Tapak sepatu Jaehyun terdengar satu kali saat dirinya memperkokoh diri. "Lalu kau berharap apa? Diam tak membalas?"

"Kau sungguh-sungguh ingin membiarkan semua orang tau bahwa aku pelakunya?" tanya Kim Sae Ron. Sirat mata akan kasih itu tergores kecewa.

Alis Jaehyun terukik tinggi. "Kau masih bertanya?"

"Sebegitunya kau membenciku?"

"Sebegitunya kau ingin menghancurkan keluargaku?" balas Jaehyun mengajukan tanya. Hingga hening menyelungkup sejenak sebelum lelaki itu kembali berbalik tak ingin melanjutkan percakapan.

Bunyi gemerlatuk geraham Kim Sae Ron terdengar kala beradu. Wajahnya memerah kesal melihat sifat angkuh lawan bicaranya yang tak beretika. Kedua jemarinya mengepal di sisi tubuh. Letupan emosi semakin membara saat Jaehyun tak juga berbalik. Lelaki itu pergi menjauh tanpa memulai negoisasi apapun.

"Susah sekali mengajakmu bicara. Apakah aku perlu menemui istrimu, Jaehyun?" sahut Kim Sae Ron. Melihat langkah Jaehyun yang terhenti, senyum wanita itu terukir tipis. Ia tau kelemahan lelaki itu ada pada sang istri. Sengaja memakainya untuk memancing reaksi dan ternyata terbukti.

"Haruskah?" ulang Kim Sae Ron bersitatap dengan Jaehyun yang menatap benci.

Sekali lagi, Ha Min Jun berbisik meminta Jaehyun untuk tak terpancing apapun pada taktik yang dilakukan Kim Sae Ron. Karena jika lelaki itu dengan mudahnya tersulut maka semua orang yang ada di sini akan segera datang dan menyaksikan.

Demi menjaga nama baik dan tanpa mendekatkan diri. Lelaki itu berujar dengan satu tangan berada di dalam saku celana. "Apa yang kau mau?"

"Bicara denganmu, Jaehyun."

"Apa yang mau kau bicarakan?"

Wajah Kim Sae Ron miring dengan seculas senyum. Tatapnya berkedip pelan. "Duduklah."

"Langsung saja." Jawab Jaehyun sinis. Wanita itu tidak akan bisa memerintahnya atau meminta ini-itu sesuka hati. Kim Sae Ron bukan pemilik hatinya.

Sebagai gantinya, Kim Sae Ron mendekat dengan langkah perlahan. Sengaja membuang banyak waktu dengan senyum goda. "Apa kau tidak rindu padaku, Jaehyun?"

Jaehyun tak gentar. Ia tidak bergerak sesenti pun walau wajahnya berubah haluan agar wanita itu tak berhasil menyentuh. Melihat itu, pipi Kim Sae Ron mengembung masam. "Kau tetap saja acuh."

"Sebetulnya apa yang ingin kau bicarakan?!" tegas Jaehyun lagi. Dia hampir kehilangan kesabaran. Jengahnya pada wanita ini tak lagi terbendung.

Wajah datar Kim Sae Ron kembali terlihat. Sorot hampa penuh kebencian itu kembali menguar begitu cepat berganti. "Hentikan publik yang ingin mencari tau."

Jaehyun terkekeh keki. "Kau memerintahku?"

"Jaehyun!" geram Kim Sae Ron tertahan.

"Apakah agensimu tidak memberitahukannya padamu?" Jaehyun mendominasi. Ia melirik sekilas ke arah manajer wanita itu berada. "Atau dia tidak mengatakannya padamu?" Dengan cepat Jaehyun kembali menatap Kim Sae Ron. "Apapun yang agensimu lakukan, jika tidak sepadan maka akan kubalas dengan segala cara."

Raut Kim Sae Ron semakin tampak menjengkelkan. Dengan dua tangan yang terlipat di depan dada, wanita itu membalas. "Kau kira bisa menang melawanku?"

"Percaya diri sekali bahwa kau akan menang." geram Jaehyun. Mata lelaki itu menyalang. "Setiap perbuatan akan selalu ada konsekuensinya, seharusnya kau paham itu sebelum melakukan penyerangan!"

Lelaki itu menegakkan tubuh. Lantas berbalik. Tak ingin memperpanjang situasi di lokasi umum ini. Pekerjaannya terlalu banyak, tidak ada waktu untuk meladeni hal yang tidak penting.

Married with my idolKde žijí příběhy. Začni objevovat