86-Seberapa Pantas

69.4K 10K 5.2K
                                    


.
Kamu bisa pesan di SHOPEE & TOKOPEDIA (cek akun instagramnya) :
@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@tokotmindo
@bookit.id
@zahrabookss
@owlbookstore
@linibuku
@bukuwanita
@tukugan.id
@alifia.bookstore
@togamas_morgorejo
@byullabookstore
@dualapan.bookstore

BISA BELI DI GRAMEDIA JUGA

Budayakan vote yaa jangan lupa

Spam komen sebanyaknya biar niat update lancar hahaha

Selamat membaca.......

❤️❤️❤️❤️❤️

Hauri itu anak rumahan. Paling jauh ia main ke mall sama teman-temannya. Pernah pergi ke luar negri, itu pun bersama keluarganya. Sedangkan kalau sendiri, paling jauh pergi ke warung. Jadi kesimpulannya Hauri adalah anak rumahan.

Ini kali pertama bagi Hauri pergi ke tempat seperti ini. Ke konser musik Sheila on Seven. Hauri yang tidak terbiasa dengan keramaian merasa risih. Kepalanya terus memutar melihat sekeliling. Ketika ada orang yang mengenainya, buru-buru ia menyingkir. Pokoknya rasanya aneh ada di tengah lautan manusia. Belum lagi kebisingan yang tercipta. Menyanyikan lagu Sheila on Seven bersama-sama.

Liam menoleh. Ia langsung merangkul bahu Hauri, memindahkan Hauri ke kirinya ketika melihat gadis itu nampak risih ada cowok asing yang tidak bisa diam. Liam ingin memberi rasa nyaman kepada Hauri yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

"Makasih." kata Hauri.

"Kalo apa-apa bilang."

"Iya." kata Hauri. "Iam, anak Ziver katanya juga ikut nonton konser?"

"Iya." Liam menoleh ke belakang.

"Tuh di belakang."

Hauri ikut menoleh. Di sana juga ada Alskara bersama anggota Ziver lainnya. Setelah resmi berpacaran dengan Liam. Satu sekolah langsung gempar. Pasalnya Hauri yang dikenal sebagai antagonis bucinnya Alskara jadian dengan Liam sang playboy sahabatnya Alskara. Tidak pernah ada yang membayangkan kalau hal itu akan terjadi. Namun sekali lagi takdir menunjukkan kekuasaannya. Yang tidak mungkin menjadi mungkin.


Saat Alskara yang semula sedang menyanyi menoleh ke arah serong kiri. Cepat-cepat Hauri menghadap depan. Tidak mau ketahuan kalau dirinya sedang memperhatikan Alskara.

"Kenapa?" tanya Liam.

"Gua nggak terbiasa banget sama konser musik kayak gini. Rame." Hauri tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan. Ia hanya ingin mengalihkan pikirannya.

Liam tersenyum. "Ada gua. Nggak ada yang berani dekat-dekat."

"Sok so sweet lo!"

"Emang sweet." kedua tangan Liam membentuk V di dagu. Tidak lupa berekspresi menggemaskan.

Hauri langsung mendorong wajah Liam. "Mual, Iam!"

"Parah ya pacaran sama antagonis. Mainnya kasar, KDRT terus."

"Namanya juga antagonis. Jadi pasti jahat lah. Kayak gua."

Liam tersenyum. "Aku."

"Hm?" Hauri mengedipkan matanya, tidak mengerti.

"Aku kamu. Udah pacaran masa masih pakai gua lo." kata Liam. Hauri masih tidak bereaksi. Masih pending. "Aku......sayang.....kamu."

Tuk!!

Hauri menendang tulang kering Liam. Tidak tahu kenapa, rasanya mau nendang saja. Sebagai salah satu cara menetralkan detak jantungnya yang sudah seperti ombak. Bahkan suaranya lebih kencang dari ombak. Pokoknya Hauri mau mencari pasir, mau mengumpat saking malunya.

Liam membungkuk. Mengelus tulang keringnya. "Hau, udah apa pensiun jadi antagonisnya." katanya dengan raut wajah kesakitan.

Hauri menatap lurus ke depan. Berusaha mengabaikan Liam. "Siapa suruh jatuh cinta sama antagonis?" tanyanya jutek.

"Kalo antagonisnya kamu ya wajib dicintai."

Hauri berniat menendang Liam lagi. Namun Liam sudah menghindar terlebih dulu. Hauri tidak menyerah. Ia mengangkat tangan mau memukul. Lagi-lagi digagalkan Liam yang sudah memegang kedua tangannya.

"Lepas nggak?" Hauri berusaha melepas tangannya.

"Nggak ah. Kamu lucu banget sih. Aku jadi gemes." kata Liam berucap manja sambil menggelengkan kepala.

Hauri tidak tahan untuk tidak tertawa. "Liam apaan sih lo iih?! Bodo amat ah! Tau ah!" Hauri menarik-narik tangannya dari genggaman Liam. Tapi tidak berhasil.

Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu

Cukup indahkah dirimu untuk selalu ku nantikan

Mampukan kau hadir dalam setiap mimpi burukku

Mampukah kita bertahan di saat kita jauh

Seberapa hebat kau untuk ku banggakan

Cukup tangguhkah dirimu untuk selalu ku andalkan, oh

Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang, woho

Sanggupkah kau menyakinkan di saat aku bimbang

Celakanya

Hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu

Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku

Kau pergi dan hilang ke mana pun kau suka

Liam ikut bernyanyi sambil memainkan tangan Hauri ke kiri ke kanan. Membuat Hauri tertawa geli.

Dari belakang Alskara terus memperhatikan Hauri dan Liam. Dia tahu kalau kedua orang itu sudah pacaran. Brawijaya benar-benar digemparkan oleh kabar hubungan mereka. Dimana-mana selalu membahas mereka. Bahkan sebenarnya Alskara sudah bisa menebak kalau Hauri akan memilih Liam.

Mungkin memang ada perasaan sedih. Menyesal baru menyadari soal perasaannya yang terlambat. Kejadian ini menyadarkan Alskara kalau yang menyia-nyiakan akhirnya akan ditinggalkan.

"Gua emang pahlawan yang payah. Nggak pantes ada di samping lo." kata Alskara.

Namun menurut Alskara lebih baik melihat Hauri tersenyum dan tertawa dari pada menangis. Tidak perduli siapa yang menjadi alasan tawa Hauri, asalkan Hauri bahagia. Itu sudah cukup.

Diam-diam Alskara memotret Hauri. Kemudian ia menunduk untuk melihat hasil jepretannya, "Hauri....lo harus senyum terus, ya? Lo cantik kalo senyum." Alskara tersenyum kecil.

Drrtt....drrttr....drrrtt....

Satu chat masuk dari Aina.

Aina: Al, besok pulang sekolah aku mau ketemu kamu di rooftop


-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now