Chapter 13 [ Special Chapter ]

Начните с самого начала
                                    

“Hah? Maksudmu, Niall?” Tanyaku.

“Ya, karena masalah ini, jadwal kita untuk berangkat ke Korea Selatan dipercepat menjadi tiga hari lagi. Dan kita harus lebih serius dalam menjalani pengarahan dan pelatihan.” Jelas Niall yang membuat aku dan Zee sedikit tersentak.

“Shit. Jika jadwal kita ke Korsel dipercepat, berarti jadwal kita untuk menyamar sebagai karyawan di kedutaan besarnya dipercepat pula kan? Apa pihak Korsel setuju dengan hal itu? Apa mereka tidak curiga?” Tanyaku yang mulai menduduki sofa dihadapan mereka dengan Zee.

“No, mereka sama sekali tidak curiga. Mr. Hendrick sudah menjelaskan tentang hal itu kepada pihak Korsel, dan pihak Korea Selatan malah sangat setuju. Karena, menurut mereka, lebih cepat lebih baik.” Jelas Niall lagi, yang membuat aku menganggukan kepala.

“Okay, sudah cukup. Karena waktu yang kita miliki hanya tersisa tiga hari lagi, aku akan melakukan cek kesehatan yang kemarin sempat tertunda. Dan ini merupakan cek kesehatan yang terakhir kalinya. So, jaga kesehatan kalian sebaik-baiknya.” Jelas Liam yang bangkit dari duduknya, untuk mengambil beberapa alat kedokteran.

****

Zee’s POV

Kami semua sudah melakukan cek kesehatan. Dan kata Liam, kesehatanku sudah stabil. Penyakit sinusitisku sudah jarang kambuh lagi, dan itu pertanda baik bagiku. Liam berkata bahwa aku harus terus meminum suplemen, dan juga menyarankan padaku untuk tidak terlalu memikirkan sesuatu, karena bisa berdampak bagi kesehatan tubuhku.

Sekarang aku dan Zayn, sedang bersiap-siap untuk melakukan latihan. Sebenarnya yang latihan disini hanya aku saja, karena kau tahu kan kalau aku satu-satunya agen dadakan disini?

Aku dan Zayn sedang menuju keruangan yang berada dibelakang rumah, sementara yang lain sedang bersantai karena mereka sudah cukup berpengalaman dalam bidang bela diri. Huh, poor you Zee.

“Okay, Zee. Karena kau sudah cukup mahir dalam bidang tembak-menembak, jadi hari ini aku akan melatihmu untuk menggunakan senjata tajam. Seperti pisau contohnya. Apa kau pernah melatih kemahiranmu dalam menggunakan senjata tajam?” Tanya Zayn ketika kami sudah memasuki ruangan transparan ini.

Aku mengangguk, “Tapi aku sangat lemah dalam bela diri ini.” Ucapku sembari menatapnya.

Zayn melangkah mendekat kearahku, lalu mengacak-ngacak rambutku. “Poor you, Zee.” Cibirnya. Sementara aku mendengus kesal.

“Daripada kau terus-terusan mengejekku, lebih baik kita mulai latihannya.” Ucapku sambil memberi tatapan sebal kepada Zayn.

“Hahaha, baiklah.” Jawab Zayn.

Zayn melangkah, dan mulai mengambil beberapa pisau yang tergantung rapih disudut kanan ruangan.

“Ini adalah pisau laga, pisau yang paling sering digunakan  dalam konfrontasi antara dua individu atau lebih dalam jarak pendek. Dalam dunia ke-agenan, pisau ini juga dianggap sebagai senjata andalan. Karena pisau laga dirancang sebagai senjata bertujuan khusus, untuk penggunaan pribadi maupun pertarungan satu lawan satu.” Jelas Zayn yang terus nyerocos.

“E-hm, Z-ayn. Sebenarnya aku sudah tahu tentang itu semua.” Ucapku sambil menahan tawa yang kemudian pecah.

“Bodoh. Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” Tanyanya sambil menunjukan ekspresi jengkel.

“Lagian kenapa kau terus nyerocos?” Tanyaku yang masih tertawa kecil.

“Hhh. Baiklah, mari kita mulai.”

Zayn memberikan aku sebuah pisau yang pegangannya berwarna coklat tua, sementara ia memakai yang berwarna hitam.

“Langkah pertama, jika kau tidak ingin pisaumu ini terlepas dari genggamanmu, kau harus bisa memegangnya seerat mungkin. Letakan ibu jarimu dibagian atas dari pegangannya, dan keempat jarimu yang lain harus berada dibagian bawah.” Jelas Zayn sambil memperaktikannya. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya.

The Girl Who Can't Cry [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя