Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Tiga - Vira Saladin

99.8K 7.8K 331
                                    

"Anjing ya lo! Kayaknya malah lebih bagusan anjing dari pada lo!" makiku pada Farel yang berdiri di hadapanku dengan bertelanjang dada.

Pada bagian dada bidang Farel terdapat beberapa bekas kecupan, berwarna merah dan ada yang berwarna ungu juga. Sepertinya ini bukan pertama kalinya bajingan ini ngewe dengan perempuan sialan itu.

"Vir. Aku ..." Aku memotong perkataan Farel dengan menendang betis Farel, membuat dia berteriak kesakitan dan jatuh berlutut di hadapanku.

Sekarang aku gantian menatap sinis perempuan yang berdiri ketakutan. "Afrah ... Lo murah banget tahu nggak?" ucapku dengan tajam. Kemudian aku melayangkan satu tamparan pada pipi Afra, membuatnya mendesis kesakitan di antara tangisnya.

Terakhir, aku menendang Farel yang masih tidak sanggup berdiri akibat tendanganku. "Lo beruntung gue nggak ngehajar lo di sini!" pekikku marah, aku ingin menangis sebenarnya. Tapi aku tahan, aku tidak ingin mereka melihat seorang Vira yang rapuh.

"Satu lagi, tolong lo kembalikan HP gue yang ada di mobil lo. Besok pagi sudah harus ada di meja gue," peringatku. "HP gue nggak ada, jabatan lo juga bakalan nggak ada," ancamku pada Farel.

Aku langsung keluar dari apartemen Farel dengan berjalan sedikit cepat, sebenarnya aku ingin berlari. Tapi, entah kenapa rasanya aku tidak ingin membuat mereka berdua berpikir kalau aku adalah perempuan lemah. Sebaliknya, aku akan membuat Farel menyesal karena sudah mengkhianatiku.

Jangan bingung dari mana datangnya kekuatanku, aku pernah berlatih taekwondo saat remaja dulu bersama dengan Varol. Bekal dari Ayah, kata beliau agar aku bisa menghajar orang-orang yang menggangguku. Dan Farel, dia mengganggu kehidupanku, dia pantas untuk aku hajar seperti tadi. Jika bisa, sudah aku lempar dia ke hadapan Ayah untuk didepak dari perusahaan sekalian.

Aku masuk ke dalam mobil dengan perasaan kalut, akhirnya air mataku tumpah juga. Aku menangis tersedu-sedu, bertumpu tangan di atas stir mobil. Kepalaku tertelungkup di atas tangan, menangis sejadi-jadinya.

"Bajingan! Bangsat! Anjing!" makiku disela-sela tangisanku.

Rasanya aku kesal sekali, karena Farel impianku menikah dengan pacar ke-100-ku telah gagal. Seandainya bukan Farel pacar ke-100-ku, pasti semua tidak akan seperti ini. "Bodoh kamu Vira!" makiku pada diri sendiri.

Yah, aku begitu bodoh untuk menyadari semuanya. Entah kenapa aku baru sadar sekarang, semua perlakuan semena-mena Farel selama kami pacaran itu karena ini. Dan Afra, perempuan polos itu ternyata lebih menjijikkan dari pada Inggrit. Tidak pernah terbayang olehku sosok Afra yang lebih seperti adik kecil butuh perlindungan justru mirip nyai lampir seperti tadi.

Afra tahu semua tentang hubunganku dengan Farel. Dia bahkan yang memberikan nomorku kepada Farel. Bisa-bisanya kedua anjing itu mempermainkanku seperti ini. Lihat saja, siapa besok yang akan mati ketakutan setiap hari di kantor!

Aku berusaha mengendalikan diriku, mulai menyalakan mesin mobil. Aku berkendara dengan tenang, meskipun sedikit-sedikit sudut mataku berair. Rasanya aku ingin mengadukan kelakuan Farel kepada Varol, supaya adik kembarku itu menghancurkan wajah Farel yang sebenarnya tidak ganteng-ganteng banget!

∞∞∞

Patah hati tapi dunia kalian hancur? Sorry, itu tidak ada dalam kamus seorang Vira. Tampil asal-asalan saat putus cinta? Maaf, baju dan barang-barang milikku branded semua, sayang untuk dilewatkan. Merasa tidak bisa hidup lagi karena dikhianati pacar? Ups, aku akan berdiri tegak berjalan dengan sombong serta tersenyum sinis kepada para anjing yang mengkhianatiku itu.

Aku Vira Saladin, perempuan mandiri yang pantang sekali merasa kalah dan tunduk pada mereka yang sudah memperlakukanku secara buruk. Aku bukan tokoh novel yang suka menye-menye dan justru ingin bunuh diri saat mendapati pacar kalian bercumbu dengan perempuan lagi.

Aku justru bersyukur karena diperlihatkan itu semua saat status kami masih pacaran. Kenapa? Karena aku akan membunuh si bajingan itu jika dia berani selingkuh saat kami sudah menikah. Artinya apa? Aku bisa masuk penjara karena kriminalitas membunuh suami sendiri.

"Pagi Bu Inggrit," sapaku pada Inggrit yang sedang berdiri di depan lift.

Dia melirikku dan tersenyum tipis, khas Inggrit sekali. Kalau kalian menganggap aku perempuan paling strong di kantor ini, kalian salah. Inggrit lebih cocok untuk gelar itu, dia bahkan bisa dengan santainya menerima cibiran dan omongan buruk tentang segala sifatnya. Inggrit inilah contoh nyata perempuan independen.

"Soal kerja sama dengan Mahesa Group sudah sampai mana prosesnya Vir?" tanya Inggrit saat kami sama-sama masuk ke dalam lift.

Aku membenarkan letak kacamata cokelat yang bertengger di atas kepalaku melalui pantulan di pintu lift. "Kemarin saya sudah bertemu dengan Pak Putra, beliau meminta saya untuk membantunya deal dengan Laksamana Bu," jelasku sedikit was-was kena semprot.

Inggrit melirikku, tangannya masuk ke dalam hand bag-nya yang lumayan besar dan sepertinya berat. "Kamu bantu saja mereka. Laporkan terus perkembangannya," ujar Inggrit membuatku dapat sedikit bernapas lega.

"Baik Bu," jawabku.

"Buat kamu." Inggrit tiba-tiba mengangsurkan sebuah kotak persegi panjang ke arahku, dari merek di kotak tersebut sepertinya brand mahal. Ragu-ragu aku menerima kotak tersebut. "Saya lihat kamu suka pakai kaca mata," lanjut Inggrit membuatku sadar apa isi kotak tersebut. "Kalau butuh bantuan kamu jangan takut meminta bantuan saya," jelas Inggrit sebelum dia keluar duluan dari lift.

Buru-buru aku mengikuti Inggrit keluar dari lift. "Terima kasih Bu," gumamku dengan senyum.

Inggrit mengangguk sekilas dan berjalan duluan dariku masuk ke dalam divisi marketing. Sebenarnya jika dipikir-pikir, Inggrit ini bisa baik dan ramah juga di saat tertentu. Ini bukan pertama kalinya aku menerima hadiah dari Inggrit, beberapa waktu lalu saat dia pulang dari Paris, anak-anak sedivisi marketing mendapat oleh-oleh. Terkadang Inggrit juga membelikan kami cemilan sore untuk memberikan semangat saat peak season.

Afra berdiri dari duduknya dengan canggung saat aku masuk ke ruang divisi marketing. Inggrit sendiri sudah menghilang menuju ruangannya. Senyum sinis dan jijik aku terbitkan untuk Afra. Berjalan dengan pongah menuju mejaku yang berseberangan dengan meja Afra.

Aku melihat ponselku terdapat di atas meja, ada sebuah sticky note tertempel di layarnya. Tulisan tangan Afra yang rapi, dia memintaku bertemu saat jam makan siang. Aku mendecih kesal, mencabut sticky note tersebut dan menggumpalnya sangat kecil, kemudian melemparnya masuk ke dalam keranjang sampah yang kebetulan ada di sebelah mejaku.

Aku menatap Afra yang juga menatapku dengan tatapan yang justru membuatku merasa muak. Entah kenapa Afra bersikap seolah-olah dia yang telah menjadi korbannya. Padahal jelas-jelas aku lah korbannya di sini!

Dari pada memikirkan perselingkuhan murahan Farel semalam, lebih baik aku mencari cara untuk meluluhkan hati Om Putra. Atau bagaimana caranya aku membujuk Laksa untuk dapat bekerja sama dengan Mahesa Group? Aku tidak mau menjatuhkan harga diriku di depan manusia bajingan lainnya yang bernama Laksamana Hadi Aji!

 Atau bagaimana caranya aku membujuk Laksa untuk dapat bekerja sama dengan Mahesa Group? Aku tidak mau menjatuhkan harga diriku di depan manusia bajingan lainnya yang bernama Laksamana Hadi Aji!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
End Up With Him (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang