C19 - Alasan Aku Peduli

605 68 31
                                    

⚠️WARNING⚠️

CHAPTER INI DAPAT MENYEBABKAN BAPER, NGAKAK, DAN SEDIH SEKALIGUS

YANG BAPER HARUS VOTE KOMEN!
.

YANG NIKMATIN CERITA INI HARUS FOLLOW mousvra !
.

Enjoy this chapter✨
.
.

"Ngapain lo ke sini?" teriak Selena pada Arkan yang tiba-tiba ada di depan pagar rumahnya malam itu.

"Sel, lo dengerin gue dulu!" ucap Arkan terburu-buru karena ia tidak mempunyai waktu untuk bicara. Selena terus saja mengoceh seakan-akan ia adalah manusia paling menyedihkan tapi masih gengsi mengungkapkan.

Selena langsung memotong lagi ucapan Arkan sambil berteriak dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang mendongak ke wajah Arkan.

"Dengerin apa lagi sih? Semua udah jelas kalau lo itu cuma kasian sama gue!" Arkan tertunduk lesu dan pasrah. Wajahnya berkeringat. Karena ia ingin menjelaskan maksud dirinya menolong Selena kala itu. Tapi, Selena sampai saat ini belum memberinya kesempatan untuk berbicara. Selena kesal melihat Arkan yang hanya diam dengan kepala menunduk.

"Kenapa diem, bener kan?"

"Jawab, Kak! lo dengerin gue ngomong gak sih?" ucap Selena berontak sambil mengguncang-guncangkan bahu Arkan. Tiba-tiba Arkan langsung memeluk Selena begitu saja. Lalu, ia mengelus puncak kepala Selena. Selena jelas kaget mendapat perlakuan yang istimewa dari kakak kelasnya yang baru ia kenal dengan keadaan setengah sadar waktu itu. Ia akhirnya melemah dan bersuara pelan dengan air mata yang deras.

"Gue gak perlu dikasihanin kak, gak ada yang peduli sama gue, hiks hiks." Andai semua laki-laki seperti Arkan. Ketika wanita berontak sampai menampar dirinya yang belum tentu salah, ia malah membiarkan wanita itu mengeluarkan semua emosi yang ada di hatinya. Lalu, ia memeluknya dengan sabar sambil mengelus puncak kepalanya. Membiarkan wanita itu menangis di depan bahunya. Terisak-isak lemah. Padahal ia belum terlalu mengenal wanita itu. Iya andai.

Arkan tetap diam sambil mengelus puncak kepala Selena. Mendengarkan dahulu semua unek-unek dalam hatinya.

"Udah nangisnya?" tanya Arkan sambil melepaskan pelukannya dan memandang wajah Selena. Jari-jemari lembutnya merapihkan anak rambut Selena yang berantakan berbaur dengan air mata. Sebelahnya lagi mencengkram pundak Selena sebelah untuk menguatkannya. Selena hanya mencoba berhenti menangis. Perlakuan Arkan yang manis itu sedikit menenangkan hatinya. Padahal jelas, tadi ia sangat marah dengan kakak kelasnya itu.

Di balik itu ada Karin dan Rean yang terharu menyaksikan Arkan yang memperlakukan Selena sangat lembut. Seperti seorang kakak ke adik.

"Rin, kok gue jadi pengen ikutan nangis juga sih," ucap Rean so imut mengerucutkankan bibirnya.

"Sama gue juga," jawab Karin tak kalah so imut mengikuti Rean karena mereka terbawa suasana. Rean berbicara lemah seperti menyesal baru mengetahui sesuatu.

"Kenapa kita baru tau sih kalau Selena hidupnya berat banget?"

"Ye, kan dianya juga baru tau kamvret," jawab Karin sambil memutar bola mata malas. Rean pura-pura merajuk mengingat sikap Selena yang jahat.

"Sebel sih gue, dia kalau benci sama seseorang dendaman orangnya, gue gak suka!" Karin menggoda Rean tentang Selena.

"Masa sih lo gak suka? Bukannya lo dulu ngebet banget ya tapi gak berani ngungkapin haha, dasar lemah!" Rean melotot kepada Karin.

History Influence [Terbit]Where stories live. Discover now