JULI

25 2 0
                                    

Berfikir tentang hidup tak adil, itu manusiawi, tetapi tetap harus bersyukur, mungkin itu yang ada dalam pikiran ku kali ini, karena hampir setiap hari melihat hal-hal yang mengharukan, kali ini aku akan menceritakan tentang seorang anak kecil yang tiada hari tanpa senyum

Juli, itu nama anak yang sangat aku sanjungi, kenapa ? karena dari cara dia berfikir aku bisa belajar suatu hal yang berharga, di satu hari aku sedang berjalan menenteng kamera untuk mencari objek untuk di foto, tepatnya di tempat pembuangan sampah akhir aku bertemu anak kecil yang sedang bermain dengan tumpukan sampah, ketika aku datang dan bertanya

A : Lagi apa dek ?

j : lagi belajar bang "sembari tersenyum"

A : dengan bingung diriku bertanya "belajar ?"

j : iya bang, aku lagi melihat sampah itu sedang di kerumuni lalat

A : lalu apa yang kamu pelajari ?

j : setiap aku usir, lalat itu selalu kembali lagi ke sampah itu, dan di situ aku belajar, berarti lalat itu mahluk yang bekerja keras, walaupun di usir tetap kembali dan mengkrubungi sampah itu, sampah itu seperti gudang makanan bagi mereka, sama seperti aku, kalau saja sampah ini tidak ada, aku bisa makan dari apa? makanya diriku tersenyum, setidaknya aku tak sendirian

A : hahaha ada-ada aja kamu, sudah makan ?

j : Belom bang, biasanya makan jam 4 karna cuma makan 1x sehari jadi untuk tahan sampai malam, harus makan sore "sembari tersenyum"

A : yuk pegi makan bareng abang,

j : tapi aku bau bang, ntar malu lagi "dipertanyaan inipun dia tetap tersenyum"

A : hahaha nggak kok,

j : Beneran bang nggak malu ?

A : emang kamu mau makan di mana ?

j : ada tempat makanan enak bang, mau kesana nggak ?

A : di mana ?

j : di dekat sini bang

Dan ternyata tempat makan itu di sebelah tempat pembuangan sampah tersebut, jauh dari kata layak untuk sebuah tempat makan, tetapi dia tetap lahap menyantap makanan itu, dan aku di ajak rumahnya.

Sepanjang jalan dia bercerita, dia tinggal sendirian karena dia anak tunggal dan orang tuanya meninggal dunia dia tinggal di sebuah rumah kayu beratapkan seng tanpa di lengkapi peralatan elektronik apapun kecuali radio tuanya peninggalan ayahnya.

JULI Bocah TegarWhere stories live. Discover now