4. Seem Like The World Collapsed

87 23 3
                                    

Senin kembali menyapa dan Serin melangkah masuk ke gerbang sekolah dengan lesu. Sudah 2 hari ini ia kekurangan tidur. Semenjak ia didorong ke dalam kolam hari Jumat lalu, kepalanya terus-terusan berdenyut sakit. Ditambah lagi dengan permasalahan hidup yang memberatkannya, Serin nyaris tak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Sebenarnya, ia ingin absen hari ini. Namun, ia harus mengambil kembali ponselnya. Hidup sendirian tanpa ponsel benar-benar menyusahkan.

Melangkahkan kaki di lorong lantai 3, Serin menyadari ada beberapa pasang mata yang sinis menatapnya. Bisik-bisik bernada tak sedap mulai menghantui indera pendengaran, membuat Serin bertanya-tanya adakah yang salah padanya?

Masuk ke dalam kelas, Serin langsung disambut oleh Ryuna yang menatapnya khawatir.

"Serin, kau baik-baik saja?"

"Apa maksudmu?"

"Banyak yang melihatmu berduaan dengan Hyunjin di toilet kolam renang. Banyak orang yang bilang kau menggoda anak itu. Bahkan ada yang bilang kau ditolak dan mengemis cinta padanya!" bisik Ryuna dengan nada yang menggebu-gebu. Ia tahu Serin tak mungkin menyukai pemuda dengan kelakuan kekanakan seperti itu.

"Aish tidak mungkin. Aku hanya menemaninya kemarin," elak Serin. Dalam hati, ia merasa bersyukur karena tidak ada orang yang melihatnya didorong masuk ke kolam. Kalau tidak, pasti gosipnya akan lebih parah lagi.

"Tunggu dulu, kau sakit?" Ryuna menempelkan punggung tangannya di dahi Serin. Suhu gadis itu sedikit lebih hangat daripada biasanya. Wajahnya juga cukup pucat.

"Tidak apa-apa. Hanya kurang tidur."

"Oh ya, Kak Hyunjin memintamu untuk menemuinya di lantai 6. Mau ku temani?" tawar Ryuna. Tersirat nada khawatir di ucapannya.

"Tidak apa-apa. Aku akan segera kembali."

Usai meletakkan tasnya, Serin segera naik ke lantai 6 yang merupakan tempat perpustakaan dan labotarium. Tiba di lantai yang dituju, ternyata Hyunjin telah menunggu di bangku depan perpustakaan.

"Kau lama sekali."

"Ada apa?" tanya Serin langsung pada intinya. Ia benar-benar malas berbasa-basi.

"Ngomong-ngomong kau baru saja lihat hantu ya? Wajahmu pucat sekali," komentar Hyunjin.

"Jangan pedulikan aku, apa maumu?"

"Hmm, karena aku sedang berbaik hati, nih," Hyunjin merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel milik Serin, "sudah ku charge."

Serin langsung merampas ponselnya dan melangkah kembali menuju lift tanpa mengucapkan terima kasih. Namun, kepalanya mendadak berdenyut hebat dan telinganya seolah tuli sejenak. Langkah kakinya perlahan melambat. Serin mendongak, menyadari bahwa pandangannya mulai buram dan berputar-putar secara acak.

"Hey! Kau tidak sopan!" Hyunjin mengambil langkah lebar-lebar menyusul Serin. Namun, ia memperlambat langkahnya kala melihat Serin yang berhenti dan membungkukkan badan sembari memegang tembok di samping untuk menompang tubuh.

"Hey, kau baik-baik saja?"

Hyunjin segera menyusul gadis itu yang berjarak sekitar sepuluh langkah darinya. Alangkah terkejutnya ia ketika menyadari ada tetesan darah di lantai. Cairan berwarna merah pekat itu terus menetes dari hidung Serin tanpa henti dan membuat Hyunjin panik seketika.

"Rin, Serin? Kau dengar aku?" Hyunjin menggoyangkan bahu Serin. Namun ia tak mendapat respon apapun dari gadis itu.

Samar-samar, Serin masih mendengar suara Hyunjin yang memanggil walau hanya gelap dan suara berdengung yang memenuhi otaknya. Namun, bibirnya seolah berat untuk bersuara. Kesadarannya perlahan-lahan menghilang direnggut oleh rasa sakit. Detik berikutnya, Serin ambruk dan jatuh menghantam lantai.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Nov 14, 2022 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Lighthouse • HHJDove le storie prendono vita. Scoprilo ora