Prolog

19.5K 1.6K 155
                                    

The Clients

Di dalam salah satu private lounge hotel bintang lima bernama Saveur, lagu Love not War berkumandang dari pengeras suara. Dengan dominasi warna tulip red dan dutch chocolate, jendela-jendela kaca yang tinggi, serta lampu gantung di langit-langit ruangan, lounge bernuansa classic European itu terlihat cukup ramai malam ini. Sekitar 50 orang berpakaian modis nan elegan menghadiri private party yang diadakan oleh salah satu anggota keluarga Giharto—keluarga besar yang berkecimpung dalam bisnis batu bara.

"So, dalam rangka apa lo tiba-tiba ngajak kita semua ke sini?" Jena, wanita berambut pendek dengan kulit cokelat eksotis memandangi wanita bergaun merah yang duduk di sofa panjang, dikelilingi tamu undangan lainnya.

Cassy Giharto, sang penyelenggara pesta melirik sekilas ke arah Jena yang duduk di seberangnya. Dengan gerakan anggun, ia memutar-mutar Bordeaux glass* di tangan kanan, menikmati seluruh perhatian yang kini terpusat padanya.

(*Salah satu jenis gelas tinggi yang digunakan untuk red wine, ciri khasnya memiliki tangkai yang panjang dengan mangkuk yang lebar.)

"Tadi pagi gue dapet undangan istimewa. I'm sure you all will be surprised."

Jena sontak mengeluarkan dengusan. "Good grief, you're so extra. Jadi lo ngajak kita ngumpul cuma karena mau pamer?" tanyanya tak habis pikir. "Emang undangan seistimewa apa yang lo dapet?"

Nada meremehkan itu sama sekali tak membuat Cassy kesal. Ia justru meresponsnya dengan seringai tipis.

"A very prestigious invitation." Setelah meletakkan gelas di atas meja, tangannya mengambil sesuatu dari dalam clutch berwarna silver yang ada di pangkuannya. Pelan-pelan ia melayangkan pandangan ke sekitar, sebelum akhirnya berhenti pada Jena. "From The Capital."

Suasana seketika menjadi sunyi senyap. Bahkan orang-orang yang duduk sedikit jauh dan sibuk mengobrol sendiri pun spontan mengatupkan mulut. Ekspresi iri, kaget, dan terperangah bertumpuk menjadi satu. Puluhan pasang mata nyaris tak berkedip saat melihat ke arah Cassy yang sedang mengacungkan amplop berwarna hitam di tangannya. Di tengah amplop persegi tersebut, tercetak sebuah emblem putih berukiran unik dengan huruf tegak bersambung bertuliskan TC dan sebuah tagline di bagian bawah amplop yang berbunyi "Very Private Exclusive Service by BG."

"I-itu undangan dari The Capital-nya Bastaraja Group?" Pria berblazer hitam yang duduk di sebelah Cassy menelan ludah dengan susah payah, belum dapat mengontrol raut wajahnya yang diliputi rasa takjub.

"Yup, one and only."

Begitu mendengar jawaban ringan yang keluar dari bibir Cassy, teriakan penuh kehebohan sontak bergemuruh dari berbagai sisi. Bagaikan pasukan lebah yang bertemu bunga, semua orang nyaris berebutan mengerubungi tempat duduknya.

"No way!"

"Gila! Demi apa?"

"Sini, sini gue lihat!"

"Here." Cassy melipat kedua tangan di depan dada, dengan senang hati mengizinkan teman-temannya untuk memegang amplop legendaris itu. Kepuasan semakin terpancar di wajahnya tatkala menyaksikan ekspresi Jena yang sekarang duduk seorang diri.

"Gimana caranya lo bisa dipilih jadi client-nya The Capital?"

Pertanyaan bernada curiga sekaligus dongkol itu membuat Cassy senang bukan main. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa menang dari wanita tomboi sok cuek yang dibencinya!

"Jangan cuma ketawa aja, Cas!" Tanpa ada yang mengetahui maupun memedulikan perasaan Jena, para tamu undangan terus menjejali Cassy dengan berbagai pertanyaan. "Gue sampai sekarang masih penasaran, apa sih sebenernya syarat-syarat supaya bisa jadi klien mereka?"

Paracosm D'arte (TERBIT)Where stories live. Discover now