"Saya lagi butuh pelukan. Izinin saya meluk kamu bentar, ya?" Keinginan mengomel Mima seketika lenyap setelah mendengar ucapan Arlan. Pada akhirnya wanita itu mengangguk dan dengan ragu membalas pelukan Arlan.

Merasakan sebuah usapan hangat dipunggungnya, Arlan semakin melebarkan senyuman dan menelusupkan wajahnya pada rambut Mima.

•Beloved Staff•

Peluncuran produk terbaru berjalan dengan lancar dan sejauh ini tidak mengalami masalah yang serius. Kondisi kantor semakin sibuk setelah peluncuran produk karena tahap pemasaran dan promosi jauh lebih sulit dari yang dipikirkan, karena diwaktu-waktu itu adalah penentuan apakah produk dapat diterima konsumen atau tidak. Setidaknya mereka harus menunggu selama sebulan sampai menerima hasil yang maksimal.

Iya, sejauh ini sih tidak ada masalah serius kecuali ...

"Ma, bukannya itu kayak totebag punya lo, ya?"

Mima menatap datar Lova yang terlihat seru sekali mengobrol dengan Bella. Setelah mulai bekerja di kantor, Bella memang terbilang paling dekat dengan Lova. Entah mengapa mereka berdua bisa se-klop itu, tapi terkadang kombinasi keduanya itu bisa sangat menyebalkan ---terutama bagi Mima.

Melihat sebuah tas yang familiar dipandangannya, Mima lantas menunduk hanya untuk melihat totebag yang kebetulan sedang dia pakai jari ini.

Ya, sampai detik ini drama cocokologi style antara dirinya dan Lova masih terus berlanjut.

Awalnya Mima tidak mau terlalu ambil pusing dan ia juga tidak berhak untuk mengatur orang lain mau memakai barang apa 'kan? Kesannya malah jadi mengatur. Tapi lama kelamaan dan banyak yang sadar, Mima semakin tidak bisa merespect gadis tengil itu.

Kalau benar selama ini Lova mengikuti gayanya, apa alasannya? Apakah Lova fansnya?

"Udahlah, biarin aja!" Rosa menghela napasnya dan berjalan beriringan memasuki lift.

"Tapi lama-lama gue ngerasa keganggu tau. Untung aja tinggi badan kalian beda jauh, coba kalo sama. Pasti banyak yang keliru bedain antara lo sama si Lova," ujarnya membuat Mima terdiam sambil mencerna apa yang baru saja Rosa katakan.

"Jadi, maksud lo gue pendek gitu?"

Rosa mendelikan matanya. "Ya, emangnya kapan lo tinggi? Sesekali lo kasih dia teguran gakpapa kali, Ma. Biar gak keenakan dia," sarannya. Tapi Mima hanya diam sambil memikirkan kira-kira menu makan siang hari ini dengan apa.

Itu jauh lebih bermutu bagi Mima.

Ketika Mima pergi ke toilet, kebetulan sekali ia bertemu dengan Lova yang sedang mencuci tangannya. Kelihatannya gadis itu juga tengah re-touch make up ---padahal ini masih jam sepuluh dan tidak terlalu panas, make up-nya pasti belum luntur.

Mima berdiri didepan wastafel dan menyalakan keran air sebelum membasuh kedua tangannya, hingga tanpa sengaja ia melihat lip produk yang baru saja Lova keluarkan. Bukan hanya itu saja, bedak, dan parfumnya pun ternyata sama dengan punyanya.

Refleks Mima menegakan bahunya lalu menoleh ke arah Lova. "Lo pakai parfum itu juga, Lov?" tanyanya, menunjuk parfum botol kaca yang Lova pegang.

Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Mima melanjutkan, "Wah ... kebetulan banget gue juga pake merk sama. Wanginya juga sama. Pantes aja tiap lo lewat, bau parfum lo gak asing."

Raut wajah Lova langsung kelihatan lebih tegang dari sebelumnya, gadis itu langsung memasukan botol parfumnya ke dalam pouch. "Aku dari lama suka pakai parfum itu, kok, Mbak." Mima ber-oh ria lalu tersenyum tipis.

My Beloved Staff (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt