Kemajuan

5.9K 623 43
                                    

Setelah jam kuliah selesai, aku pun menemui Mew di ruangannya.

Tok .. tok .. tok

"Masuk" jawabnya dengan suara berat

Aku pun membuka pintu & memberi senyum pada Mew yang langsung menutup laptopnya.

"Duduk" ucap Mew mempersilahkan aku duduk di depannya. Lama tak bersuara membuatku semakin lama memandang sosok dosen ganteng di depanku sekarang membuat jantungku terus berdegup kencang.

"Kuperhatikan kamu tidak pernah serius di kelas saya. Padahal kamu duduknya paling depan" ucap Mew dengan tatapan horor nya yang menyadari kalo aku selalu duduk di depan.

"Kana serius kok pak. Beneran. Kana selalu duduk di depan karena Kana suka sama bapak, eh materi pelajaran yang bapak ajarkan" kataku sambil memukul bibirku sendiri yang suka ceplas ceplos.

"Jadi kamu tahu kenapa kamu saya panggil?" Tanya Mew sambil mengernyit & alisnya bertautan.

"Ya tahu dong pak. Gak mungkin kan bapak menyuruh saya datang hanya unyuk memandangi bapak saja. Hehe" jawabku sambil senyum gak jelas.

"GULF KANAWUT!!! INI PERINGATAN TERAKHIR UNTUKMU. JANGAN PERNAH LAGI MEMBUAT KERIBUTAN DI KELASKU ATO KAMU TIDAK USAH LAGI MASUK KE KELASKU SELAMANYA" Teriak Mew.

"I-iya pak. Kana ngerti. Janji gak akan diulangi lagi pak" jawabku cepat.

"Ya sudah. Sekarang keluar" ucap Mew sambil memandangi laptopnya lagi.

"Pulang dulu ya sayangku. Jangan terlalu lelah. Muuuaaccchhh" ucapku sambil memberi kecupan ringan pada Mew yang membuatnya kaget setengah mati & aku cepat keluar dari ruangannya sebelum dia berteriak.
Di luar aku menormalkan detak jantungku yang berdegup tak karuan. Hampir loncat dari tempatnya. Pertama kalinya aku bicara berduaan dengannya, walaupun disaat berpapasan, Mew tidak pernah mau menjawab sapaanku. Paling hanya mengangguk sekilas, kemudian pergi.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Pagi yang cerah untuk hati yang cerah. Aku senang karena bisa mengerjakan semua soal yang diberikan Mew padaku. Jangan salah kalo di pelajaran yang diajarkan Mew, aku selalu mendapatkan nilai A+.

Sambil bersenandung kecil aku melewari koridor kampus & aku menangkap beberapa mata yang memandangiku. Mendadak Pui berada di depanku mengatakan dengan lantang kalo dia mencintaiku. Setelah itu dia pergi begitu saja. Aku malas untuk memikirkannya lebih lanjut karena yang kuinginkan saat ini adalah pergi mencari papa yang jarang ada waktu menemaniku makan siang di restoran favorit kami.

Tapi saat aku hendak menuju gerbang univ, aku melihat sosok anak kecil yang sepertinya tersesat & banyak orang yang menghampiri anak itu bertanya dimana orang tuanya, tapi anak itu hanya diam. Kemudian aku mencoba mendekati sosok anak kecil tersebut.

"Hai nong ... nama kamu siapa?" Tanyaku pada anak kecil yang kuhampiri sedang menangis itu.

"Namaku Rain Jongcheveevat" jawab anak kecil itu menatapku & berhenti menangis.

"Woowww .. nama yang bagus seperti orangnya yang ganteng & manis" pujiku pada Rain yang kemudian berpikir apakah dia anak Mew.

"Benarkah? Aku ganteng seperti papa?" Tanyanya yang kali ini membuatku bingung.

"Papa? Jadi kedatangan Rain kesini mau nyari papa?" Tanyaku yang membuat Rain menganggukkan kepalanya.

"Iya. Aku mau nyari papa, tapi aku tidak tahu dimana ruangan papa. Papa Rain seorang dosen, tapi Rain gak tahu dimana ruangan papa" ujar Rain menangis lagi.

"Ehm .. nama papa Rain siapa?" Tanyaku penasaran.

"Mew Suppasit Jongcheveevat" jawab Rain yang kontan membuat semua mahasiswa yang berkumpul disitu kaget bukan kepalang.

"Ehm .. kalo gitu p' antar Rain nyari papa ya" ucapku menawarkan diri mengantar Rain mencari Mew. Itung-itung ketemu lagi sama dosen killer yang ganteng itu.

"Khap khun khap p'...."

"Kana. Nama p' Gulf Kanawut. Panggil saja Kana" ucapku saat melihat Rain tidak tahu mau memanggilku apa.

"Oh .. p' Kana manis seperti lollipop"

"P' ganteng bukan manis" ucapku yang membuat Rain ketawa.

🍈🍈🍈🍈🍈🍈🍈🍈

"Nah, kita sudah sampai. Ini ruangan pak Mew, papa Rain. P' pergi dulu ya" ujarku yang sudah membawanya ke tempat Mew

"Iya p'. Khap khun na khap p'." Jawab Rain seraya memberikan wai.

Rain pun mengetuk pintu kayu itu, kemudian masuk kedalam. Baru sekitar 10 menit aku mendengar kalo anak itu menangis keras. Aku pun ingin tahu apa yang terjadi, makanya aku menyendengkan telingaku ke pintu yang setengah terbuka tersebut.

"Pokoknya Rain gak mau pulang ke rumah. Rain gak suka dengan tante yang kemarin. Dia jahat sama Rain. Lihat saja kalo tante itu mencubiti tangan Rain sampai memar. Pokoknya aku mau ikut papa" ucap Rain yang membuat Mew berusaha menenangkan sang anak, lalu keluar dari ruangannya & aku pun kaget.

"P' Kana....." teriak Rain.

"Rain mengenal Kana?" Tanya Mew pada Rain.

"Iya pa. P' Kana yang mengantar Rain kesini. Kalo tidak tadi Kana sudah tersesat" ujar Rain.

"Ehm .. Rain, papa harus kembali mengajar. Papa tidak bisa menemanimu lagi. Rain tunggu di ruangan papa saja ya" ucap Mew setelah melihatku sekilas, lalu melihat jam tangannya.

"Bagaimana kalo aku yang menemani Rain aja pak? Tanyaku menawarkan diri untuk menemani Rain yang menurutku imut & lucu.

"Mau pa. Rain mau sama p' Kana saja" jawab Rain kesenangan.

"Baiklah. Papa akan selesai mengajar jam 3. Jangan kemana-mana & tetaplah bersama p' Kana" titah Mew sambil mengusak halus rambut Rain.

"Baik papa" jawab Rain yang menggenggam tanganku erat.

"Kamu jaga baik-baik Rain. Jika sudah selesai aku akan menghubungimu" ucap Mew yang memberikan hp nya padaku untuk menaruh nomor hp ku. Aku pun menaruh no hp ku & mengembalikannya.

Setelah Mew kembali ke ruangannya, kami pun pergi ke taman setelah aku membelikan ice chocolate untuk kami berdua di kantin.

"P' Kana, boleh gak Rain bertanya pada p'?" Tanya Rain dengan takut-takut.

"Ya boleh dong sayang. Mau tanya apa?" Jawabku pada Rain yang membuatku penasaran kira-kira pertanyaan seperti apa yang mau dia tanyakan.

"Kalo Rain minta p' jadi mommy Rain boleh?" Tanya Rain yang membuatku kaget & tersedak ice chocolate.

"A-apa?! Jadi mommy Rain?" Tanyaku pada Rain yang melihatku dengan wajah serius.

"Iya p'. Rain suka sama p' yang baik hati" jawab anak itu sambil menyeruput ice chocolate di tangannya.

"Kalo papa Rain gak suka sama p' gimana?" Tanyaku asal.

"Rain punya rencana supaya papa suka sama p'. Ayo kemari Rain bisikkan" jawab Rain sambil menyuruhku menyendengkan telingaku & tanpa kusangka anak usia 5,5 tahun ini bisa memberikan ide cemerlang padaku.

Post Traumatic Stress DisorderWo Geschichten leben. Entdecke jetzt