Sandaran-01

978 59 7
                                    

Cerita ini mungkin akan pendek ya, jadi nanti kalau tiba-tiba end jangan hujat -uni🍎- 🙏🙏😂

Maaf jika banyak typo🍎


☊☊☊


Air mata perempuan itu terus mengalir meskipun sudah beberapa kali dihapus. Rasanya sakit menyaksikan lelaki yang telah ia percayakan perasaannya itu menggandeng mesra perempuan lain.

Tetapi perempuan itu juga tidak tahu, jika rasa sakitnya menjalar ke hati laki-laki yang kini disampingnya.

"Kita pulang ya," ajak lelaki itu, tetapi sang perempuan menggeleng.

"Rene, kamu nggak bisa kayak gini. Kamu juga belum makan Rene," ujarnya perhatian.

"Aku nyesel Ho, nyesel udah percaya sama Sehun," perempuan yang bernama Bae Irene itu kembali mengeluarkan air matanya dengan deras.

Kim Suho, lelaki yang selalu ada untuk Irene. Lelaki yang rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemani Irene. Mendengarkan keluh kesah perempuan Bae itu dengan sabar, bahkan rela memberikan bahunya untuk tempat bersandar.

"Aku nyesel Ho," Irene memeluk Suho.

Tentu saja lelaki Kim itu tak menolak. Ia dengan lembut mengusap surai hitam Irene.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Suho melihat Sehun yang selaku kekasih Irene itu menggandeng perempuan lain. Tetapi beda untuk Irene. Perempuan itu yang melihat sendiri kekasihnya bersama perempuan lain untuk pertama kalinya.

"Kita pulang, nggak akan ada pengaruh baik sedikitpun kalau tetap disini," Suho mengajak Irene untuk segera pergi dari tempat itu, dan mengantar perempuan itu pulang.




☊☊☊




"Oh Sehun ada?" Tanya Irene pada sekertaris Sehun.

"Ada bu, tapi pak Sehun sedang ada tamu." Jawab sekertaris itu. Tentu sang sekertaris dan sebagian besar karyawan disini tahu siapa Irene. Irene adalah calon tunangan bos mereka.

"Kalau boleh tahu, siapa tamunya?" Tanya Irene lagi.

"Kurang tahu bu, tetapi dia perempuan,"

"Makasih ya," Irene tersenyum pada sekertaris itu, lalu tanpa mengetuk pintu ia memasuki ruangan Sehun.

Tampak Sehun dan perempuan itu menatapnya. Sehun berdiri dan menghampiri Irene. Lelaki itu tersenyum, kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang sang kekasih.

"Perkenalkan bu Han, dia adalah Bae Irene, calon tunangan saya" ujar Sehun memperkenalkan Irene.

Perempuan yang dipanggil bu Han itu pun tersenyum. "Halo, saya Han Sena. Kalian sangat cocok!" Ujarnya.

"Terima kasih." Balas Sehun, kemudian menatap Irene. "Aku sedang membahas bisnis, jadi maaf ya... kita ketemu nanti sore saja," ujar Sehun pelan, dan Irene segera keluar dari ruangan itu.

Irene mengeluarkan ponselnya. Mencari nomor Suho, dan menelfonnya.

Disisi lain, Suho yang baru selesai meeting itu langsung mengangkat telfon yang masuk.

"Kenapa Rene?" Tanyanya.

"Kita bisa ketemu?"

Suho menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Sebenarnya ia pun sudah menduga, jika Irene hanya akan mengubunginya saat perempuan itu memerlukannya.

Tanpa banyak membuang waktu, Suho langsung bergegas pergi untuk bertemu Irene di tempat seperti biasanya.

"Ho..." lirih perempuan Bae itu dan langsung berhambur ke pelukan lelaki Kim tersebut.

"Kenapa kali ini?" Tanya Suho.

"Aku nggak tau Ho... tapi firasat aku makin buruk setelah kejadian kemarin," Irene kembali mengeluarkan air matanya dan itu cukup menggores hati Suho.

"Kalau begitu, kenapa nggak berhenti saja?" Tanya Suho yang lelah dengan keluhan Irene.

"Nggak bisa," Irene melepas pelukannya.

"Kenapa?"

"Perasaan aku nggak bisa hilang buat dia. Lagian, semua orang sudah tahu kalau aku dan Sehun akan segera bertunangan," Irene menunduk.

Suho tak dapat berlata-kata lagi. Apapun keputusan Irene, dia selalu mendukungnya. Apapun yang perempuan Bae itu lakukan untuk kebahagiaan, Suho tak akan mengusiknya.

Tetapi, jika perempuan Bae itu sudah dititik sangat lemah, Suho tak akan tinggal diam. Lelaki Kim itu siap menghajar siapa saja yang mampu membuat perempuan didepannya ini berada pada titik itu.

"Lalu, apa yang kamu butuhkan sekarang?" Tanya lelaki Kim itu.

Perempuan Bae tersebut menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca dan mungkin dari kaca-kaca itu yang membuat hatinya tergores.

"Aku cuma butuh kamu Ho," ujarnya. "Aku cuma butuh kamu sebagai orang yang mau menemani aku," lanjutnya.

Irene kembali memeluk Suho. Tanpa sadar, perempuan Bae itu telah menaruh bibit harapan dihati Suho. Dan tentunya, harapan itu akan semakin tumbuh menjadi ambisi tak terkendali.



























Ceritanya jelek ya? Atau... ada yang penasaran?
Lanjut nggak?😁🍎

Sandaran-endМесто, где живут истории. Откройте их для себя