kedai kecil dengan masing-masing kopi yang memunculkan asap panas.

"Sudah lama ya..."

"M-maaf."

Wonwoo menunduk dalam diam dan keheningan keduanya. Mingyu mengulum bibir tentang kesalahan yang Wonwoo buat pada dirinya. Tidak ada, hanya sebuah pernyataan berakhirnya hubungan keduanya. Pernyataan yang sangat menyakitkan tapi tak ada solusi diantara pertanyaan-pertanyaan hubungan mereka. Sudah selesai.

"Kenapa harus minta maaf?"

"Tentang... perasaan kita."

"Hei, sudahlah. Jangan pikirkan lagi." Kedua obsidian hitam Mingyu menangkap semua kegelisahan Wonwoo. Pria yang dulu sangat membuatnya memuja tentang senyuman dan kerutan di hidung yang menjadi tempat bertengger kacamata itu. "Bagaimana pekerjaanmu?"

"Menyenangkan, aku mengambil beberapa proyek editing di Jepang akhir-akhir ini. Mereka memuji hasilnya."

"Baguslah, aku turut senang kalau kau juga senang."

"Bagaimana denganmu?"

"Ah, aku juga sedang sibuk karena ada pameran lukisan di Itali kemarin."

"Wah kau pasti penanggung jawabnya."

Mingyu mengangguk lalu tersenyum tipis saat mememutar kembali sapaan mereka kala itu. Kedua insan yang bertemu namun tidak mempertemukan kembali perasaaannya. Helaan napas keduanya terdengar, sontak mereka menatap satu sama lain lalu tertawa atas kebodohan mereka. Mengingat masa lalu yang tidak akan pernah terulang kembali. Mereka bahagia walau hati mereka jelas-jelas terkoyak dan menangis.

"Mau berjalan-jalan sebentar?"

Wonwoo mengangguk. Mingyu mundur selangkah untuk mempersilahkan Wonwoo berjalan mendahuluinya. Dengan cepat ia mengambil satu langkah besar untuk mensejajarkan tapak kaki mereka yang mulai berjalan. Tidak seperti biasa, tanpa tatapan memuja tanpa lirikan dan ulasan senyum simpul keduanya. Mereka berjalan beriringan dengan masing-masing tangan yang saling mengepal gelisah.

"Aku merindukanmu." Gumam Mingyu.

"Aku juga." Gumam Wonwoo.

I don't want to see you break
Always saying that you're fine and okay
Tell me the truth, what's bothering you?
If it's me, let me know
But I don't think that's the case
I just want to hear you say
Tell me what you like and hate

Keduanya menapaki sibuknya jalan setapak di antara pepohonan coklat yang saling berlomba menjatuhkan daun mereka. Diantara pasangan kekasih yang berlalu-lalang dan saling berpegangan tangan di awal musim gugur, Wonwoo dan Mingyu bercengkrama lagi. Sama seperti kencan-kencan sebelumnya. Namun dengan canggung dan tanpa tawa.

You've been so stiff and I wanna break
Say what you wanna say
Maybe a KitKat or two with you

Seperti ungkapan di awal cerita keduanya. Hanya karena sepasang ego yang mereka miliki di kepala mereka. Tanpa perasaan dan tanpa pembicaraan. Tanpa perasaan yang terbuka dan tidak ada lagi keinginan untuk bersatu. Mereka saling memberi satu sama lain, tapi perasaan mereka tak lagi sama.

Mereka menikmati awal musim gugur kelima – bersama seperti masa lalu, namun dengan status yang berbeda. Sahabat, di musim gugur tahun pertama.





THE END









or to be continue...?

Mau dibuat sequelnya ga yang ini?

Continue lendo

Você também vai gostar

204K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
252K 23.8K 34
🔞[MEANIE]🔞 Soonyoung memiliki dua hybrid kucing di rumahnya, namanya Wonwoo dan Jihoon. Dia berniat memberikan salah satu hybridnya karena kedua hy...
4.1K 173 37
Hanya mengisahkan tentang kisah cinta klasik dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ini. Segala yang ada di dalam cerita ini, murni berdasarkan...
28.6K 959 10
MINWON/WONMIN • COMPLETED Wonwoo mencintai sahabatnya sendiri, Mingyu, tak peduli dengan status dirinya, ia mencoba mendapatkan sahabatnya. Tanpa tah...