TIG PULUH DELPN

72.7K 6.1K 80
                                    


(edited version)

----------------------


Sebenarnya apa yang diinginkan M.I.S.A dari Gregory?

Aku terduduk di sofa ruang utama dan kulipat kedua tanganku di dada. Kulemparkan pandanganku ke arah lampu kristal besar yang menggantung sembari beribu-ribu kali kupertanyakan hal itu di benakku.

Kupikir awalnya alasan Gregory menjadi target adalah karena ia adalah mafia obat-obatan terlarang.

Malam ini aku sedikit mabuk. Dapat dilihat dari beberapa gelas martini yang sudah kuhabiskan di atas coffee table.

"Kau terlihat tertekan, Sayang!" Ucap Gregory. Tiba-tiba saja ia sudah ada di sampingku.

"Kau meminum banyak martini! Bukankah biasanya kau selalu meminum wiski?" komentar Gregory sembari mengarahkan pandangannya ke gelas-gelasku.

"Aku hanya khawatir padamu, Gregory," bisikku sembari memeluknya.

"Khawatir?" tanyanya heran. Namun diujung kata yang ia ucapkan seakan ia begitu bersemangat.

"Sepertinya banyak orang yang berusaha membunuhmu. Aku tak suka itu," racauku sembari menggelengkan kepalaku.

Gregory pun membalas ucapanku dengan sebuah pelukan. Tangannya membelai rambut emasku dengan lembut.

"Jangan khawatir, aku tak akan mati dengan mudah, Carla," ia berbisik. Begitu percaya diri.

"Benarkah?"

"Ya."

"Tapi aku tak ingin kau seperti hewan liar yang diburu oleh banyak orang," ucapku berlagak manis.

"Tidak ada yang bisa memburuku. Apa kau takut jika mereka turut melukaimu? Aku akan tetap ada di dekatmu. Carla. Tenanglah," ucapnya sembari mencubit lembut daguku.

Kami terdiam sejenak.

"Kenapa kau tak memberikan benda yang mereka inginkan saja? Mungkin mereka akan melepasmu. Dan tak akan ada lagi yang mencoba membunuhmu." Aku mulai mencoba memancing pembicaraan mengenai benda apa yang M.I.S.A inginkan dari Gregory.

BRAKK!

PRANG!

Gregory menyapu gelas-gelas martiniku dari meja sehingga jatuh ke lantai. Menyihirnya menjadi pecahan kecil. Aku sangat terkejut melihat kelakuannya.

Lalu Gregory beranjak dari duduknya. Dan pergi meninggalkanku. Tanpa kata, ia meninggalkanku begitu saja.

Menyisakan suara langkah kakinya yang begitu mengintimidasi.

Hanya itu. Aku tak berani menahannya untuk tetap bersamaku. Ia marah padaku. Sangat marah.

Aku takut ia akan melakukan hal buruk padaku.

***

Sudah dua hari ini Gregory mendiamkanku. Ia tak tidur di kamar kami. Charles mengatakan bahwa Gregory sedang sibuk di ruang kerjanya.

Sepertinya ia sedang mempersiapkan cara yang tepat untuk mengahdiahi sebuah 'hukuman' untukku yang telah membuatnya marah.

Kuberanikan diri untuk menghampirinya di ruang kerja. Aku masuk begitu saja.

Jujur, aku merindukan sosoknya yang biasanya selalu kulihat tanpa pakaian di sisi tempat tidurku. Sepertinya aku sudah tak waras.

Ini pertama kalinya aku memasuki ruang kerja Gregory. Ruang kerjanya begitu luar biasa. Salah satu sisi dindingnya dipenuhi oleh senjata api yang dipajang. Dan ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya.

"Gregory," panggilku. Ternyata ia sedang sibuk mengelap salah satu senjata apinya.

Ia hanya menatapku sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke senjatanya.

"Kau marah padaku?" Tanyaku sembari mendekati tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

Gregory masih mengunci mulutnya.

"Hukum aku jika membuatmu marah," ucapku sembari membuka kancing kedua kemejanya yang terkunci. Aku menggodanya. Kuharap ia kembali berbicara padaku.

Ia kemudian menghentikan aktivitas mengelap senjatanya itu. Ia membalikkan tubuhnya dan hanya menatapku.

Bicaralah padaku Gregory. Aku memerlukan banyak informasi.

Kulepaskan pakaianku secara perlahan.

"Hukumlah aku," Ucapku.


***

TBC 

Buy My Life [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя