Untitle

948 12 6
                                    

Rona matahari pagi dengan jutaan warna sudah lama mewarnai langit pagi itu, cukup warna orange kemerah-merahan yang diketahui untuk merepresentasikannya

Bukit-bukit berbatu tak seberapa tinggi menjadi penghalang bagi kota yang sedang mesra-mesranya menyambut sang pagi. Diujung sana gugusan pegunungan seakan meniupi kabut yang semakin lama merambat masuk kedalam pemukiman dan perlahan lenyap ditelan rutinitas kota. Ombak sudah bergulung-gulung mengisyaratkan waktu pasang, nelayan pun wisatawan menurunkan layar perahu dibibir pantai memulai aktivitas.

Pagi-pagi sekali Pandji telah men-setting rantai sepedanya, tipe rantai pendek adalah suatu kewajiban, bukan tanpa alasan ia berpersepsi bahwa tipe rantai tersebut sebagai sarana mengolah otot-ototnya agar lebih kuat saat dipakai untuk menjejakkan kaki kala berjalan jauh.

Melewati jalur utama kota itu, akan diiringi hamparan pertokoan disisi jalan, hanya ada beberapa rumah dan makam sepanjang jalur, tentunya bukan orang biasa sebagai empunya, jangan heran dikota ini hampir seluruh toko yang terhampar pada jalur utama ditumpangi warung-warung emperan yang hanya buka pada malam, mungkin sang empunya toko telah mahfum terkait meminimalisir biaya dan memaksimalisasikan pendapatan lain-lain.

Pandji teringat dengan dosen kewirausahaannya yang berucap bahwa "sebuah usaha yang mempunyai usaha penopang, besar kemungkinan usaha tersebut akan bertahan dan berkembang". Dosennya selain mendirikan bisnis perguruan tinggi, didekatnya juga mendirikan kamar mess untuk disewakan kepada mahasiswa, mendirikan juga dapur umum, mendirikan juga binatu, mendirikan juga stasiun televisi sebagai usaha periklanan dan untuk promosi kampusnya.

Pandji dapat dibilang anak yang cerdas, hanya saja dia jarang sekali masuk kelas perkuliahan, bukan karena malas tetapi karena Pandji sedikit fokus dengan hobinya yaitu naik gunung. Hampir setiap weekend Pandji tidak pernah berada dirumah, waktunya dihabiskan untuk camping di gunung pinggir kota, tebing atau minimal ngecamp di pinggir laut meski hanya dengan modal sebungkus rokok, sesachet kopi dan mie instan+sarden.

***

Hobi naik gunung Pandji belumlah lengkap tanpa kehadiran Okta dan Prabu, Okta yang berambut kribo adalah laki-laki yang mempunyai hobi yang hampir sama dengan Pandji, ia mempunyai kegemaran terhadap sosok Iwan Fals, pandai bermain gitar dengan daya tahan dari malam sampai subuh, lelaki yang memiliki perawakan sekilas Scott Stapp vokalis band Creed ini sangat gemar dengan lagu "Mata Indah Bola Pimpong", sementara Prabu seorang pembalap yang memiliki badan jangkung adalah sang Vokalis, meskipun bukan professional tapi suaranya lebih indah jika dibandingkan dengan teman yang ada, seolah-olah suaranya dapat menyihir untuk membuat orang tidak dapat berhenti bernyanyi. Prabu dapat memotivasi genjrengan gitar Okta apabila ia sudah menarik suaranya, sebagai kompensasi terhadap genjrengan gitar dan tarikan suara Prabu, biasanya Pandji akan menyalakan api unggun agar konser ketiganya nyaman, terhindar dari serangan nyamuk dan binatang.

Persahabatan ketiganya dimulai saat masa Ospek masuk kuliah setahun lalu, sebagai perokok berat mereka keluar dari barisan kegiatan menuju kantin pojok kampus, dikantin pojok itulah pertemuan dan pertemanan terjalin. Kisah berlanjut ketika itu mereka ketahuan oleh panitia disiplin, akibatnya mereka bertiga diberikan punishment oleh panitia untuk meminta seluruh tandatangan seniornya dan mereka harus memperkenalkan diri mengakui kesalahan didepan panggung, tak sedikit cibiran yang membuat raut mereka menjadi merah. Sejak saat itu mereka bertiga menjadi dikenal, salah satu teknik mempromosikan diri setelah lama baru mereka sadari.

***

Langkah tegap tidak seberapa yakin memasuki selasar perkuliahan, ransel gendong berisi tumpukan buku yang tidak pernah terbuka terlihat begitu penuh dan berat, hari ini adalah jadwal ujian akhir semester mata kuliah pengantar Akuntansi yang jenis ujiannya open book. Keterlambatan Pandji berakibat ia harus duduk dibangku muka, tepat didepan bangku Professor. Harapan ia bisa mendapatkan bangku belakang dan bisa dengan leluasa mencontek, tapi harapan tinggal harapan tanpa planning dan action yang baik.

AKU, PEREMPUAN DENGAN SEGALA RASAWhere stories live. Discover now