beginning

708 71 7
                                    




Park Chanyeol tersenyum menatap sekumpulan remaja yang bergerombol lalu duduk di table yang terletak paling pojok. Beberapa dari mereka berdiri lalu bergoyang mengikuti irama musik yang dimainkan oleh disk jokey. Ah, lagi-lagi Chanyeol tersenyum tipis ketika melihat mereka meneguk minuman beralkohol yang telah mereka pesan.

Ayolah, Chanyeol tidak bodoh. Pria itu tahu bahwa segerombolan remaja yang sedang tertawa itu bahkan belum lulus kuliah. Lalu, bagaimana mereka bisa masuk ke dalam sini? Ke dalam club milik Park Chanyeol yang jelas-jelas hanya untuk kalangan tertentu?

Chanyeol mencegat seseorang lalu bertanya pada pria berbadan besar itu. "Hei, kenapa memperbolehkan mereka masuk?"

"Mereka membayarku dengan uang."

"Jangan bercanda," balas Chanyeol sinis. "Kau tau mereka bisa menjadi masalah besar disini."

Pria berbadan besar itu tertawa pelan, lalu berkata lagi, sedikit mengeraskan suara. "Kau tau Byun Baekhyun? Chaebol yang juga memiliki firma hukum itu?" dagu pria itu mengedik ke arah segerombolan remaja yang Chanyeol maksud. "Salah satu dari mereka adalah kekasih Byun Baekhyun."

Chanyeol mendengus. "Aku tidak percaya salah satu dari anak ingusan itu adalah pelacur."

"Hei, yang jelas jangan cari masalah. Main aman, oke?" lalu ia berbisik pelan sebelum benar-benar meninggalkan Park Chanyeol. "Dan jangan menggoda anak itu, Yeol."

Park Chanyeol hanya tersenyum miring sebagai balasan, alias dia tidak akan menjawab iya atau tidak karena tidak ada yang tau setan apa yang akan menghasutnya nanti.

Park Chanyeol, 28tahun, sangat tampan, pemilik club terbesar di Seoul, dan yang terakhir... penggoda wanita. Chanyeol bahkan sudah menargetkan siapa yang akan ia goda hari ini. Sabtu malam, hampir sama dengan malam-malam biasanya, namun lebih sesak karena lebih banyak orang yang datang ke club.

Pria itu menggulirkan tatapannya ke segala arah. Tatapan dingin dan tajamnya seolah menyeleksi siapa saja yang akan jatuh ke dalam perangkapnya malam ini.

Tidak seru.

Tidak hot.

Terlalu cantik.

Terlihat kekanakan.

Mata Park Chanyeol terus menyeleksi tanpa henti. Pria itu sebenarnya tidak memiliki tipe yang spesifik. Ia hanya mencari wanita yang mampu menarik perhatiannya. Terdengar sederhana memang, namun Chanyeol terkadang sulit menemukan wanita yang menarik. Atau justru karena Chanyeol lah stok wanita menarik di Seoul menjadi langka? Well, that makes sense too.

Park Chanyeol meneguk isi botol bir yang ia pegang, sebelum kedua matanya menangkap pemandangan yang anehnya membuat Chanyeol tidak bisa mengalihkan pandang. Detik berikutnya, kaki Chanyeol telah melangkah dengan sendirinya menuju table yang terletak di pojok, di tempat yang sedikit lebih gelap dari table yang lain, di tempat yang jauh dari hingar bingar, jenis table yang akan dihindari oleh pengunjung club Park Chanyeol.

Wanita itu duduk sendirian, ditemani segelas lemon tea yang ada di hadapannya. Pemandangan yang terlihat normal bagi sebagian orang, namun tidak di mata Park Chanyeol. Paras lembutnya, rambut panjangnya, serta sorot matanya yang sayu dan kosong, membuat Park Chanyeol tanpa sadar ingin menatap wanita itu lebih dekat lagi.

Wanita itu terlihat 'tersesat'.

"Permisi." Chanyeol berdiri di depan wanita itu, dengan meja sebagai pembatas di antara mereka.

Wanita itu mendongak tanpa minat, menatap Chanyeol dengan tatapannya yang amat sayu.

"Sendirian?" Chanyeol tersenyum tipis, berusaha terlihat ramah.

GaareyWhere stories live. Discover now