Chapter 9 : The Terror Behind Her Smile

Começar do início
                                    

Dey menghilang secepat kabut bersama teman pembina pramukanya itu. Dhea-Dhea...Lucu juga lama-lama gue liatin...

"Senyum-senyum sendiri ni aku liat-liat"

Suara yang tak asing itu berbicara di kananku. Wajah yang lama tak kulihat, sekutu yang akan membantuku membuat Dey menderita. 

"Eh Frey"

"Manis ya ?"

"Eh becandaan doang itu"

Freya menunjukkan senyum karamel di wajahnya. Siapapun rasanya akan meleleh, namun aku tau ada makna lain yang bersembunyi di baliknya.

"Bukan urusan aku si, yang penting aku tau kita masih di pihak yang sama. Ya kan Bang Yon ?" 

Nada dari akhiran kalimat itu terasa mengancam. Usaha yang patut diapresiasi, namun aku tak takut dengannya. 

"Gue udah bilang itu bercanda doang," balasku serius. 

"Good, Bang Yon malem ini free ? Aku mau ngobrolin tentang rencana kita."

Freya pergi meninggalkanku tanpa memberikan arahan lebih lanjut dari apa yang ia maksud. Tak lama, handphoneku bergetar. Sebuah alamat dan pesan berisi "Jam 9 malam ini". Kayanya bakal capek banget hari ini...

***

"Ya Lord ngantuk parah..."

Aku mengangkat tangan, lelah dengan pekerjaan yang kukerjakan saat ini. Waktu menunjukkan pukul 17:00, masih sore memang tapi aku jujur sudah tak tahan dan ingin tidur saja. 

"Capek yak Yon ?" sebut Indah yang seketika berhenti menulis di buku akuntansi itu. 

"Parah, minum yang seger-seger pasti enak ni..."

"Mau es degan depan Yon ? Lu belom nyoba kan ?" ucap Aldo dengan semangat. 

"IH MAUU JUGA" sambung Flora.

"EH JANGAN ! BAHAYA !"

Mata kami tertuju ke Oniel yang tiba-tiba berdiri sambil menggebrak meja. Kata "bahaya" itu seakan menyalakan lampu siagaku. Pikiranku sudah mengarah ke kandungan es tersebut yang mungkin berbahaya, apakah memakai gul-

"Nanti kalian jadi Deg-Degan..."

.

..

...

"Niel....." sebut Aldo lemas. 

"Yon maaf ya, Oniel emang suka gin-"

"BUAHAHAHAHAHAHA DEG-DEGAN ANJIR ADUH...PERUT GUE"

Seperti dirasuki, entah mengapa aku tertawa begitu lepas mendengar jokes itu. Kalo dibaca ulang jujur aku tak menemukan titik yang sekiranya bisa menggetarkan kotak tertawaku. Namun ketika dilempar dadakan seperti itu, terdengar begitu lucu.

"IH TUH KAN ? JOKES GUE LUCU !" sebut Oniel dengan nada bangga. 

Mungkin ada lima menit aku tertawa terbahak-bahak karena lemparan jokes random itu. Sebuah jokes yang malah kayaknya bukan jokes, lebih ke pun sederhana yang aku yakin di lempar tanpa pikir panjang oleh Oniel. Aduh...ampun..mules...

"Jokesnya cocok ya kalian..." ucap Indah sembari melanjutkan tulisan tangannya. 

"Gak nyangka gue Yon, ternyata recehan juga lu," sambung Aldo yang masih menggelengkan kepalanya. 

Setelah nafas ini kembali normal, kami sepakat untuk membeli es deg-degan...pft...aduh jangan ketawa lagi dong...

Kami sepakat untuk membeli es yang disebutkan itu di depan. Aldo yang kebetulan sudah sohib dengan akang yang menjual menawarkan diri untuk membeli minuman penyegar itu.

=/= LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora