Chapter 2 (Primary School)

35 4 0
                                    

Siapa namanya? Siapa... Namanya? Siapa...? Pertanyaan tersebut selalu menghantuiku ketika aku ingin melanjutkan petualanganku. Namun, aku tidak boleh terganggu oleh hal itu dan terpaksa aku harus melupakan pertanyaan tersebut agar aku bisa lebih fokus.

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

Juli 2007, aku dan Faith melanjutkan petualangan kami di suatu wilayah yang disebut "Sekolah Dasar" oleh warga setempat. Wilayah ini dapat dibilang lebih luas daripada wilayah yang telah kami jelajahi sebelumnya. 

Kami ditempatkan di dalam kelas yang sama untuk kedua kalinya. Pada saat itu juga, aku dan Faith bertemu dengan beberapa petualang baru di sana dan lantas kami berkenalan dengan mereka.

"Halo! Siapa namamu dan nama temanmu?" ucapku kepada seorang petualang.

"Oh, namaku Yordi dan dia adalah Salman Kirisaki atau biasa dipanggil 'salkir'." Balas petualang tersebut. "Siapa namamu dan temanmu itu?"

"Namaku Than dan dia adalah Faith, kami telah berpetualang bersama selama 2 tahun."

"Aku rasa kami bisa berpetualang bersama dengan kalian."

"Ide bagus!" aku pun setuju dengan mereka.

Ketika para petualang telah dikumpulkan untuk memilih satu orang pemimpin, mereka pun berdiskusi agar mereka mendapatkan seorang pemimpin yang tepat bagi mereka dan ternyata, aku lah yang menjadi pemimpin lagi.  

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

Setelah selama tiga tahun aku memimpin mereka, seorang guru merasa takjub akan kepemimpinanku dan ia menawarkanku sesuatu.

"Than, apakah kamu ingin mengikuti kompetisi para pemimpin se-Suldonesia selama 3 hari di Sulo?" Tanya seorang guru kepadaku.

"Aku tidak tahu. Jika aku mengikuti kompetisi tersebut maka itu berarti aku akan meninggalkan para pengikutku dan melepas tanggung jawabku, apakah itu benar?"

"Itu memanglah benar. Tetapi, jika kamu pergi mengikuti kompetisi tersebut, mereka akan merasa takjub dan beruntung untuk memiliki seorang pemimpin sepertimu."

Aku pun berpikir sejenak dan berkata, "Baiklah, aku akan mengikutinya."

Satu hari sebelum keberangkatanku menuju Sulo, aku mengadakan perpisahan kecil kepada para pengikutku.

"Aku tahu seharusnya aku tidak perlu melakukan ini." Ucapku.

"Tidak apa-apa, Than. Kami akan baik-baik saja disini." Jawab Faith.

"Kami merasa bangga padamu. Kamu memang seorang pemimpin yang bijaksana karena lebih mementingkan pengikut-pengikutnya daripada dirinya sendiri." Jawab Yordi.

Aku pun menjawab, "Terima kasih, aku bukanlah apa-apa jika tidak ada kalian di sisiku."

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

Tibalah hari dimana aku pergi ke Sulo untuk mengikuti kompetisi para pemimpin se-Suldonesia. Aku berangkat dengan para guru dan para pemimpin lain yang terpilih dengan menggunakan sebuah bus.

Sesampainya kami di Sulo, tepatnya di SDI Al-Azherr Arko 28. Masing-masing dari kami telah ditentukan tantangan apa yang akan kami hadapi. Pada saat itu, aku mendapat tantangan tentang ilmu agama. 

Aku menghadapi tantangan tersebut dengan teliti dan mengeluarkan seluruh kemampuan yang kumiliku. Namun, takdir menginginkan hal lain. Aku tidak lolos dari tantangan tersebut. 

Saat kami dalam perjalanan pulang menuju Sulthanbumi, pikiranku menjadi aneh dan suatu hal selalu menghantuiku pada saat itu. Hal tersebut adalah, apa yang akan dikatakan oleh pengikut-pengikutku setelah mereka mengetahui kegagalanku?

Ketika aku kembali, para pengikutku sudah menyambut kedatanganku dengan sangat hangat. Mereka terlihat bahagia karena bisa bertemu dengan pemimpinnya lagi.

"Selamat datang kembali, pemimpin!" Sambut Faith.

"Terima kasih..." Jawabku.

Yordi pun bertanya, "Bagaimana dengan kompetisinya, pemimpin?"

"Maafkan aku, aku seseorang yang gagal."

"Tidak apa-apa!" Ucap Faith. "Yang terpenting adalah kamu telah melakukannya dengan sungguh-sungguh."

"Kau benar. Aku berjanji, aku akan menjadi pemimpin yang lebih baik bagi kalian." Jawabku.

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

Dua tahun pun berlalu dan ini adalah tahun terakhir bagi kami untuk berada di SD dan kami harus menaklukan sebuah tantangan yang disebut UN agar kami bisa melanjutkan petualangan kami ke SMP.

"UN akan datang sebentar lagi, persiapkanlah diri kalian dari sekarang." Nasihatku kepada para pengikutku.

"Siap, pemimpin!" Jawab para pengikutku dengan lantang.

"Sementara itu, di manakah kalian akan melanjutkan petualangan kalian?" Tanyaku.

Yordi menjawab, "Aku akan melanjutkan petualanganku di SMP Ingin Tisoledat, pemimpin."

"Menakjubkan."

"Di mana pemimpin akan melanjutkan petualanganmu?" Tanya Yordi.

"Aku akan melanjutkan petualanganku di SMP Sarimi Isi 2. Faith, apakah kita akan berpetualang bersama lagi?"

Faith menjawab, "Aku rasa tidak, pemimpin. Aku akan melanjutkan petualanganku di SMP Sarimi Isi 1."

"Baiklah, walaupun perbedaanya sangat tipis, pengaruhnya sangat besar kepada kita. Semoga kita dapat bertemu lagi suatu saat nanti."

"Baik, pemimpin!"

Tibalah waktu bagi kami untuk menaklukan UN, kami ditempatkan di kelas yang berbeda tanpa alasan yang jelas. Singkat cerita, setelah kami menaklukan UN, aku berhasil meraih peringkat kedua...

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

Than akan melanjutkan petualangannya dengan seorang diri dan tanpa tangan kanannya. Sanggupkah ia melakukannya?
To be continued...

Schriftsteller's Journey [Completed] Where stories live. Discover now