Tik Tok Jam

54 4 3
                                    

"Momo" Panggil Mama Kelinci.

Tidak ada suara menyaut dari dalam kamar Momo. 

Matahari tak lagi berwarna oranye. Tanah di halaman rumah Momo sudah kering memanas, sedikit berkilau terkena sinar matahari. Hari senin anak-anak sekolah berangkat lebih pagi, mengingat upacara bendera jadi hal wajib di sekolah hewan. Dari balik pagar rumah Momo terdengar segerombal anak sedang bersenda gurau. Mendadak suara mereka menghilang tepat di depan rumah Momo. 

"Momo, yuk berangkat" Ajak salah satu anak dari kelompok itu. 

"Momo masih siap-siap, mari duduk dulu sambil menunggu Momo" Mama Momo menjawab sambil membuka pintu gerbang. Mama pun bergegas ke kamar Momo. 

"Nak, sudah siang, Momo ditunggu teman-teman di depan. Cepat bangun kasian mereka menunggu lama"

"Suruh mereka berangkat duluan, Ma, Momo masih ngantuk." Kata Momo masih belum membuka mata. 

"Jangan ketiduran ya." Mama menuju teras, meminta maaf dan menyuruh teman-teman Momo berangkat tanpanya. 

Mama sibuk menyiapkan bekal Momo dan membereskan rumah, serta melakukan pekerjaan rumah yang lain hingga Mama mendengar Momo berteriak.

"Astaga, aku terlambat" Teriak Momo kaget melihat jam dinding di kamarnya. Bergegas ia menarik handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi. 

"Sepertinya aku hanya tidur sebentar saja tadi." Gumam Momo dalam hati.

***

Gerbang sekolah masih dibuka, tetapi Momo tak melihat satu anak pun berkeliaran. Gawat. Guru Momo berjalan dari arah kanan Momo, dari kejauhan Momo langsung berlari menuju kelas agar ia tak bertemu di perempatan koridor. Momo berlari sambil memegangi tasnya, nafasnya tak beraturan. Dari kejauhan Momo melihat sahabatnya duduk dibalik jendela kelas. 

"Sabi," Panggil Momo. 

Sabi menengok kearah Momo sambil meletakkan telunjuknya di depan mulut mengisyaratkan sesuatu. Momo masih tetap berlari menuju kearahnya. Semua jendela kelas terbuka namun pintu kelasnya sudah tertutup rapat. 

Momo melambatkan larinya. Dia berjalan sambil celingukan. Sampainya di depan pintu kelas, ia menunduk ketakutan. Matanya terus melirik kearah tangan sebelah kiri, jam tangannya menunjukkan pukul 08.00 sekarang. Seperti sedang bermimpi, khayal Momo. Ia terkenal sebagai anak yang rajin. Terlambat adalah hal yang tidak pernah Momo lakukan sebelumnya. Semua guru Momo mengenalnya, anak yang pandai, tekun, dan rajin. 

Momo terus menunduk. Ia belum beranjak dari balik pintu kelasnya. Sepuluh menit berlalu tetapi Momo tidak mempunyai keberanian untuk melangkahkan kakinya. Sesekali ia melirik tipis kearah kiri, dari balik jendela ia bisa melihat Sabi sedang memperhatikan sesuatu kearah papan tulis. Ingin sekali Momo berteriak meminta bantuan kepada Sabi. 

Tap... Tap... Tap....

Suara sepatu mendekat dari balik pintu. Jantung Momo berdebar seperti tengah bermain petak umpet. Momo kebingungan, ia ingin bersembunyi namun ia ingin mengikuti pelajaran. Momo memandangi papan kelas 2A tepat diatasnya. Ia ingat sekali jadwal hari ini adalah melukis, pelajaran yang ia sukai. 

kreeeeekkk....

Tiba-tiba pintu kelas terbuka perlahan. Momo melihat kearah depan. Ia dapat melihat bu guru sedang berdiri di depan papan tulis dari celah pintu. Momo sedikit bergeser ke kiri. Seorang anak berjalan keluar melewatinya. Pintu kelas tidak tertutup kembali. Masih dibiarkannya pintu itu membuka separuh. 

"Itu Momo. Akhirnya dia datang juga." Bisik seorang siswa kepada teman sebangkunya namun jarak mereka cukup dekat dengan Momo sehingga ia dapat mendengarnya. 

Momo berjalan mendekati bu guru. Ia terus menunduk sampai ia dan bu guru hanya berjarak satu langkah. Momo sangat gugup, ia tak dapat berkata apa-apa. Bu guru memandanginya kemudian meletakkan tangannya diatas pundak Momo. 

"Momo, kenapa terlambat?" Tanya bu guru dengan nada halus, beliau tau Momo tengah ketakutan. 

"Maaf, bu, Momo bangun kesiangan. Momo janji tidak mengulangnya lagi, bu" Jawab Momo penuh sesal. Ia terus menunduk. 

"Momo boleh duduk, tapi dengan satu syarat." 

"Apa, bu?" 

"Momo harus mewarnai satu gambar milik teman kelas, siapa pun, besok di kumpul."

"Baik, bu."

***

"Momo, ngapain, nak?" Tanya Mama sembari membuka pintu kamar Momo.

"Ini, Ma, Momo ngerjain PR dari bu guru," Jawab Momo ragu.

"Tumben ngerjain sendiri, teman-teman kemana? Biasanya rame-rame belajar kelompok."

"PR untuk Momo aja, Ma, teman-teman tidak ada PR,"

"Loh," Mama penasaran. Momo menyodorkan kertas menunjukkan seuatu. 

"Wah, bagus. Warnanya cantik," Mama mengelus kepala Momo. 

Momo tampak tidak bersemangat. Mama memeluknya. Mata momo berkaca-kaca. Ia merapikan pekerjaan rumahnya, menyiapkan tempat untuknya berbaring di kasur. Mama mengikutinya. 

"Ada apa, nak? Ada anak nakal di sekolah, ya?" 

"Nggak, Ma. Momo malu di kelas hari ini. Momo telat berangkat ke sekolah, bu guru memberikan pekerjaan rumah tambahan untuk Momo karena terlambat," 

"Tapi bu guru tidak memarahi Momo, kan?" Terang Mama untuk mendinginkan Momo.

"Nggak, Ma. Tapi Momo malu di depan teman-teman," Momo menangis tipis.

"Momo tidak boleh menyesali yang sudah terjadi, nak. Lebih baik Momo memperbaiki kesalahan supaya besok-besok Momo tidak terlambat lagi,"

"Momo tadi cuma tidur sebentar, Ma," Bela Momo.

"Nak, jam itu terus berjalan. Waktu itu ibarat aliran air di sungai, tidak terlalu terasa keberadaannya namun bisa menghanyutkan benda. Kita selalu merasa sebentar tetapi waktu tidak berhenti untuk memaklumi kemalasan kita," Mama membisikkan wejangan dengan nada yang lembut. 

"Tapi, Ma," Sela Momo.

"Kita boleh bermalas-malasan, tetapi ingat waktu. Kita harus disiplin terhadap waktu, kalau idak nanti kita bisa rugi. Kita tidak bisa kembali ke waktu sebelumnya, maka dari itu selalu ingat waktu terus berjala," 

"Momo boleh bermalas-malasan tetapi selain di hari sekolah. Kalau Momo tidak disiplin, hasilnya pekerjaan Momo semakin bertambah, kan?" Jelas Mama.

"Iya, Ma. Momo malu, Momo menyesal. Momo tidak mau lagi mengulangnya, Momo mau bermain dengan teman-teman."  



Momo KelinciWo Geschichten leben. Entdecke jetzt