cek ombak yang kangen wildan mana suaranya.....
Buat pengingat, chapter terakhir kemarin Wildan confess barengan sama suara petir.
...................
Tidak mungkin menyalahkan takdir
Untuk keadaan yang terjadi hari ini
Takdir sudah ada jauh sebelum kita lahir
Tidak ada manusia yang ingin hidup banyak cobaan
Inginnya hidup tenang-tenang saja
Padahal cobaan datang untuk menempa agar lebih tangguh
Bukan untuk menghancurkan yang sudah rapuh..................wildan..............
Siang itu saat break kelas menunggu jam mata kuliah berikutnya, Wildan dengan senang hati menawarkan Wafdha.
“Koe gelem tak traktir ora?” Wafdha sampai senyum semringah mendengar ajakan Wildan. Tentu saja tidak akan menolak.
“Yo gelem lah. Edan po kalau gak gelem.”
Mereka berdua pun bergegas makan di warung geprekan dekat kampus, naik motornya Wafdha.
“Dalam rangka opo iki koe kok tumben?” Wafdha turun dari motor masih dengan menerka dalam rangka apa Wildan mentraktirnya.
“Aku arep curhat, wis ora usah kebanyakan tanya ndak aku berubah pikiran.” Jawab Wildan dan langsung order dua porsi ayam geprek dengan tambahan geprekan lainnya. Wildan cukup 3 cabai, Wafdha pesan 4 cabai karena mempercayai cabai genap tidak akan terlalu pedas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDAN
Romance"I am not what happened to me, I am what I choose to become." - Carl Jung. ©start: February 15, 2020