Ada Apa Di Masa Lalu?

Începe de la început
                                    

"Berhenti main-main. Kalau lo sengaja ngedit foto kayak gitu, gue gak akan tinggal diam. Maksud lo apa kayak gitu sama gue?"

"Almara, cepat atau lambat ingatan lo akan kembali lagi kalau gue selalu ngirim sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu lo. Lo pikir dengan terjun ke sungai penghapus ingatan akan membuat hidup lo tenang? Enggak, Almara. Gue masih nunggu lo kembali."

"Maksud lo apa?"

"Gak akan lama lagi, lo pasti akan ingat semuanya. Tunggu aja."

Tut..tut

Almara mengepalkan kedua tangannya dan langsung berjalan menuju kamar Ruha. Dia mengetuk pintu kamarnya berkali-kali, tapi Ruha tidak keluar.

"Ruha, buka pintunya!" Teriak Almara sambil menendang pintu kamar Ruha.

"Ruha ada di lantai 38, Almara." Ucap Niki yang kebetulan lewat.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Almara langsung masuk ke dalam lift dan menekan lantai 38. Dia memperhatikan sekali lagi foto yang dikirim pria tadi. Banyak pertanyaan yang meminta jawaban di pikirannya. Dia tidak tahu kenapa hatinya terasa sedikit aneh saat menatap foto tersebut.

Saat pintu lift terbuka, Almara langsung keluar mencari Ruha.

"Ruha!"

"Lo dimana?"

"Ru.."

"Kenapa lo teriak? Gue lagi main basket."

Almara langsung berlari menuju lapangan basket tempat Ruha berada. Saat sampai, dia mendapati Ruha yang saat ini sedang bermain basket sendirian.

"Kenapa?" Tanya Ruha setelah dia memasukkan bola basket ke keranjang.

Almara terdiam. Mendadak dia ragu untuk bertanya saat melihat raut wajah Ruha yang seperti sedang menahan amarah.

Dia juga pernah mendengar dari pelayan jika Ruha akan bermain basket saat sedang marah atau merasa kesal dengan seseorang.

"Kok diam?" Tanya Ruha sambil menatap Almara yang kini diam menundukkan kepalanya.

"Lo kenapa disini?" Tanya Almara berusaha mengalihkan pikirannya agar tidak bertanya tentang foto tadi.

"Main basket. Kenapa lo nyari gue?" Tanya Ruha.

Almara duduk di tepi lapangan sambil menyimpan handphonenya di saku celana.

"Enggak."

"Tadi lo gak mau ngomong sama gue. Kenapa sekarang tiba-tiba lo kesini?"

Almara mengembuskan napasnya. Dia tidak bisa menahannya lagi. Pertanyaan di pikirannya memberontak untuk segera di keluarkan.

"Gue mau nanya sama lo." Ucap Almara yang membuat Ruha berjalan mendekatinya.

"Nanya apa?" Ruha duduk di samping Almara.

Almara terdiam sebentar.
"Dulu lo deket banget ya sama Mura?"

"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?" Ruha mengerutkan dahinya sambil menatap Almara.

"Gue penasaran aja. Udah lama gue pengen nanya sama lo." Ucap Almara.

"Gue deket sama dia. Kami udah temenan dari umur 8 tahun."

"Sama Vaniya juga?"

"Hm."

"Jadi, cuma kalian bertiga?"

"Iya."

Almara menganggukkan kepalanya. Ya, mungkin saja jika foto tersebut hanya editan. Zaman sekarang semuanya bisa diedit. Apa lagi di dunia hantu yang semuanya lebih canggih.

"Kenapa?" Tanya Ruha saat melihat Almara yang menundukkan kepalanya.

"Enggak. Gue mau balik ke kamar, lo lanjut aja main basket." Ucap Almara sambil berdiri dari duduknya.

"Ada yang lo sembunyiin dari gue?" Tanya Ruha yang membuat Almara langsung menatapnya.

"Emang gue bisa nyembunyiin apa dari lo?"

"Iya juga sih." Ucap Ruha.

"Soal tadi siang, gue minta maaf. Gue janji akan bawa lo ke dunia manusia." Lanjut Ruha.

"Gue juga minta maaf karena pergi tanpa ngasih tahu lo." Ucap Almara yang membuat Ruha langsung berdiri dari duduknya.

"Lo beneran gak nyembunyiin sesuatu dari gue?" Tanya Ruha dan Almara langsung menggelengkan kepalanya.

"Kok lo aneh gini?"

"Aneh gimana?"

"Kenapa lo minta maaf?"

"Kan gue juga salah."

Ruha memicingkan matanya. Dia yakin jika Almara sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Jangan pernah nyembunyiin apa pun dari gue. Lo percaya sama gue, kan?" Tanya Ruha.

Almara langsung menganggukkan kepalanya. Ya, dia memang menyembunyikan sesuatu. Tapi dia juga tidak bisa bertanya atau memberitahu Ruha.

"Iya, gue percaya sama lo."

Pengantin Untuk Hantu ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum