Part 5

380K 5.6K 161
                                    

I like to think that we had it all
***

Mei, 14


"Eh ganteng gak?"

"Apaan tuh?"

"Foto Rafa.

"Plis Ca, gue bakal jadi gila liat loh liatin foto Rafa terus."

"Lebay!

***

Nafas berat milik ku sangat sulit ku hembuskan.

Aku panik berat bersama fakta bahwa selangkanganku masih saja berdenyut semenjak kejadian semalam membuatku ingin meledak saat ini juga.

Gugup membuatku nyaris kehilangan akal, meski kami sudah sampai di Jakarta pukul 02.00 dini hari tadi, kemudian sampai dirumah pukul 02.35 sama sekali tak membuat kegugupanku redah atau membuatku tenang.

Sebaliknya aku malah makin panik.​

Hari ini, tepat jam 09.00 nanti siang aku akan menjumpa klienku dengan catatan garis merah tanpa membawa satupun bahan presentasi.

Sisiku meringis, oh, habislah riwayat karirku.

Dan tadi saat dipesawat entah kenapa aku baru tersadar bahwa aku tidak membawa tablet atau ponselku.

Padahal jika benda-benda itu ada, setidaknya aku sudah memiliki beberapa bahan presentasi yang akan ku laporkan pada pemegang saham terbesar milik butik ku.

Kabar buruknya semua ini terjadi dikarena pria yang berstatus suamiku beberapa hari yang lalu telah melakukan sesuatu hal sakral yang akhirnya membuatku terlambat bangun dan terlambat juga pulang ke jakarta, dasar Rafa sialan.

Jika tenderku kali ini gagal maka aku akan menuntutnya untuk bertanggung jawab atas segala kerugian yang butik ku terima padanya.

​Subuh hari, dikasur yang empuk dan bedcover yang hangat aku juga tidak bisa menenangkan diriku yang kelimpungan.

Aku mengingat itu, aku punya gen perfeksionis dari Ayah dan Rafa dengan tidak tahu dirinya, atau apalah yang bisa ku sebut untuk menunjukan hal, malah tidur dipangkuanku menatapku yang sedang mengetik lama sekali dengan senyum menggoda konsentrasi yang sudah dari tadi ku sumpahi untuk tidak membuyarkan fokusku.​

​"Kamu benar-benar sudah mirip istri yang ditelantarkan suaminya Sayang, lagian jika presentasi kamu ditolak, aku bisa gantiin pemegang saham di butik kamu itu kok."​

Rafa si biang dari masalah ini malah tersenyum enteng seolah tidak ada masalah sama sekali dengan presentasiku.

Dia pikir semudah itu mengalihkan nama pemilik saham.

Persetujuan dari kedua belah pihak, pemindahan saham dinotaris, balik nama kembali, pengembalian saham awal, kemudian pembayaran perkembangan saham.

Lagipula apa kata pemilik saham yang lain jika tahu aku membalikan nama dari petinggi pemilik saham yang selama ini mati-matianku perjuangkan.

​"Rafa kalo aku nggak salah kamu lulusan bisnis kan?" Tanyaku menghentikan kegiatan mengetikku kemudian menatapnya.

Rafa mengangguk, mengiyakan pertanyaanku tanpa suara. ​

​Tablet ku letakan dinakas dan benar-benar menatapnya yang dipangkuanku serius, memainkan beberapa jariku di rambutnya yang lebat berpikir pertanyaan yang akan membuatnya mengerti akan posisiku ini.​

​"Tau cara membolak-balikan nama pemegang saham kan?" Tanyaku lagi.

Rafa mengangguk, menggerakan alis kirinya seperti kebiasaanku bertanya.

YS [1] // Maps (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang