Jisu menggeleng pelan, air matanya mengalir. "Ma-af-kan saya. Uhuukk... Sa-ya berharap bi-sa bertemu anda lagi di ke-hi-du-pan selanjutnya" ucap jisu lirih, tangannya menggenggam erat lengan renjun menahan sakit yang di rasakannya.

Tangan jisu beralih mengusap pipi renjun lemah, "sa-ya men-cintai an-da pa-nge-ran uhhukk... Uhuukk.. "

Renjun semakin panik melihat jisu yang mengeluarkan darah dari mulutnya. Tubuh wanita itu semakin lemas dan tidak sadarkan diri. Lia juga merasa panik karena tidak bisa melakukan apapun untuk menolong jisu.

"Jisu-ya... Buka matamu. Aku mohon" renjun mengecek denyut nadi wanita itu. Bisa Lia lihat sekarang, Pria itu kelimpungan karena tidak merasakan denyut nadi wanitanya. Matanya memerah menahan semua perasaan sedih dan amarah yang menjadi satu

"Jisu-yaaaa!!" teriak renjun memeluk wanita itu erat. "Aaaaaaarrrhhhh"

Lia mengangkat tangannya hendak menggapai punggung pria yang bergetar karena tangisnya, tapi lia tidak bisa menyentuh apapun sekarang. "Renjun" ucap lia di tengah isakan tangisnya.

Rintik air turun dari langit bersatu dengan air mata renjun dan lia. Kantung awan hitam tidak lagi bisa menahan rintik air yang disimpannya lebih lama lagi. Semesta seolah ikut bersedih dengan kepergian jisu.

Lia terbangun dari mimpinya, mencoba mengerjapkan matanya yang mengeluarkan air mata. Dia baru saja menangis di dalam tidurnya.

Tidak seperti mimpi yang datang sebelumnya lia kini di ingatkan dengan kejadian paling menyedihkan yang pernah dia alami. Lia masih terbaring meringkuk melanjutkan tangisnya. Meski dia sudah mencoba melupakan kejadian itu, tapi kenapa rasanya masih sama menyakitkannya seolah kejadian itu baru saja terjadi.

"Jisu" gumam lia di tengah tangisnya, merapalkan nama wanita yang baru saja muncul di mimpinya. "Dia benar-benar menyerahkan nyawanya untuk pangeran renjun" mata lia memejam mencoba menenangkan dirinya.

Saat matanya terpejam entah mengapa wajah renjun yang tersenyum padanya muncul . Tidak, kali ini benar-benar renjun, bukan pangeran renjun.

Lia meraih ponselnya membuka room chat-nya bersama renjun terakhir kali. Lia menghela nafas beratnya, pria itu bahkan belum membalas pesannya. Apa pria itu terlalu sibuk hanya sekedar untuk membalas pesannya? Dia bahkan sudah sempat membaca pesan darinya, terlihat dari keterangan pesan itu.

Entah keberanian dari mana lia menekan beberapa huruf mencoba mengirim beberapa kata pada pria itu tengah malam seperti ini. Senyuman muncul di wajahnya saat pesan itu terkirim, mungkin pria itu baru akan membacanya besok.

To: 주님

I love you❤️

🎎

Renjun meringis membaca pesan dari lia yang baru di bukanya pagi ini. Entah apa yang terjadi pada wanita itu sehingga mengirim pesan seperti ini tengah malam.

Renjun mengangkat cangkirnya dan menyesap teh yang di buat eommanya itu. "Aduuh panas" renjun meletakan kembali cangkir teh itu dan memegangi bibirnya yang terasa melepuh.

"Eomma baru saja meletakan tehnya tadi, bibirmu tidak apa-apa?" tanya wendy. "Letakkan dulu ponselnya jika sedang makan, apa ada jadwal penerbangan mendesak sampai kau memandangi ponselmu terus?" tanya wendy pada putranya itu.

Renjun memilih terdiam alih-alih menjawab pertanyaan wendy, pagi ini di meja makan hanya tersisa tiga orang. Wendy, sejeong, dan renjun sendiri. Chanyeol sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali, dohyun berangkat ke sekolah di antar doyoung seperti biasa. Renjun akan berangkat sedikit siang karena jadwal penerbangannya.

"Bagaimana kabar lia? Kalian masih berhubungan bukan?" tanya wendy, tangannya sibuk mengoles selai coklat di atas roti yang baru saja selesai di panggang.

Lagi-lagi renjun terdiam. Bukannya tidak ingin menjawab, renjun sendiri tidak tau bagaimana kabar wanita itu dengan pasti. Iya ini semua salahnya yang jarang membalas pesan wanita itu.

"Kalian baik-baik saja?" tanya wendy semakin penasaran melihat putranya yang terdiam sejak tadi.

Renjun menurunkan bahunya mendengar rentetan pertanyaan yang di ajukan wendy padanya.

"Lia baik-baik saja, hubungan kita berdua juga" Semoga saja--batinnya. "Tapi kita berdua memang tidak bisa sering bertemu karena kesibukan masing-masing" jawab renjun lalu menggigit potongan roti panggang yang sudah di pegangnya.

"Apa kalian tidak bisa mencocokkan jadwal kalian? Ini juga pasti karena kau sendiri yang tidak bisa meluangkan waktu sebentar saja. Bagaimana ini sejeong, apa eomma gagal mendapatkan menantu kali ini?" wendy malah terlihat sangat khawatir mendengar jawaban renjun.

"Tenanglah eomma. Mereka berdua masih dalam tahap mengenal" ucap sejeong mencoba menenangkan wendy. Kakak iparnya memang yang paling mengerti dirinya.

"Luangkan waktu dan pergi kencan dengannya renjun, eomma tidak mau tahu" wendy sepertinya benar-benar merajuk. Karena setelah menyelesaikan kalimatnya itu, eommanya langsung pergi meninggalkannya ke halaman belakang.

Renjun menghela nafas beratnya, dia tidak ingin membuat eommanya kesal seperti ini.

"Ada festival bunga sakura di jinhae sepanjang pekan ini, kau bisa membawa lia pergi kesana jika kau punya waktu" ucap sejeong sambil tersenyum menatap adik iparnya itu. "Lia suka bunga kan?" sejeong membersihkan piring kotor dan membawanya ke dapur meninggalkan renjun yang masih termenung.

Mungkin yang dikatakan kakak iparnya itu merupakan cara agar renjun bisa membalas pesan yang lia kirimkan padanya. Renjun tersenyum dan bergegas untuk berangkat bekerja.

🎎

Itu pesan lia dibales dulu renjun, bilang love you too kek 😊


🌵🌵🌵

WHO ARE YOU? [END]Where stories live. Discover now