"Ya," jawabnya, dengan senyum lebar di wajah yang membuat matanya menjadi dua buah garis. "Kalian tidak keberatan kan jika aku ikut bergabung?"

"Tentu saja tidak," kali ini Hong Jisoo yang duduk di sebelahku yang menjawab dengan menggoda. "Lagian kau sudah duduk terlebih dulu di situ sebelum bertanya tentang apakah kami keberatan atau tidak."

"Strategiku," Kwon Soonyoung menanggapi juga dengan nada bercanda. "Supaya kalian tidak akan menolakku untuk bergabung bersama di sini."

Perhatianku tiba-tiba teralihkan pada Hansol Vernon yang tengah asyik menyantap makan malamnya dengan tenang, seperti biasanya. Jika sedang makan, Vernon memang tidak banyak berbicara dan hanya akan fokus pada makanan di depannya. Sudah hampir satu minggu aku tidak bertemu dengannya.

Tanpa sengaja pandangan kami bertemu ketika dia mengangkat wajahnya. Vernon lalu memberikan senyumnya untuk menyapaku. "Hallo Jeonghan."

"Hai Vernon, lama tidak bertemu denganmu," balasku. "Bagaimana kabar anjingmu?"

"Nama anjingnya Domino," Seungkwan ikut menimpali, lagi-lagi seperti biasanya, memberikan informasi tambahan yang tidak aku tanyakan. "Anjing ras Golden Retriever"

Aku menganggukkan kepalaku sebagai respon. Golden Retriever adalah salah satu jenis anjing ras yang populer dari Inggris.

"Domino?" ulang Kwon Soonyoung terdengar tertarik. "Kenapa kau memberi nama Domino untuk anjingmu?"

"Karena aku suka membaca komik Marvel," jawab Vernon. "Nama Domino kuambil dari salah satu karakter X-Men yang memiliki kekuatan mutan berupa keberuntungan."

"Dan sepertinya kemarin Domino sedang kehilangan keberuntungannya," sahut Hong Jisoo sebelum meminum jus jeruknya. "Makanya dia bisa sampai jatuh sakit."

Vernon mengangguk. "Sepertinya memang begitu."

"Bagaiamana kabar Domino?" aku mengulang kembali pertanyaanku yang belum sempat dijawab olehnya. "Sakit apa dia?"

"Kata dokter Infectious tracheobronchitis."

"Kennel cough?" tanyaku memastikan.

Vernon kembali mengangguk. "Untungnya kondisinya sudah lebib membaik."

"Apa dia masih batuk-batuk sampai sekarang?" tanyaku lagi prihatin.

"Sudah tidak terlalu."

"Syukurlah kalau begitu."

Seungkwan memberiku pandangan penasarannya. "Jeonghan, apa kau tahu banyak soal penyakit anjing?"

"Tidak banyak," jawabku. "Kebetulan saja aku juga punya seekor anjing di rumah."

"Benarkah?" Vernon benar-benar terlihat tertarik. "Jenis apa?"

"Akita."

"Apa itu jenis ras yang sama dengan anjing Hachiko yang patungnya ada di depan stasiun Shibuya Jepang?" kali ini Hong Jisoo yang bertanya.

Aku mengangguk membenarkan.

"Apa warna bulunya juga putih seperti anjing Hachiko?" Hong Jisoo kembali bertanya.

"Tidak. Bulu bagian dalamlnya memang putih, tapi bulu bagian luar cokelat keemasan."

"Jisoo, ternyata kau tahu cukup banyak soal ras anjing," komentar Seungkwan memuji.

"Tidak juga," Hong Jisoo mengangkat pundaknya sambil lalu. "Aku pernah mengunjungi tempat itu dan membaca artikel mengenainya dulu."

Semua penghuni asrama tahu bahwa Hong Jisoo sangat kaya raya, jadi tidak ada satupun dari kami yang heran ketika tahu dia pernah pergi ke Jepang.

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now