Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Donghyuck menyesap sebatang rokok yang terselip pada kedua jarinya, lalu menghembuskannya dengan kasar. membuat asap yang keluar dari bibirnya mengepul di udara.
sambil bersandar pada jembatan yang berada persis di depan minimarket dekat rumahnya, memandangi langit malam yang nampak mendung dan sepi akan bintang-bintang, seakan menyindir suasana hatinya.
pikirannya sedang kacau saat ini. siapa lagi kalau bukan karena Huang Renjun?
ia terkekeh sesekali, menertawakan betapa pengecutnya dirinya terhadap Renjun. bagaimana bisa? entahlah, Donghyuck juga tidak tahu karena ia belum pernah sepengecut ini sebelumnya.
kalau kalian mengira ini pertama kalinya Donghyuck menyukai seorang pemuda manis maka dari itu ia sepengecut ini, kalian salah besar. bukan sekali dua kali, dahulu ia mengajak beberapa pemuda manis untuk berkencan dengannya dengan percaya diri.
tapi entah kenapa, ia tidak bisa bersikap sepercaya diri itu pada Renjun. entahlah, mungkin ini karena Renjun yang sudah lebih dulu mendeklarasikan perasaanya, bahwa ia menyukai Mark.
sekitar lima belas menit berlalu, dan Donghyuck sudah menyesap batang rokok keempatnya saat ini. dan tanpa disadari, bulir-bulir air sudah mulai beramai-ramai turun dari langit. namun, Donghyuck masih tetap pada posisinya. berdiri, bersandar pada jembatan disana. membiarkan ribuan bulir air itu membasahi tubuhnya.
drrrtt...drrttt...
tanpa sadar, ponselnya bergetar. dilihatnya nama si penelepon pada layar.
Renjun
awalnya, Donghyuck mengabaikan panggilan dari teman sekamarnya itu. tapi, beberapa kali layar ponselnya mati hidup karena Renjun yang tidak juga menyerah untuk menghubungi Donghyuck.
maka pada panggilan ke enam, akhirnya Donghyuck mau menggeser ikon berwarna hijau itu dan menyapa si penelepon.
"kenap—"
"Astaga, Hyuck! lo kemana sih?? lama banget perginya tau gak?! Mark sampe udah pulang dari kapan tau tuh!" sela Renjun dengan amarah membuncah pada saat Donghyuck baru ingin mengeluarkan kalimat pertamanya.
"gue lagi di jembatan, depan minimarket—"
"Sumpah!? diluar kan ujan! lo juga kan ga bawa payung! ih lo bener-bener ya! neduh dulu di minimarket sana, gue jemput lo deh bawa payun—"
