••••

"Udah denger belum soal Rea mutusin Nathan?" 

Rea mengurungkan niatannya untuk membuka kunci bilik toilet yang ia pakai ketika mendengar seseorang menyebut namanya dan Nathan dari luar bilik.

"Ha? Gak mungkin, lo bohong kan?" suara lainnya menyahut, Rea diam menajamkan telinganya untuk mendengarkan lebih jelas dan jauh percakapan orang di luar sana yang membicarakannya.

"Serius tau. Kejadiannya tadi pagi."

"Masa sih? Gak mungkinlah. Tau sendiri kan lo Rea sebucin apa ke Nathan."

"Nah makanya itu. Katanya tadi pagi tuh Nathan mukul sama ngedorong Rea sampe dia nangis."

"Serius lo? Wah, gak nyangka Nathan cowok kasar ternyata."

"Menurut lo mereka bakal balikan lagi gak?"

"Kalo gue jadi Rea sih enggak bakal sudi balikan sama Nathan, apalagi udah main fisik."

"Kita sepemikiran sih. Tapi ini Rea ke Nathan woi."

"Iya sih, palingan juga besok mereka balikan lagi."

"Hooh, kayak sebelum-sebelumnya kan?"

"Nathan ganteng sih, tapi kalo main fisik buat apa masih dipertahanin hubungannya coba. Rea goblok banget deh."

Rea tersenyum tidak percaya mendengar tawa kedua gadis di luar sana yang menggema di dalam toilet. 

Brakk

Kedua gadis yang tengah berdiri di depan cermin panjang itu menegang saat menyadari bahwa pintu salah satu bilik toilet terbuka dan menampakkan sosok Rea dengan wajah datar. 

Rea dengan santai melangkah mendekat ke arah wastafel yang berada di depan cermin untuk mencuci tangan, kedua gadis itu merapatkan diri dan menyingkir saat Rea mendekat.

"Oh. H-hai, Re!" 

Rea melirik salah satu gadis yang menyapanya lewat kaca. ia masi fokus mencuci tangannya.

"Em, de-denger-denger.. lo putus sama Nathan ya?" Rea menutup keran yang ia pakai, mengambil tisu dan mengelap tangannya hingga kering sebelum membuang tisunya ke tempat sampah. 

Setelahnya Rea berbalik menghadap ke arah dua gadis itu dan menatap mereka bergantian sembari melangkah mendekat. Kedua gadis itu sedikit panik, melangkah mundur hingga tubuhnya sudah mepet dengan tembok.

Rea memiringkan kepalanya, matanya menatap ke arah nametag keduanya bergantian.

"Dayana.... Zevara...," gumamnya sebelum kembali menegakkan kepalanya dan menatap keduanya dengan mata menyipit.

"Bukannya kalian udah tau kalo gue putus sama Nathan ya?" tanya Rea dengan sebelah alisnya.

"I-itu.."

"Kenapa masih tanya kalo udah tau?" ekspresi gadis itu masih saja santai meski tidak ada sedikitpun senyuman.

"Atau sebenernya kalian belum tahu dan asal ngegosip cuma karena omongan orang?" Keduanya menelan ludahnya susah payah dengan mata bergeming takut. 

"Ohh, gue tahu," Rea tersenyum miring, semakin mendekatkan wajahnya ke arah kedua gadis itu. "Pasti yang kedua kan?" Rea tersenyum remeh dengan kedua alisnya terangkat mengejek.

"Jelas yang keduanya gak sih? Orang kalian tadi bilang Nathan mukul dan ngedorong gue sampe nangis. Padahal yang bener itu Nathan nampar dan ngedorong gue, bukan mukul," bibir atas Rea mengerut jijik, tangannya terangkat menyentuh pundak keduanya dan menepuk pelan. "Lain kali kalo ngegosip cari yang lebih akurat. Sekalian tanya orangnya langsung daripada kejadian kayak gini keulang lagi ya?"

Am I Antagonist? Where stories live. Discover now