48-Obat Penenang

195K 26K 3.9K
                                    

Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa beli di gramedia terdekat atau pesan di toko online

Tersedia di:

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo

🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫

Alskara baru menginjakan kakinya ke ruang tamu. Ia baru saja pulang setelah mengikuti les bimbel. Cukup lelah dan juga pusing karena bergelut dengan soal-soal yang sulit. Niat hati ingin langsung pergi ke kamar untuk mandi dan istirahat. Namun ada perasaan penasaran saat melihat sosok Hana yang sedang duduk bersama Hauri di ruang keluarga. kedua wanita itu seperti sedang asik mengobrol.

Melihat sosok Hauri membuat langkah Alskara tanpa sadar mendekati mereka. Alskara bisa melihat senyum dan tawa Hauri yang menghiasi ruang keluarga. Gadis itu ternyata cantik. Tidak, maksud Alskara biasanya Hauri selalu menyebalkan, berbuat onar, keras kepala dan pemarah. Alskara baru tahu kalau Hauri bisa tertawa secantik itu. Alskara sampai tidak bisa berhenti menatap Hauri.

"Alskara!" Hana tersenyum melihat Alskara yang mendatangi mereka.

"Iya mah." Alskara melirik Hauri. Gadis itu tersenyum kaku, matanya melirik-lirik ke samping. Seperti memberi kode untuk Alskara pergi dari sini. Apa Hauri tidak suka dengan kehadiran Alskara? Kenapa Alskara jadi kesal, ya?

"Al, mama sudah mutusin untuk kamu masuk ke univ di tempat yang sama kayak Hauri. Kamu bisa mengambil jurusan Ekonomi." Hana tersenyum senang dengan idenya. Berbeda dengan Alskara yang terkejut, termenung mendengar rencana Hana.

"Ma....Alskara.....kenapa mama mutusin semuanya tanpa sepengatahuan Alskara?" Alskara sangat kecewa dengan keputusan Hana.

"Ini yang terbaik buat kamu, Al."

"Terbaik, terbaik, terbaik! Pernah nggak mama dan papa nanya, sekali aja nanya sama Al. Apakah Al senang? Apakah Al mau? Pernah? Nggak! Kalian mutusin semuanya tanpa ngasih tau Al!" Alskara lelah dan juga tertekan. Memuakkan terus hidup seperti boneka.

Hana berdiri dari duduknya. "Al, kenapa kamu nggak ngerti? Mama dan papa ngelakuin semua ini demi kamu!!" suara Hana meninggi.

"Al, capek ma." Alskara menggeleng lemah. Ia lirik Hauri sekilas. Gadis itu menatapnya sedih. Kemudian Alskara melempar tasnya dan berjalan keluar rumah.

"Alskara!" teriak Hana, berusaha menghentikan Alskara.

"Biar Hauri yang ngejar Al, tante." Hauri mengelus pundak Hana. Berlari kecil mengikuti Alskara.

-antagonis-


Alskara berdiri di depan rumah sederhana. Berdiri dengan gusar dan dengan perasaan yang bercampur aduk. Semua rasa lelahnya membuat ia frustasi dan seperti akan meledak. Tidak ada yang bisa memahaminya. Tidak ada yang bisa mengerti betapa hancur dirinya.

"Alskara...." Aina keluar dari rumah. Ia menyentuh dadanya dengan pandangan yang cemas menatap Alskara.

Alskara mengangkat kepalanya. Ia melihat sosok Aina di depannya, memakai gardigan dan rambut yang dicepol. Senyum Alskara mengembang melihat kekasihnya itu. Semua perasaan tertekan yang Alskara rasakan perlahan menghilang.

"Al, kamu kenapa?" Aina menghampiri Alskara. Ia cukup cemas saat Alskara mengiriminya chat, memberi kabar kalau ia ada di depan rumahnya dan membutuhkannya.

Alskara menghela napas. "Aku lelah Na sama banyak hal. Aku butuh kamu." Alskara menjatuhkan kepalanya di pundak Aina.

Hanya bersama Aina Alskara merasa bebannya berkurang. Aina seperti obat penenang bagi Alskara. Melihat Aina membuat Alskara bisa merasakan sesuatu yang sudah menghilang dari hidupnya. Alskara tidak ingin kehilangan Aina sebagaimana ia pernah kehilangan dulu.

"Al, aku akan selalu ada buat kamu." Aina memeluk Alskara, berusaha memberi rasa nyaman.

Alskara memejamkan matanya. Pelukan Aina begitu menenangkan. Pelukan yang sama seperti dulu. Alskara teringat dirinya yang sedang dipeluk oleh seorang gadis. Dalam pelukan gadis itu Alskara merasa aman, merasa semuanya akan baik-baik saja. Perasaan rindu yang Alskara rasakan selama ini hanya bisa terobati berkat hadirnya Aina.

Hauri termenung diam di tempatnya. Niat hati mengikuti Alskara karena takut cowok itu akan berbuat sesuatu yang nekat. Sampai akhirnya Hauri berdiri di depan rumah Aina. Sebelumnya juga Hauri sudah memberi kode mata pada Alskara agar segera masuk kamar. Karena Hauri tahu Hana akan membahas soal masuk Universitas yang sama. Hauri tadinya berniat untuk menolak rencana itu, tapi Alskara keburu datang dan berakhir seperti ini.

Hauri merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Alskara. Perlahan Hauri mulai mengerti betapa tertekannya Alskara yang hidup dalam aturan kedua orang tuanya dan kehilangan kebebasannya. Namun perasaan cemas itu berganti sesak saat melihat Alskara ada di pelukan Aina.

Seharusnya memang ia tidak perlu mengikuti Alskara. Dengan begitu tidak perlu melihat Alskara dan Aina berpelukan. Hauri tahu kalau Aina kekasihnya Alskara, Hauri tahu Aina seperti obat penenang bagi Alskara. Tapi tetap saja dadanya terasa nyeri.

"Maaf, Al sekalipun gua hilang ingatan, sekalipun gua tau Aina kayak obat penenang buat lo. Tetap aja gua nggak bisa bohong. Gua benar-benar sakit ngeliatnya." Hauri mencengkram erat dadanya saat air mata membasahi pipinya.

"Lo tau apa yang paling lucu? Ternyata melupakan cowok yang sering menjadi alasan gua menangis lebih susah dari pada mengingat cowok yang berusaha membuat gua tersenyum." Hauri menyeka air matanya.

Alskara memiringkan kepalanya, tidak sengaja pandangannya melihat sosok Hauri yang berbalik badan, berjalan menjauhi rumah Aina. Sejenak Alskara tertegun melihat Hauri yang menangis. Alskara tidak salah lihat, kan? Atau ia memang salah lihat? Cepat-cepat Alskara mengangkat kepalanya dari pundak Aina.

"Al, ada apa?" tanya Aina bingung melihat Alskara yang panik menoleh ke samping.

Alskara menoleh kiri-kanan, sosok Hauri sudah tidak terlihat lagi. Ia mengacak rambut depannya. "Bukan apa-apa." katanya frustasi.

Biasanya Alskara merasa tenang setiap ada di dekat Aina, karena Aina obat penenangnya. Namun melihat sosok Hauri yang menangis.....

Kenapa Alskara jadi gelisah? Apa itu sungguh Hauri?


-ANTAGONIS-

-
-
Aku update pagi karena kebanyakan yg vote pagi. Pagi yang kalian maksud jam segini, kan? 🥺 Takut arti pagi kita berbeda hahaha

Gimana chapter kali ini? Emosi? Nyesek? Jangan lupa vote dan spam komen sebanyaknya 👇👇

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now