2 : 𝐈 𝐰𝐢𝐥𝐥 𝐚𝐥𝐰𝐚𝐲𝐬 𝐰𝐚𝐢𝐭, 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐈 𝐰𝐚𝐢𝐭 𝐟𝐨𝐫 𝐰𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫

320 52 3
                                    

Esok paginya, kupikir akan berjalan damai dan tentram. Nyatanya tidak. Pagi-pagi ketika aku sedang mengopi di teras belakang rumah, tiba-tiba pintu rumah diketuk bersamaan dengan suara wanita yang memanggilku. "Permisi tuan", panggilnya. Lantas kupikir itu hanya tetangga dari desa yang berkunjung ke rumahku.

Rumah berlantai dua dan cukup besar ini hanya di tinggali oleh satu orang, diriku sendiri. Rumahku cukup jauh dari pendesaan. Tetapi disamping rumahku ada jalan menuju perkotaan. Depan rumahku ada kolam ikan yang luas. Biasanya ketika sore hari aku bersantai sambil mengetik novelku di teras depan.

Aku menghampiri pintu kemudian mengintip sedikit di jendela. Apakah itu wanita yang kemarin? kubuka pintu menampakkan dirinya dengan rok putih selutut dengan detail garis tipis berwarna biru tua, kemeja dengan dasi pita merah, jaket rajut sepinggang berwarna denim, dan memakai sapu tangan hitam. Wanita itu berdiri tegak dan memperlihatkan wajahnya dari tudungnya.

Matanya berkilau bak emas menyala. Rambutnya yang seperti ratu es itu digerai dengan kepang melingkar di kepala. Bibirnya merah muda, tampaknya lembut. Aku melihat ke pundaknya, dia membawa tas selempang berwarna coklat muda. Itu memang dia, wanita yang kemarin di rekomendasikan akan menjadi perevisiku.

Kenapa aku melihatnya seperti melihat kupu-kupu yang cantik? astaga sadarlah bahwa diri ini sangat membenci perevisi. "Selamat pagi, saya perevisi dari penerbit Mikage. Saya bertugas untuk merevi-

BRAK!

Aku menutup pintu dengan kasar. Wanita itu terdiam. "Tuan?", panggilnya. Dasar Reo! sudah kubilang jangan mengirim wanita itu ke rumahku dasar keras kepala. Aku mengepalkan tangan kesal.

"PERGI!", teriakku.

Wanita itu terdiam cukup lama. "Maaf, tapi saya ditugaskan oleh Shachou untuk merevisi buku anda selanjutnya", ucapnya.

Berisik. Pergilah dari sini. "Tidak perlu, pergilah dari sini. Katakan pada bosmu aku tak perlu perevisi", ujarku berdiri di belakang pintu menunggu dan memastikan dia benar-benar pergi.

"Tapi saya di tugaska-

"Aku tidak peduli dengan tugasmu. Aku tidak membutuhkanmu, pergi dari sini. Sekarang!", geramku memotong pembicaraannya dan mengusirnya.

"Baik, terima kasih. Maaf atas pelayanan yang buruk", pamitnya. Setelah itu aku mendengar suara langkah kaki menjauh dari rumah membuatku berdiam diri di belakang pintu. Aku mengucapkan kalimat yang kasar hanya untuk membuatnya jauh dariku.

Maaf bukannya aku membenci tapi aku benci di revisi. Kalau tidak salah namanya siapa? padahal kemarin sudah di perkenalkan oleh Reo. Namanya? buat apa? kenapa aku jadi memikirkan wanita itu. Aku tidak berharap dia datang lagi kesini. Jauhkan aku dari revisi dan jauhkan aku dari wanita itu yang membuatku gila. Untuk selamanya.

• 📖 •

- ,, (Name) Eleftheria.Pov ・━━ ❜
.
.
.

Saya kembali ke penerbit Mikage. Saya merasa sedih. Kata teman saya, kalau merasa tidak enak dan pedih di hati. Mungkin itu namanya sedih. Tetapi saya tak bisa mendekskripsikan apa yang saya maksud dengan detail dan panjang lebar. Kata 'sedih' belum cukup untuk bisa dikatakan bahwa saya sedang sedih.

Sulit tapi beginilah saya. Saya tidak bisa mendekskripsikan perasaan saya. Tetapi bukan saya yang tidak punya perasaan, saya sangat merasakan apa yang ada di dalam hati. Sangat merasakan.

Hanya saja saya sulit mengungkapkan lewat kata-kata. Itu mengapa, kalimat saya selalu lewat dari buku yang saya baca. "Kita punya sayap untuk terbang menggapai kebebasan, walau tingginya menembus lapisan bumi", itu adalah kalimat yang pernah saya dengar.

𝐄𝐥𝐞𝐟𝐭𝐡𝐞𝐫𝐢𝐚 [ Kaiser Michael ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat