TM 2

528 33 0
                                    

Yoona dibuat takjub oleh megah dan mewahnya rumah dihadapannya ini, tunggu harusnya ini tidak bisa disebut rumah. Melaikan istana. Yoona turun dari mobil Jimin dan menerima uluran tangan Jimin. Mereka masuk bersamaan sembari pinggang Yoona dirangkul posesif oleh Jimin.

"Selamat pulang tuan" Yoona menatap puluhan Maid dan bodyguard yang menunduk kearahnya dan Jimin, Yoona sebisa mungkin membalas sapaan itu. Namun berbeda dengan Jimin yang memilih acuh dan tetap merangkul dan membawa tubuhnya untuk naik kelantai atas.

"Ini kamarmu mulai sekarang" Yoona menatap sekeliling dengan mata yang berbinar, sungguh, sungguh kamar ini sangat rapih dan mewah. Walau kamar ini lebih di dominankan oleh putih, abu abu dan hitam namun kesan mewah masih melekat di dalam kamar ini.

"Ditempat ini kita akan tidur bersama dan saling bertukar keringat bersama. Ingat, aku paling tidak suka perintah dan keinginanku dibantah. Kau menurut maka aku akan menjadi Tuan yang baik untukmu" Yoona mengangguk mendengar ucapan Jimin. Jimin perlahan mendekat dan merangkul pinggang Yoona.

Kali ini ciuman tersebut tidak pura pura, kali ini ciuman ini sungguhan. Lumatan demi lumatan Jimin berikan pada bibir Yoona. Yoona yang paham langsung membuka mulutnya, walau ini pertama kali ia berciuman tapi dia tau bagaimana caranya berciuman. Bagaimanapun juga mustahil dia polos diusianya yang menginjak 20 tahun.

"Eugh.." mendengar suara leguhan dari lawan jenisnya, Jimin makin kian gencar mencium bibir Yoona, kakinya mencoba mendorong Yoona untuk berbaring di Kasur dan dirinya diatas mengukung Yoona.

Ciuman yang awalnya dibibir kini turun keleher Yoona, Jimin awalnya hanya mengecup ngecup dan menjilatnya. Namun lama kelamaan dia merasakan lehernya dihisap dan sedikit digigit hingga meninggalkan bekas kemerahan. Jimin sedang memberikan tanda kepemilikannya dileher Yoona.

Saat Jimin akan kembali melebihkan aksinya secara tiba tiba suara ponsel berdering menganggu aktivitas Jimin, dengan decakan kesal Jimin mengakhiri aktivitas ini. Dan mengangkat telphone tersebut.

"Ya, kenapa?"

"Bisakah nanti saja? Aku sibuk!"

"Baiklah baiklah, aku akan kesana! Tidak perlu mengomel seperti itu" Jimin berjalan kearah lemari miliknya dan mengambil sebuah jas lalu memakainya, setelah itu memakai sedikit parfume dan pergi dari sana.

Setelah kepergian Jimin, Secara tiba tiba pintu terketuk, orang diluar sana meminta izin pada Yoona untuk masuk, setelah diizinkan terlihat seorang wanita yang sepertinya berkepala empat masuk sembari membawa nampan berisi makanan dan minuman juga satu set pakaian ditangan lainnya.

"Permisi nona, ini makanan dan pakaian anda"

"Terimakasih bi" Yoona menerima semua pemberian bibi tersebut.

"Bibi tidak perlu terlalu formal kalau sama aku aja, panggil Yoona aja gapapa" wanita berkepala empat itu mengangguk, dia tersenyum kearah Yoona begitupun Yoona membalas dengan senyuman.

"Baiklah Yoona. Bibi permisi dulu ya, kalau butuh sesuatu silakan panggil Bibi" baru saja wanita itu akan keluar namun Yoona lebih dulu menahan pergerakan wanita itu.

"Oh ya bi, nama bibi siapa?"

"Nama bibi Kim Sora. Panggil aja Bibi kim" Yoona mengangguk kecil

"Baik bibi Kim. Terimakasih makanan dan pakaiannya" setelah itu Bibi Kim pergi

🗡🩸🗡

Yoona keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Wajahnya benar benar bersumringah. Setelah mandi itu menyenangkan, seluruh tubuh yang kaku dan lelah seakan akan hilang semuanya.

Yoona keluar dari kamar dan nampaknya Jimin masih belum pulang. Kakinya perlahan demi perlahan menuruni tangga tersebut, berniat akan mencari seseorang sambil membawa sebuah mangkuk dan gelas kotor.

"Bi Kim?" Yoona berucap sambil terus mengelilingi rumah tersebut, dia berniat akan mencari dapur, karena dia yakini bahwa wanita itu ada di dapur, karena dia maid bukan?

Setelah memakan waktu cukup lama akhirnya Yoona dapat menemukan dapur, sial. Rumah ini sangat besar, jarak dapur dan kamar Yoona berada sungguh jauh. Dia rasa kalau lari mengelilingi rumah tersebut satu putaran saja nampaknya hitungannya sudah maraton.

"Bi Kim?" Merasa namanya terpanggil Bibi Kim menengok dan mendapati Yoona yang membawa mangkuk dan gelas kotor ditangannya. Bibi Kim segera mendekat dan mengambil alih gelas dan mangkuk itu.

"Asataga Non-Yoona.. seharusnya biarkan saja mangkuk dan gelasnya di sana. Biar saya yang mengambilnya nanti" Yoona tersenyum lucu.

"Tak apa Bi, aku risih aja melihat ada mangkuk dan gelas di kamar tadi. Lagipula aku bosan. Tuan Jimin tidak kunjung pulang" Bibi Kim mengangguk, dia meletakan mangkuk dan gelas itu di wastafel dan mencucinya sebentar, setelah itu duduk disamping Yoona yang nampak bosan.

"Palingan Tuan Jimin pergi kemarkasnya. Dia kalau sudah pergi ke markas biasanya lupa pulang. Eum.. nona eh maksudnya Yoona mau makan sesuatu?" Yoona menggeleng, dia menenggelamkan wajahnya di meja.

"Sepertinya itu Tuan Jimin" mendengar nama Jimin disebut, Yoona langsung mengangkat kepalanya dan melihat kearah pintu utama. Disana terlihat Jimin yang sedang melepas jasnya dengan raut yang kelelahan.

"T-Tuan" Jimin menatap kearah Yoona dengan raut tanpa ekspresinya, dia lupa kalau dirumahnya ada seorang gadis. Jimin menghelah nafas sebentar.

"Aku lelah, berikan ini pada Bi Kim lalu tidurlah. Sudah malam" Yoona menerima jas yang Jimin berikan padanya, setelah itu mengangguk. Yoona memperhatikan Jimin yang mulai berjalan pergi meninggalkannya ke kamar lalu pergi mencari keberadaan wanita paru baya itu.

.

.

.

.

[ BERSAMBUNG ]


Don't forget to vote!

𝙏𝙃𝙀 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼Where stories live. Discover now