013

25K 602 20
                                    

Tak terasa 6 bulan sudah Aghi dan Mentari menyembunyikan hubunganya dari Rammy.

Haruskah Aghi dan Mentari bersyukur karena hingga saat ini Rammy tidak merasa curiga pada mereka?

.

Malam ini Mentari sendirian di Apartemen, menunggu Aghi yang sudah 1 bulan ini tidak bisa ditemuinya.

Bukan karena Aghi yang menghilang, tapi karena Aghi harus mengurus cabang barunya di luar negeri.

3 bulan terakhir Aghi kewalahan harus bulak balik antara Indonesia dan Aussie, hingga pada akhirnya Aghi memutuskan untuk tinggal di Aussie sampai semua urusan nya selesai.

Kemarin Mentari baru saja menyelesaikan ujian nasional. Dan hari ini rencana nya Aghi akan pulang ke Indonesia untuk merayakan selesai nya kepusingan Mentari.

Mentari tau betul bahwa kepulangan Aghi juga kabar baik untuk Ibu nya. Sehingga Ia harus menunggu Aghi bertemu dengan Ibu nya terlebih dahulu.

.

Mentari duduk menghadap dinding di ruang tengah. Aghi bilang ini dinding khusus, dinding dimana berjejer foto-foto mereka. Foto-foto dari pertemuan singkat di sela-sela kesibukan masing-masing.

Mentari makin tak sabar menunggu Aghi. Setelah 6 bulan hanya ada pertemuan singkat terlebih lagi sebulan terakhir Ia hanya bisa melihat wajah Aghi melalui layar ponselnya saja.

Tiba-tiba ponsel nya bergetar. Sebuah pesan dari Aghi.

Aghi : Mentari, maaf Saya gabisa ketemu dengan kamu hari ini.

Mentari : Kenapa?

Aghi : mendadak Saya harus ke Padang.

Mentari : Sama Ibu?

Aghi pun langsung melefon Mentari.

"Maaf"

Mentari menundukan kepala nya.
"Iya.." jawab nya pelan.

"Jangan sedih. Nanti kalau sempat Saya ga akan langsung balik lagi ke Aussie,"

"Iya. Kalo sempet."

Entah kenapa kata kalau sempet itu menyakiti hati nya.

"Kamu bukan prioritas Men. Inget." ucap Mentari pada dirinya sendiri.

Tak terasa air mata mulai mengalir. Mentari sungguh sangat menantikan hari ini, hari dimana akhirnya bisa melihat langsung Aghi yang sangat dirindukanya.

.

Setelah selesai menangis Mentari pun memutuskan untuk pulang.

Betapa Mentari terkejut melihat seseorang yang tengah berdiri di depan pintu.

"Surprise." Aghi berdiri di depan pintu sembari membawa sebuket besar bunga mawar.

Mentari terdiam.

"Huuwaaaa," Mentari menangis layaknya anak kecil yang telah dibohongi.

Aghi langsung memeluk Mentari.

"Hiks... hiks... Jahat banget sih... hiks... hiks..."

Aghi melepas pelukan nya lalu mengusap pelan pipi Mentari.

"I'm sorry," katanya sambil tertawa pelan.

.

Kini Aghi dan Mentari tengah berada di atas ranjang. Aghi menatap Mentari yang tengah tertidur dilengan nya stelah lelah menangis juga bercerita pada Aghi dan juga mendengar cerita Aghi.

Aghi membelai wajah Mentari menyingkirkan rambut yang menghalangi cantik nya wajah Mentari.

Aghi mengecup lembut bibir Mentari, lalu menarik gadis itu kepelukan nya.

Setelahnya Aghi pun terlelap menuju dunia mimpi.

-

Aghi mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus tirai. Matanya langsung mencari keberadaan Mentari yang tidak ada di samping nya.

Aghi pun bangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur setelah mendengar suara bising.

Mentari berdiri sembari memegangi gelas berisikan susu coklat di tangan kiri dan gelas berisikan kopi di tangan kanan.

Aghi langsung mendekap gadis itu. Matanya kembali menutup.

"Ayo sarapan dulu," ucap Mentari kembali menyadarkan Aghi.

Aghi melepaskan pelukan nya lalu mengambil kopi dari tangan Mentari.

"Taraaa..." Mentari menunjukan sarapan hasil karya nya. Sederhana memang karena hampir semua orang memang bisa membuat roti panggang dengan selai.

Tapi menurut Aghi roti ini spesial, karena Mentari yang mebuatnya.

Aghi mengigit roti berisi selai coklat itu.

"Enak" ucap nya. Mentari langsung tersenyum puas.

.

Aghi berdiri tubuhnya kaku begitu melihat Mentari yang hanya mengenakan Handuk. Rambut panjang nya yang basah mendambah kesan seksi.

Mentari yang tengah sibuk mengeringkan rambut nya tidak menyadari keberadaan Aghi.

Aghi lalu membalikan badan dan berjalan menuju ruang tengah.

Dan kini Aghi yang tengah duduk di sofa tidak bisa melupakan apa yang baru saja Ia lihat. Sejujurnya bukan kali ini saja Ia terpikat dengan kecantikan tubuh Mentari.

Tapi baru kali ini Ia melihat Mentari yang hanya mengenakan handuk. Bahkan dengan mudah nya Ia bisa membayangkan semua yang berada di balik handuk itu.

Plak.

Tamparan menghantam pipi Aghi. Bukan Mentari yang menamparnya, melainkan dirinya sendiri untuk menyadarkan dan membuang jauh-jauh semua pikiran kotornya.

.

Mentari melepaskan pelukan Aghi mengingat Aghi harus segera pergi.

"I'll Miss you," ucap Aghi menatap gadis yang hendak masuk ke dalam taksi. Sedih harus berpisah lagi dengan Mentari.

"Jangan sedih. Sampai ketemu bulan depan," Sahut Mentari lalu mengecup singkat bibir Aghi.

"Aku pulang ya." Pamit nya lalu masuk ke dalam Taksi. Aghi melambaikan tangan nya. Setelah Taksi itu tak terlihat baru Aghi menaiki mobil nya untuk segera menuju bandara.

Padahal sebelum nya Mentari menawarkan diri untuk mengantarnya sampai Bandara tapi Aghi menolak, dengan alasan Ia tidak akan bisa meninggalkan Mentari.

Mentari yang mendengar nya hanya tertawa. Dan akhirnya mereka berpisah di depan Apartemen.

.

Ibu mengertukan dahi nya ketika melihat Mentari.

"Tumben kamu pulang nginep dari Rima mandi dulu?" Ucap nya sembari mengunyah buah Apel.

"I..iya lagi pengen aja," Mentari langsung menuju kulkas untuk mengambil air.

"Oh iya kemarin Aghi pulang. Tapi malem nya udah langsung harus pergi lagi," tambah Ibu yang hampir membuat nya tersedak. Karena ternyata Ibu juga tahu kalau Aghi pulang.

Padahal semalaman kemarin Aghi bersama nya.

"Emang dikirnya Aussie itu deket." tambah nya.

Mentari hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan menuju kamar nya.

Maaf Bu.

Pacar Ibu [SELESAI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora