BAB 29: RALINE MUDIK

Começar do início
                                    

Jerome yang menyadari perubahan mood Raline pun tidak ingin banyak bicara. Mungkin pacarnya ini memang sedang kelelahan karena tugas kuliah yang menumpuk. 

"Tidur aja sini. Kepala nya rebahin di paha aku." ucap Jerome sambil mengusap puncak kepala Raline.

"Ngaco deh kamu. Yang ada nanti kita malah jadi bahan omongan orang-orang disini."

"Makanya lihat sekitar dulu. Tempatnya lumayan sepi kok. Aku sengaja milih tempat pojok gini biar kamu bisa istirahat dulu sebelum makanan nya dateng."

Karena tidak punya banyak tenaga untuk berdebat, akhirnya Raline pun patuh dan menggeser tubuhnya ke samping Jerome. Dia merebahkan kepala nya di pangkuan pacarnya itu. Jerome melepas jaketnya untuk menutupi bagian pinggang dan paha Raline.

"Kalau kamu begini bisa-bisa aku ketiduran beneran loh, Yang." ucap Raline saat merasakan kepala nya di usap-usap oleh Jerome.

"Ya udah biarin aja. Apa masalahnya?"

"Aku kalau ketiduran karena capek bakal susah dibangunin."

"Iya."

Sudahlah. Raline benar-benar malas berdebat dengan Jerome. Cewek itu memilih menyamankan diri dan memejamkan matanya. Sepertinya dia butuh istirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga yang sudah terkuras seharian ini.

Jerome masih terus mengusap-usap kepala Raline, bahkan setelah dia menyadari kalau pacarnya itu sudah mulai terlelap dalam tidurnya. 

Waiter datang dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat manis dan nasi putih dua piring.

"Mas, makanan yang lain di anter nya nanti aja. Pacar saya lagi tidur dulu sebentar." ucap Jerome kepada waiter tadi.

"Oke mas." kata si waiter lalu pergi meninggalkan meja Jerome.

Jerome menunduk memperhatikan wajah cantik Raline yang kelihatan sekali gurat lelah nya. Dia tahu bagaimana struggle nya Raline menyelesaikan satu-persatu tugas kuliah yang menggunung.

Sebenarnya Jerome juga lumayan sibuk dengan tugas-tugas kuliah dan BEM nya. Tapi khusus untuk hari ini dia ingin egois sedikit dan lebih mengutamakan pacarnya. 

Raline yang biasanya selalu menyempatkan waktu untuk menemani nya menyelesaikan tugas-tugas itu. Kini giliran dia yang menemani pacarnya menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.





Jerome mengendarai mobil nya membelah jalanan kota Jakarta saat jam sudah menunjukkan pukul 19.20 malam. Tadi mereka memang agak lama menghabiskan waktu di restoran karena Raline tertidur cukup pulas dan dia baru saja makan saat jam sudah menunjukkan pukul 18.45 malam.

"Nanti malem jangan bergadang. Tadi kamu ngeluh pusing kan kepala nya." kata Jerome melarutkan keheningan di dalam mobil.

"Tugas aku numpuk, Yang. Kalau nggak di kejar nggak akan selesai-selesai nanti."

"Besok aku temenin kamu nugas lagi. Kalau ada yang bisa aku bantuin kamu bilang aja ya ke aku." ucap Jerome. 

"Atau kamu mau minta tolong ke Mama buat bantuin tugas-tugas kamu? Kamu nginep aja ya di rumah aku malam ini sampai besok."

Raline menoleh ke arah pacarnya dengan raut wajah sewot. "Nggak ah. Aku nggak mau ngerepotin Mama kamu. Dia juga pasti capek seharian ngurus butik."

"Kan se-enggaknya kamu dibantuin sama yang ahli nya. Aku sih cuma bisa bantu semampu nya doang."

"Nggak usah. Kerjaan aku cuma ngerepotin kamu sama keluarga kamu doang."

Jerome memilih bungkam. Mendengar dari nada bicara Raline sekarang sepertinya pacarnya itu memang sudah banyak pikiran dan kelelahan. Tapi dia yakin kalau yang membuat Raline seperti ini pasti bukan hanya tentang tugas kuliah saja.

[2] HATI dan WAKTUOnde histórias criam vida. Descubra agora