A Different Sorting

283 36 5
                                    

Disclaimer: As always all characters, location, etc. belong to J. K. Rowling and others (except a few which are obviously my own invention.)

Warning: AU, Canon-Modified.

I hope, you will enjoy this. Happy Reading.

🌼🌼🌼

"...and to every action there is always an equal and opposite or contrary, reaction..."

Isaac Newton, 1643-1727.

🌼🌼🌼

"RAVENCLAW!"

Ketika ia sebelas tahun, Hermione mendengar pertama kalinya tentang Sekolah Sihir Hogwarts, sebuah sekolah asrama di daratan tinggi Skotlandia yang tak bisa terjamah oleh manusia normal. Sekolah yang hanya menerima murid yang sudah tercantum namanya sejak pertama kali mereka dilahirkan saja, rumit, tapi ia sangat memahami maksudnya setelah mengetahui sejarah keberadaan dunia itu.

🌼🌼🌼

"Hmm, seberapa banyak kau tahu tentang mitos dan legenda sihir?" tanya Profesor McGonagall, wanita tak diundang yang datang malam-malam hanya untuk menjelaskan sekolah itu. Menjelaskan segala hal yang tadinya dianggap omong kosong belaka.

"Em... hanya beberapa."

"Kau tahu tentang kisah penyihir-penyihir Amerika? Ketegangan antara penyihir dan non-penyihir yang telah meningkatkan rasa takut beberapa Muggle? Para non-penyihir yang merasa iri pada kekuatan sihir kemudian mereka-reka cerita, saat itu lah para penyihir mulai percaya bahwa Muggle adalah inferior... Setelah kejadian itu, tak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketegangan tersebut, perjanjian internasional tentang kerahasiaan kaum penyihir disahkan, dan sejak itu, dunia sihir tidak ada lagi untuk Muggle."

"Ya, itu... mengerikan, sebuah konspirasi di awal tahun 1600-an, sihir yang melibatkan anak-anak. Serta wanita-wanita muda yang dibakar hidup-hidup. Tapi aku selalu berpikir bahwa semua itu hanya tipuan belaka?" jawab Hermione.

"Buku-buku cerita Muggle akan membimbing Anda untuk tidak mempercayai itu." kata McGonagall, suaranya seperti terkubur sejak ia masuk ke rumah Hermione. "Salah satu hal yang Kepala Sekolah kami, Albus Dumbledore telah lakukan adalah bekerja selama bertahun-tahun meningkat hubungan dengan Muggle. Jika kami berhasil, kau mungkin telah belajar tentang kemampuan sihirmu jauh sebelum ini..."

🌼🌼🌼

Ia pun segera tahu bahwa dirinya pasti lah seorang Ravenclaw, ya Ravenclaw, bukan asrama yang lain. Sejak ia masih kecil, ia sudah mencari pengetahuan dari segala arah, memasukkannya ke dalam sudut-sudut laci otaknya. Ketika para anak perempuan lain berkata tentang dirinya di belakang punggungnya:

"Kamu lihat apa yang sedang Hermy lakukan? dia tak pernah berhenti membaca! Ada yang salah pasti dengan dirinya..." ia hanya mendengus karena menahan amarahnya, selebihnya tak pernah peduli. Ia akan mengabaikan kata-kata tak berguna itu dengan buku-buku yang sudah siap di tangannya.

Ketika kini giliran para anak laki-laki yang menggoda dirinya: "Berang-berang bergigi-besar. Berang-berang bergigi-besar. Ayo Granger, tunjukan gigimu pada kami!" dia hanya memandangi mereka dengan tampang kosong dan kembali membaca buku terakhirnya jelas-jelas di depan muka.

Ia mengabaikan kesepiannya dengan membaca epic fantasy novel, menenggelamkan dirinya di cerita-cerita dunia sihir dan kehidupan para pahlawan atau petualang, lalu membayangkan dirinya yang berada di posisi itu.

Teman. Seperti anak-anak lainnya, Hermione selalu menginginkan memiliki teman-teman. Waktu demi waktu, ia akan bermain dengan anak-anak seusianya, mencoba mengesankan mereka dengan fakta-fakta yang ia dapatkan dari buku. Tapi, mereka akan tetap meninggalkannya, anak kecil mana yang mau lama-lama dicekoki dengan materi-materi berat yang belum mereka pahami? Bagaimanapun caranya ia akan kembali memaksa dirinya mempercayai bahwa temannya hanya buku-buku itu.

A Different Sorting ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt