2. KUNTI BOGEL

Começar do início
                                    

Iya tau kok, pesanannya harusnya yang Aksa dulu kan? Masih inget ga?

Berhubung warung pak somad deket, jadi kedua sejoli ini sepakat untuk  membeli dulu yang jauh. Terutama rumah makan padang ini jauh dari rumah Zaidan.

Mereka mencari makanan ke jalan raya hanya menumpangi sandal capit Swallow. Iya! Bukan naik motor atau mobil melainkan hanya berjalan kaki.

Kenapa? Emang ga capek?

'Hey! Kami beda dari kalian. Kalian mah, remaja jompo! Jalan dikit aja pasti udah encok.'

Oke-oke, kembali lagi bersama topik.

Topik siapa, mbak?

"Eceu! Pesen 1 nasi padang pake lauk yang best seller," ucap Aska yang memesankan pesanan Elvari.

Kenapa harus yang best seller?

Ya ini Elvari, anak kota kalo dikasih makanan kampung mana mau.

Wess, salah nebak bro!

Elvari itu anak kota, orangtuanya punya banyak cabang perusahaan, anak tunggal nan kaya raya. Baik pula orangnya, suka neraktir antek-anteknya.

Siapa antek-anteknya?

Ya itu, grup bapack-bapack receh.

"Ini, Nak pesanannya."

Tak butuh waktu lama, pedangan nasi padang itu hanya mengambil beberapa lauk pauk yang dipajang kemudian dibungkus. Pesanan pun jadi!

Oke, sekarang mari belanja ke warung mang Somad.

"Zib, lo mau jajan apa? Ini uang masih banyak sisanya, lebar kalo ga diabisin," ucap Aska sambil merogoh sakunya kemudian memperlihatkan sisa uang pecahan seratus ribu dua.

"Amarga ora ana daging kebo, mula aku mung pesen jus buahe mbak Ika," jawab Nazib.

Aska ngerti? Jawabane yo ora.

"Oh, yaudah deh terserah lo," jawab Aska seperti biasa. Ngerti ga ngerti ya iyain aja.

Tidak ada percakapan lagi kedua pemuda ini terus berjalan menuju warung pak Somad. Karena jus buah mbak Ika itu jaraknya lebih dekat dari rumah Zaidan dibanding warung mang Somad.

Di sepanjang jalan Aska dan Nazib awalnya santai-santai aja. Aska melihat-lihat sekeliling, terlihat bangunan-bangunan berlantai ini sangat sepi sekali. Orang-orang pun tak terlihat sebiji pun. Kemana mereka?

"Zib, ini jalan kok sepi amat, 'ya? Mirip kaya hati gue, sepi."

"Mbok menawa ora suwe wis wayahe Adzan Maghrib," jawab Nazib.

Yap, yang dijawab Aska hanya 'iya' atau mengangguk-angguk kan kepalanya.

Sedikit berjalan lebih jauh, kedua pemuda ini tiba-tiba merasakan ada hawa yang berbeda. Suasana yang mencekram, perasaan yang tiba-tiba tak karuan membuat kedua pemuda ini berjalan lebih cepat.

"Zib, jalannya cepetan dong! Ini kok tiba-tiba serem, 'ya? Ini malam Jum'at?" tanya Aska yang mulai panik.

"Sedhela, tanggal pitu Rebo, tanggal wolung Kemis. Dina iki tegese Kamis. Iyo malem Jum'at, Ka," jawab Nazib yang sempet-sempetnya menghitung tanggal dengan jari tangannya.

"Nah kan, perasaan gue ga enak nih, Zib. Coba lo liat kebelakang deh!"

Walau takut, Nazib pun melihat kebelakang. Yang dilihat pertama kali oleh Nazib yaitu ada seekor hewan yang sedang berjalan dibelakang mereka. Terlihat bahwa hewan itu sedang membuntuti mereka, mau apa hewan ini?

"Aska, ayo mlayu!" ajak Nazib yang terlihat mulai panik setelah melihat kebelakang.

Aska yang sedang panik dari tadi dibuat semakin panik oleh Nazib.

Diary Of 7 BujangOnde histórias criam vida. Descubra agora