Chapter 1▪︎

34 7 1
                                    

(Author POV)

Terlihat seorang wanita muda yang kini sedang berkutat dengan nota-nota pesanan diatas mejanya yang terlihat sangat banyak dan berantakan, bahkan wanita atau panggil saja (name) itu tidak menyadari kalau sudah lumayan banyak nota yang jatuh kelantai.

"Hah, kenapa pesanan hari ini banyak sekali rasanya ingin beristirahat sejenak dan melupakan pekerjaan-pekerjaan ku" gumam (name) yang saat ini sedang berfantasi hidup dengan damai tanpa adanya keresahan dan kesibukan didalam hidupnya.

/puk

(Name) pun menampar pelan dirinya
sendiri "Bicara apa kamu ini (name),
seperti menolak berkat saja."

Setelah itu (name) pun kembali fokus dengan nota-nota nya itu, bahkan saking fokusnya, sampai tidak menyadari kalau ada anak kecil yang berdiri tepat disampingnya.

"Ibu" panggil seorang anak kecil yang memiliki fisik mirip seperti pria yang (name) paling benci bahkan sering menyumpah serapahi pria itu saking bencinya.

"Astaga Shin, jangan mengagetkan ibu seperti itu" padahal anak kecil bernama Shin itu sudah lama berdiri disamping (name) bahkan sesekali bergumam memanggil ibu nya itu.

"Aku tidak mengagetkan ibu, ibu yang terlalu fokus ke nota-nota itu bahkan tak menyadari kalau aku sudah lama berada disamping ibu" ucap Shin dengan wajah cemberutnya yang, imut?

"Oh benarkah? Maafkan ibu, ibu terlalu fokus dengan nota-nota ini sampai tidak menyadari kalau kau sudah daritadi berada disamping ibu" (name) pun melepas fokusnya dari nota itu dan fokus kepada anak semata wayangnya itu.

"Seharusnya Shin lah yang meminta maaf karena sudah menggangu pekerjaan ibu" ucap Shin dengan wajah sedih, ini lah yang (name) sukai dari Shin yaitu sifat nya yang menurun ke Shin, sifat pemaaf dan suka mengalah.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri Shin, dan ngomong-ngomong kenapa bangun di jam begini? Mimpi buruk lagi?" Ya, Shin memang seringkali bermimpi buruk tentang banyak hal, sehingga (name) harus membacakan dongeng atau menyanyikan lagu untuk membuat Shin kembali tidur.

"Ya" cicit Shin pelan

"Mimpi buruk apalagi memangnya Shin?" Tanya (name) sambil mengangkat tubuh Shin untuk duduk dipangkuanya.

"Ibu akan meninggalkan ku dan menikah lagi lalu memiliki anak tiri dan aku dilupakan" mendengar mimpi buruk dari Shin itu pun membuat (name) tertawa pelan, oh astaga memangnya (name) tega meninggalkan anaknya sendiri lalu lebih memilih anak lain dan menikah dengan seorang pria duda?

Jangan bercanda (name) tidak akan pernah melakukan hal itu.

"Ahahah bicara apa kamu ini Shin, ibu tidak mungkin meninggalkan anak ibu yang manis ini" ucap (name) sambil mencubit pipi gembul milik anaknya itu.

"Ibwu lepwas sakwit

"Iya iya" sebenarnya (name) tidak ingin melepas cubitannya dari pipi gembul milik anaknya itu karena sudah menjadi candu tersendiri bagi (name) tapi (name) juga tidak ingin pipi anak nya itu menjadi semakin longar.

"Jadi, ibu mau menyanyikan lagu atau menceritakan dongeng u- untuk Shin?" Cicit Shin pelan sambil menundukan kepalanya dan memainkan jarinya.

"Tentu saja Shin, kalau begitu ayo kekamarmu" ucap (name) sambil menggandeng tangan Shin.

"Uhm"

Saat sudah berada dikamar Shin yang rapih itu, (name) pun duduk disebelah Shin yang duduk diatas kasur kecil miliknya itu.

"Jadi Shin, mau ibu nyanyikan lagu atau membacakan dongeng?" Tanya (name) sambil menatap mata bulat tapi tajam milik anaknya.

"Membaca kan dongeng saja, soalnya suara ibu jelek kek muka reader HAHAHAHAHA!"

***
Author: jangan bajak cerita gue plis Yona: kan dah gua bilang, kalo Vah itu rada stress, dan mendingan dilariin ke rsj, hdh
Vah: NGAHAHAHAHAH
***

"Uhm, bacakan dongen saja bu" ucap Shin melihat wajah ibunya itu.

"Baiklah, Shin ingin ibu bacakan dongeng apa?" Tanya (name) yang sedang melihat-lihat meja dipenuhi dengan buku disamping nya.

"Terserah ibu saja"

Mendengar hal itupun (name) mengambil salah satu buku yang berada di meja disampingnya itu, buku yang diambil (name) berjudul 'The suitcase kid'.

"Baiklah, ibu akan mulai membacakanya" ucap (name) tersenyum manis.

"Jadi......." (name) pun membacakan buku itu, tapi belum sampai selesai Shin sudah tertidur.

"Ah, sudah tertidur rupanya" (name) pun perlahan menaruh tanganya kerambut halus milik anaknya itu dan mengusapnya.

"Kau tau Shin, kadang ibu kasian kepada mu karena pada saat kamu lahir sampai sekarang, tidak ada sosok ayah yang menemani mu, mengajak mu bermain, atau pun mendengarkan kamu bercerita" gumam (name) sambil menatap sedih anaknya itu.

"Andai saja saat itu ibu mendengarkan kata nenek dan kakek mu, mungkin kau tidak harus hidup sengsara seperti ini, ibu merasa bersalah kepada mu Shin" sepertinya rasa bersalah akan masa lalunya pun menghantui (name) seperti kaset rusak yang berputar tanpa henti.

(Name) pun kembali memandang Shin "Ibu berjanji akan membangkitkan kelurga kita yaitu Shin dan ibu..." (name)pun tersenyum kala mengucapkan kalimat lembut itu, dan perlahan-lahan (name) pun juga menutup matanya dan terlelap tidur.

"Chapter 1 END"

Haloo~

Gimana kabarnya? Maaf baru update, soalnya kemarin ada penegasan tugas trus tadi ada penerimaan raport, jadi sekali lagi maaf telat up nya.

Anw, author berterimakasih buat yang udah mau nunggu dan baca cerita ini, itu aja sih yang mau author bilang hehe.

Kalau begitu sampai jumpa di chp selanjutnya! -Author


HIATUS SEMINGGU!

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Jun 26, 2021 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Regrets (Atsumu Miya × Reader)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें