xv. first snow

1K 111 9
                                    

Jongho selalu melihat laki-laki dengan hoodie hitam itu berdiri di samping danau

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Jongho selalu melihat laki-laki dengan hoodie hitam itu berdiri di samping danau. Entah hanya untuk sekedar menikmati pemandangan, ataupun membaca buku mitologi dengan tebal yang tidak bisa Jongho kira.

Dan anehnya, laki-laki itu selalu ada di saat salju turun untuk pertama kalinya. Tanpa mengenakan jaket tebal guna mengusir rasa dingin.

Cukup lama sudah Jongho pandangi siluet tersebut hingga iris legamnya bertemu pandangan dengan manik hazelnut di sana. Membuat tanpa sadar pipinya memanas bak kepiting rebus.

"Hai.."

Jongho bisa membaca gerak bibir si laki-laki yang menyapanya. Maka dari itu, dengan ragu, Jongho membalas lambaian tangan sang lelaki tanpa nama. "Hai, juga."

"Sini, turun."

Entah. Entah bagaimana Jongho bisa yakin bahwa lelaki itu memanggilnya untuk mendekat.

Kaki yang terbungkus sepatu berwarna hitam tersebut berjalan, menapak menyusuri jalanan penuh salju.

Ketika sampai di hadapan sang lelaki, Jongho menunduk, memainkan jari jemari gembulnya yang hampir tertutup lengan jaketnya.

"Dingin ya?"

Jongho mengangguk, "Lumayan.. kok kakak ga pake jaket lagi?"

"Aku kan kebal," Ucapnya dengan senyum lebar yang merekah. Membuat hati Jongho terasa hangat dan tenang.

"Kebal kebal! Kakak kalo sakit gimana? Tuh, bibirnya udah pucet gitu."

Laki-laki bersurai hitam itu terkekeh. Mengusak pelan tatanan surai Jongho, hingga sang empunya mematung. "Kamu lucu kalo lagi marah marah, bikin aku tambah suka."

Pipinya memerah bak apel segar yang kerap di sajikan di atas meja makan. "K-kakak jangan bercanda mulu." Ucapnya setengah gugup.

"Aku ga bercanda, Jongho."

Alisnya mengkerut kebingungan. "Kakak kok tau namaku?"

"Tau dong, soalnya---

BRUKK!

Jongho mengerjap terkejut.

Ah.. ternyata iya tertidur di meja belajarnya. Bahkan layar laptopnya masih menyala menampilkan wallpaper yang berisikan Jongho dengan si laki-laki tanpa nama, dulu.

Ya, dulu. Karena sekarang laki-laki tersebut telah-

"Sayang, makan dulu, nanti di lanjutin nyelesain makalahnya. Kamu belum makan dari siang tadi."

-Menjadi suaminya.

Jongho berjalan menyusuri tangga kemudian terhenti di depan jendela dapur. "Salju turun hari ini.." Lirihnya.

Seonghwa yang tengah menyiapkan makan malam menoleh kemudian tersenyum simpul, "Hari ini salju pertama turun. Kaya tahun sebelumnya, di tanggal dan waktu yang sama."

Yang lebih muda mendudukkan tubuhnya di atas kursi meja makan. Mengamati sang suami yang tengah sibuk menyiapkan makan malam mereka hari ini.

Dagunya ia topang menggunakan kedua tangannya. "Kaya pas kita pertama ketemu juga?"

"Iya.."

"..waktu itu, salju turun dan di situ aku pertama kali liat kakak."

"Ternyata, kenalan sama kakak ga buruk juga. Buktinya sekarang kita bisa tinggal satu atap."

Seonghwa terkekeh kecil mendengar ucapan suami kecilnya, "Ya.. kamu tau ga dek? Aku bahagia banget waktu kamu samperin aku. Rasanya kaya mimpi, hahaha." Di akhiri tawa yang keluar dari mulutnya.

"Kita bisa ga ya kak, bertahan sampai usia tua?"

Suaminya mengangguk mantap, kemudian mengelus surai Jongho lembut. "Bisa, aku kan selalu di samping kamu. Kapanpun dan dimanapun---
























PLUK!

"Jong?"

Jongho mengerjap beberapa kali, "Kak Sanie?"

"Kamu melamun lagi." Peringat San.

Jongho tersenyum canggung sembari mengusap tengkuknya. "Ah.. maaf. Ada apa?" Ia mencoba untuk fokus lagi.

"Keadaan Seonghwa.. kemarin sempet nurun lagi. Dokter udah hampir nyerah kemarin karena bener bener parah. Semua keputusan ada di kamu. Kamu mau pertahanin Seonghwa atau ngebebasin dia?"

Tidak. Tidak bisa.

Jongho menunduk. Semua ini salahnya. Andai kata ketika salju pertama turun itu ia tidak meminta Seonghwa untuk menjemputnya di universitas, maka laki-laki tinggi itu tidak akan terbaring di atas ranjang Rumah Sakit karena kecelakaan yang menimpanya ketika di perjalanan.

"Maafin Jongho. Ini semua salahku.."

𝗮/𝗻:

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

𝗮/𝗻:

ga jelas banget alurnya T_T

maaf, karena kurangnya inspirasi jadi gini deh. anw, aku mau nyoba buka requestan ada yang mau? kalian bisa komen/dm kalo semisalnya mau jadi suprise buat readers lainnya.

kirim nama shippernya (jjong!bot) lalu alur dan genre. alurnya ga usah banyak banyak, cukup garis besarnya dan nantinya aku yang lanjutin. gimana?

please jangan flop..

have a sweet first day in may readers-nim!

our little | choi jongho.Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora