6. Jeon Wonwoo

2.8K 150 13
                                    

[ Husband Series ]

"Wonu."

"..."

"Nu."

"Apa?"

"Wonwoo!"

"Iya, apa?"

"Kamu kalo dipanggil sampe aku teriak gini tuh ke sini, kek. Kebiasaan."

"Iya!"

Aku mengomel. Demi kerang ajaib, ini pukul lima pagi dan aku sudah berteriak.

Yang namanya Jeon Wonwoo, atau biasa kupanggil Wonu, punya kebiasaan yang menyebalkan di hari sabtu, atau dengan kata lain dia libur.

Bagaimana tidak? Selepas ibadah subuh, dia langsung bermain game. Kali ini dia bermain di benda pipih berbentuk persegi panjang sialan itu. Rebahan di kamar, dengan samping kanan terdapat toples cemilan yang berisi keripik tela balado, ditambah sudah kubuatkan susu coklat panas.

"Apa?" tanyanya begitu dia sudah berada di sampingku. Kulirik sebentar, ternyata dia tidak membawa ponselnya.

"Muncul juga akhirnya?" sinisku. Aku ingin dia membantu membuat kue. Lagipula, dia juga yang memintaku untuk membuatkan makanan ini.

"Maaf." ucapnya lalu mengambil alih mixer dari tanganku. Selagi dia mencampur adonan, aku beralih untuk mengecek apakah sayurku sudah mendidih.

"Kamu nanti mau kumpul sama anak-anak?"

"Hm." jawabnya. "Kamu mau ikut?"

"Boleh?" tanyaku. Setelah menuangkan sayur ke dalam wadah, kini aku beralih untuk mencuci peralatan dapur yang sudah selesai digunakan.

"Boleh. Emang kenapa nggak boleh?"

"Ini kan khusus untuk kalian. Dan, ujungnya pasti aku cewek sendiri. Nanti kalo aku diapa-apain gimana?" godaku berlagak ngeri.

"Dih." suamiku itu melirik sekilas dengan tatapan dingin.

"Hehe."

"Mikirmu aneh." gumamnya. "Ngapain juga mereka bakal gitu? Apalagi kamu istriku."

"Apalagi kamu istriku."

"Kamu istriku."

"Istriku."

Demi planet Neptunus. Mengapa dengan perkataan terakhirnya itu membuatku salah tingkah? Aku benar-benar terdiam. Ini gila, kalimat seperti itu saja mampu membuatku tersipu malu.

"Y-ya, siapa tau aja gitu." ujarku gugup.

Aku kembali melakukan tugasku yang tertunda sembari berusaha menetralkan detak jantung yang menggila. Beberapa kali aku berdehem guna menghilangkan rasa tremor yang berlebihan. Bahkan tenggorokanku rasanya tercekat, sulit untuk mengatakan sepatah kata.

"Emang pawang-pawang yang lain pada ikut, ya?" tanyaku memulai pembicaraan yang sempat terjeda. Kini kegiatanku sudah selesai, aku berbalik dan menatap suamiku dari belakang.

Wonwoo menggeleng. "Nggak. Eh, tapi gak tau juga, sih."

Aku hanya mengangguk. Lalu, kami kembali terdiam. Posisi suamiku masih sama. Dia membelakangiku karena meja makan dan wastafel posisinya saling bertolak belakang. Adonan itu berada di atas meja, masih diurus olehnya.

Kalau kuperhatikan begini, dia sangat tampan bahkan hanya dilihat dari belakang. Wonwoo menggunakan sweater berwarna hijau tua dan celana training hitam. Baju yang dikenakan sangat pas di tubuh sehingga punggungnya yang lebar sukses terekspos. Rasanya seperti sudah dirancang hanya untukku. Tempatku untuk bersandar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang