Prolog

6 1 0
                                    

Kring!! Kring!!

Bel tanda waktu belajar di sekolah telah usai pun berbunyi. Para siswa segera membereskan meja mereka dan bersiap untuk keluar dari perkarangan sekolah. Beberapa dari mereka ada yang memastikan tujuannya langsung pulang ke rumah, juga ada yang berniat menenangkan pikiran terlebih dahulu dengan berjalan-jalan di tempat perbelanjaan pusat kota.

Choi Soobin, remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun yang kini berada di tingkat dua sekolah menengah atas tengah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dengan terburu-buru. Cowok itu memiliki tampang murid teladan secara fisik namun jiwa aslinya sangat malas dengan yang namanya belajar. Buku pelajaran adalah musuh nomor dua di hidupnya yang sulit untuk ia hadapi. Untuk nomor satu? Soobin sangat memusuhi kakak laki-lakinya, Yungjae.

Soobin berjalan ke arah rumahnya yang berjarak lima belas kilometer dari sekolah. Tentu saja dia tidak berjalan sepenuhnya sampai ke rumah. Cowok itu akan menaiki bus terlebih dahulu, baru sesudah itu ia berjalan kaki lagi dari gang arah rumahnya.

Sebelum ia melangkah ke halte bus, Soobin berhenti di supermarket terlebih dahulu untuk membeli minuman melepas dahaganya sejenak setelah berjalan cukup jauh yaitu seratus meter. Ia membeli susu almond dan langsung membayarnya di kasir.

Niatnya untuk langsung pulang ke rumah perlahan menghilang. Ia ingin bersantai terlebih dahulu di kursi santai yang ada di supermarket untuk beberapa menit hingga susu almondnya tandas. Dan mungkin setelah itu ia akan membeli beberapa cemilan dan bermalam di sana.

Iya. Niat Soobin untuk pulang ke rumah sudah mulai hilang mengingat hari ini kakak laki-lakinya, Choi Yungjae sedang berada di rumah. Musuh abadinya yang tidak bisa ia kalahkan. Bukan. Belum bisa ia kalahkan untuk sekarang lebih tepatnya, tengah bersantai di rumah setelah menyelesaikan ujian akhir semester kampusnya.

Yungjae berbeda usia tiga tahun dengan Soobin. Kakak laki-lakinya itu baru semester pertama kuliah dengan jurusan perfilman. Semester pertama kuliah Yungjae harus tinggal di asrama yang disediakan kampus mereka selama minimal satu semester. Baru empat bulan Soobin merasakan bebas dan menghirup udara segar tanpa ada gangguan di rumah berakhir sangat cepat. Tidak akan ada ketentraman jika Yungjae sudah berada di rumah. Pasti kakak lelakinya itu akan mengganggu hidupnya hingga ia merasakan sesak dan berujung jadi samsak.

Memikirkan kemungkinan terburuk itu membuat kepala Soobin semakin pusing. Ia meremas kotak susu di tangannya kuat dan menyeruput tandas dalam sedetik.

Hingga dari gang di sampingnya terdengar sesuatu berisik, Soobin langsung berdiri dan berjalan ke arah gang itu. Soobin mengintipkan kepalanya dari dinding supermarket dan melihat di gang sana ada dua remaja laki-laki tengah berbincang sembari tubuh mereka mengesot di tanah.

"Jangan dorong-dorong begitu!"

"Kau bilang bakal berani maju ke sana!"

"Iya! Tapi jangan mendesakku! Bagaimana kalau sesuatu terjadi dan aku berakhir di sini? Aku bahkan belum sempat memiliki pacar!"

"Pikirkan orangtuamu! Pikirkan aku juga, bagaimana caranya aku memberitahu orangtuamu kalau kau-"

"Ah! Sudahlah! Sekarang bantu aku berdiri!"

"Aku pun juga sama denganmu tertidur di lantai. Kau gunakan kaki dan tanganmu sajalah. Aku malas direpotkan."

Sepasang tangan mengarah ke arah dua orang remaja itu. Soobin sudah berdiri di depan mereka dan menawarkan bantuan untuk keduanya berdiri.

Dua remaja itu, terlihat seusia dengan Soobin, sama-sama menatap Soobin diam karena bingung. Laki-laki dengan seragam sekolah yang berbeda dengan mereka berdua, laki-laki asing lebih tepatnya, tiba-tiba saja datang di depan mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

After School (TXT fanfiction)Where stories live. Discover now