"Aku setuju ya kalo Kirana ada adek" ucap Teddy secara tiba-tiba. Entah sejak kapan suaminya ini mendengar dan bergabung dalam obrolan

"Pabrik tutup" canda Abel pada suaminya yang masih mengendong Kirana

Suara tawa memenuhi ruang tamu rumah mama Patris. Kedekatan antara Abel dan keluarga suaminya tidak diragukan lagi. Bahkan sudah menjadi putri bagi mama Patris dan keluarganya.

Sepulangnya dari rumah mama Patris, Abel mulai menyusun belanjaan sesuai tempatnya. Seperti bumbu masak kering, Abel susun pada rak dapur dan stok sabun cuci piring Abel masukkan ke dalam lemari bawah

"Sayang, besok Bapak bikin lomba, diminta dateng" Teddy menghampiri Abel yang berada di dapur

"Dalam rangka apa mas?" tanya Abel heran. Tidak biasanya sang Menteri membuat perlombaan

"Dalam rangka ngisi waktu sama anak-anak sebelum kunjungan lagi ke luar kota"

"Nanti kita liat papa lomba ya dek" Abel mendekatkan wajahnya pada Kirana yang masih digendong oleh Teddy. Habis pipi Kirana dicium oleh Abel dengan gemas

"Mulai, mulai. Nanti nangis anaknya ma" ucap Teddy gemas melihat istrinya mulai bersaing dengan Kirana

"Ga nangis ga hore" Abel kembali mencium pipi Kirana dengan gemas dan kali ini berhasil membuat Kirana menangis

"Kan nangis kan" Teddy tertawa melihat anaknya tertekan karena ulah mamanya sendiri

"Oke udah nangis, sekarang papanya" Abel mencium gemas pipi Teddy yang menurutnya mirip seperti mochi

"Mas, kamu ga usah diet lagi lah. Gemoy gini cakep" ledek Abel gemas

"Iya ya, ga usah diet. Kalo diet nanti makin banyak yang naksir." Tak mau kalah dengan Abel, Teddy kembali menggoda sang istri

"Siapa yang berani ngambil suami aku? ga ada mas. Aku jambak pelakornya" jawab Abel dengan beraninya.

"Istri tentara harus berani" tiba-tiba suara Teddy tegas seakan menirukan suara seorang tentara yang sedang bertugas.

"SIAP!!!" jawab Abel tak kalah tegas


🧸🧸🧸🧸


Kertanegara
08.00 WIB

Rumah Kertanegara saat ini dipenuhi hiasan perlombaan. Ada banyak pernak-pernik khas perlombaan yang menghiasi berbagai sudut ruangan.

Keluarga Wijaya ini tiba lebih pagi untuk mengajak Kirana berkeliling terlebih dahulu. Kirana begitu bersemangat saat melihat banyak balon dan bola-bola kecil.

Semakin bertumbuhnya Kirana, semakin aktif juga Wijaya kemasan sachet ini. Kewajiban imunisasi pun sudah Kirana lewati dengan baik tanpa drama rewel yang berlebihan. Sangat beruntung Teddy dan Abel saat melihat Kirana tumbuh menjadi anak yang sehat.

"BANG BASKOM DONG BASKOM" suara teriakan Lino terdengar saat keluarga Wijaya ini berjalan menuju halaman belakang yang sudah disulap seperti lapangan serba guna

"SABAR WOI SABAR" tak kalah besar, suara teriakan Agung terdengar oleh keluarga Wijaya ini. Terlihat, Agung berlari ke halaman belakang dengan baskom kecil di kedua tangannya

"Pagi bang mayor" sapa Rajif yang datang dari arah belakang

"Pagi Jif. Wih udah siap aja lu buat lomba" ucap Teddy saat melihat Rajif dengan setelan olah raga

"Pasti bang. Demi hadiah ni"

"Mba Abel ga ikut?" tanya Rajif heran melihat penampilan Abel yang rapi dengan gaun bercorak bunga-bunga kecil

"Engga mas. Kalo ikut, siapa yang jaga ini" tunjuk Abel pada Kirana yang memakai baju bayi dengan corak bunga-bunga. Menyamakan dengan pakaian sang mama

"Waduh iya. Ada Wijaya sachet" Rajif menepuk jidatnya seakan lupa kehadiran Kirana

"Wijaya sachet ga tu. Pagi bang, pagi mba" sapa Agung menghampiri keluarga Wijaya dan Rajif di area meja makan dekat halaman belakang

"Pagi mas Agung" sapa Abel

"Oh iya, Bapak nyiapin bola sama balon buat Kirana. Kalo bola-bola kecilnya di masukin ke kolam renang karet gitu mba" tunjuk Agung ke tempat bola-bola kecil yang berada di sisi kiri halaman. Masih dekat dengan area meja makan

"Terima kasih banyak" ucap Abel

Perlombaan antar anak-anak sang Menteri berlangsung sangat meriah walaupun hanya disaksikan oleh keluarga Kertanegara saja. Di samping itu juga, Kirana menikmati mandi bolanya bersama kakek tercintanya

"BANG BOLANYA SISA BANYAK" teriak Lino heboh saat sesi perlombaan memindahkan bola ke dalam baskom dimulai. Cukup mudah permainan ini karena setiap perwakilan tim hanya memindahkan bola ke dalam baskom yang diletakan pada meja setinggi 1 meter.

"BANG MAYOR JANGAN KALAH BANG" triak Rajif pada Teddy yang berlari memindahkan bola

"BANG RIZKY CEPET DONG!! KALAH NI KITA" Lino kembali berteriak saat melihat tim lawan memimpin permainan

"SABAR!! SUSAH NI" Rizky menjawab dengan teriakan tak kalah keras

"SUSAH GIMANA? ABANG GA LARI, ORANG MAH LARI" Lino mulai frustasi. Mungkin setelah ini ia akan tantrum karena sudah pasti timnya kalah

"TU KAN KALAH" frustasi Lino karena Rizky tidak berhasil memindahkan semua bola.

Tim Teddy dan Rajif yang memenangkan sesi ini memimpin perlombaan 3-0 mengalahkan tim Rizky dan Lino. Tiga permainan sudah terlewatkan dan mengharuskan mereka beristirahat di area meja makan

"Ah udah ah. Main sama Kirana aja" ucap Lino seorang diri dan menghampiri Kirana yang sibuk melempar bola-bola kecil ke berbagai arah.

"Ga asik ah, ngambek" ucap Rizky menghampiri Lino

"Abang sih mainnya ga fokus. Kalah kan" jawab Lino tanpa melihat wajah Rizky

"Ya udah maaf ya. Istirahat dulu" Rizky mengangkat tubuh Kirana agar bergabung bersama orang tuanya.

"Enak ya nak semua bolanya dilempar" ucap Teddy pada Kirana yang memegang bola ditangan kanannya.

"EH JANGAN DIMAKAN" suara anak-anak Menteri panik saat melihat Kirana akan memasukkan bola ke dalam mulutnya.

Setelah Istirahat, anak laki-laki sang Menteri melanjutkan sesi perlombaan. Perlombaan lempar bola air tanpa adanya tim. Agung, Rajif, Rizky, Teddy, dan Lino saling lempar bola berisikan air hingga membuat halaman belakang penuh gedangan

"Papanya basah, anaknya kumel" ucap Abel melihat Teddy dan Kirana bergantian. Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi keluarga Kertanegara.

Baik suami dan anaknya sama-sama memiliki waktu luang bersama temannya. Ya, walaupun teman Teddy adalah teman Kirana juga. Mengingat baru Teddy yang sudah menikah dan memiliki kemasan sachetnya dalam bentuk Kirana.

POLAROID (END)Where stories live. Discover now