TINGGAL CERITA

14 1 0
                                    

Ketika kali pertama tersadar bahwa alasan kuat  bertahan bukan sekedar persahabatan tapi lebih dari sesuatu yang pernah dipikirkan.

Aku terdiam, mencoba memastikan benarkah yang tenggah dirasakan hati atau ini hanya sekedar ujian kekuatan diri, ternyata aku telah melewati batasanku, batasan seorang sahabat melanggar janji yang pernah kita sepakati.
"tak boleh ada rasa diantara kita".

Waktu demi waktu kita lewati, kau bersamanya dan aku... Bersama sejuta doa. Dikeheningan malam,  ku kebumikan segala perasaan, aku tak ingin menghancurkan keakraban yang telah menahun kita miliki. Ingin tetap seperti biasa berbagi kisah tanpa ada kegundahan dirasa.

Aku tetap menyimpan dalam diam, merapal namamu didoa doa sang malam dan bagimanapun aku seorang perempuan, kala mengingatmu air mata mudah sekali bercucuran. Bukan tentang ketidak perdulianmu tapi tentang ketidaksanggupanku bertahan ditengah keadaan yang entah ini.

Aku berusaha sebisa mungkin, menutupi semua kecemburuan, menyimpan banyak pertanyaan, menahan kemarahan, demi menyembunyikan sebentuk perasaan. Entah kau tidak menyadarinya atau malah sengaja menafikkannya.

Dalam keadaan yang kian menyebalkan, sebuah keputusan besar aku tekankan. Biarlah semua tengelam, dan tak perlu kau mengetahuinya.

Kepedihan itu berjalan sempurna, aku diam tanpa kata dan kau perlahan kulenyapkan dalam doa. Hingga suatu hari ada keadaan yang tak pernah kuduga. Kau menggungkap sebuah rasa, sedang kala itu aku begitu sungguh melepaskanmu.

Benar bahwa sebaiknya rasa itu dilepas bukan digenggam. Air mataku kembali bercucuran disaat aku mencoba dengan sungguh mengilangkan rasa, lantas kau tiba dengan harapan yang entah apa.

Maaf, aku tetap memilih menghilangkan rasa, meski itu benar-benar menyiksa.
Kau ungkap segala dikala daku benar-benar kehilangan kepercayaan akan rasa.

  INI TENTANG KITAWhere stories live. Discover now