Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Dua - Laksamana Hadi Aji

114K 7.7K 223
                                    

"Lo beneran nggak mau ambil tawaran ini?" Mas Adam mengangsurkan sebuah tawaran kerja sama dari perusahaan brand ternama di Indonesia.

Aku menggeleng pelan, mataku masih tetap sibuk memandangi layar smartphone milikku. Aku sedang melihat video latihan action-ku minggu lalu dengan beberapa stuntman. Memperhatikan kira-kira dimana gerakan dan kelemahanku.

Sebenarnya menjadi aktor bukan dari hal yang mudah, sejak kecil aku sudah menggeluti banyak olahraga beladiri. Saat ini aku sudah mempelajari setidaknya lima macam olahraga beladiri seperti karate, taekwondo, muay thai, kick boxing, dan judo.

Sejak sebulan yang lalu aku mulai mempelajari Aikido. Kebetulan film yang telah aku terima berkaitan tentang beladiri Aikido dan syuting sendiri akan dimulai pada bulan depan. Saat ini aku sedang dalam masa libur dan mempelajari gerakan-gerakan baru.

"Gue kira lo udah mulai mau buat jadi model atau bintang iklan," komentar Mas Adam yang kini duduk di hadapanku.

Dia mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dari dalam. "Yang kemarin pengecualian," komentarku santai. Aku menggeleng pelan ketika asap rokok Mas Adam mulai berhembus ke arahku.

"Vira itu siapanya lo?" tanya Mas Adam dengan pandangan penuh selidik. Aku melirik Mas Adam sekilas, kemudian pura-pura kembali memperhatikan video yang masih berputar. "Selama ini lo hanya mau jadi model iklan hanya karena permintaan si Vira ini. Gue tahu ya dia bukan hanya sekedar teman buat lo," lanjut Mas Adam penuh tudingan.

Aku tersenyum tipis. "Anggap saja begitu," sahutku santai.

Mas Adam menghela napasnya sedikit kasar, aku tahu dia sangat sebal dan tidak suka dengan aku yang terkadang masih suka main rahasia-rahasiaan soal urusan pribadi. Lagi pula, Mas Adam memang manager-ku, tapi dia tidak berhak ikut campur urusan pribadiku. Walaupun banyak orang bilang, menjadi public figure itu harus siap kehidupan pribadi menjadi konsumsi banyak orang, kenyataannya sampai saat ini aku masih berhasil menghindari banyak gosip miring dan aneh-aneh. Kehidupan pribadiku juga tergolong aman dan tentram saja.

"Jadwal syuting yang di Jepang sudah keluar Mas?" tanyaku.

Aku sudah malas menonton video, fokusku sudah terbagi sejak Mas Adam menyinggung Vira tadi. Seolah-olah namanya saja sudah mampu mengalihkan duniaku. Apalagi jika dia datang memohon padaku? Sudah pasti aku akan menyerahkan apa yang diinginkannya saat itu juga.

"Udah nih. Masih sekitar satu bulan setengah lagi," jelas Mas Adam. Aku mengangguk paham dan bangun dari dudukku. "Mau kemana lo?" tanya Mas Adam saat melihat aku berdiri.

"Cari angin Mas. Bye!" Aku langsung berbalik menuju pintu apartemen dan melambaikan tangan santai. Bahkan aku tidak mengindahkan ocehan Mas Adam yang memintaku untuk hati-hati. Sudah pasti dia tidak ingin ketiban repot mengurusi aku yang tiba-tiba dikerubuti banyak penggemar.

Aku mengeluarkan masker hitam dari saku jaket kulit yang aku pakai. Saat sampai di parkiran apartemen, aku berjalan menuju motor ninja biru dongker milikku. Memakai helm full face milikku dan bersiap mengendarai si kuda besi yang memang jarang aku bawa ini.

∞∞∞

Jika kalian berharap aku pergi mengunjungi sebuah kafe atau restoran untuk sekedar berkumpul dengan teman-temanku kalian salah. Aku tidak memiliki banyak teman semenjak menjadi terkenal, semua yang terlihat di layar kaca hanya hubungan bisnis semata.

Kini aku berhenti di sebuah parkiran terbuka komplek ruko, di seberang sana terdapat sebuah gedung apartemen yang selalu menjadi pemandangan yang menurutku sangat indah. Perasaanku akan jauh lebih baik jika bisa duduk di atas motor dan memperhatikan gedung itu dalam diam.

Aku membuka helm full face dan meletakkannya di atas tangki motor, tanganku bertumpu di atasnya. Hari sudah malam, lampu penerangan di area parkir ini tidak begitu baik, jadi aku tidak perlu takut dikenali orang yang berlalu lalang. Lagi pula, aku masih setia memakai masker hitamku.

Setidaknya seminggu sekali aku akan ke sini, hanya sekedar melihat gedung apartemen ini selama beberapa menit. Mencoba peruntungan, siapa tahu aku dapat melihat sosok salah satu penghuni apartemen itu. Terkadang aku akan sangat beruntung bisa melihat Vira melangkah masuk ke dalam lobi. Atau aku hanya akan merasa puas dengan memandangi gedung apartemennya saja.

Vira Saladin, satu nama dan satu orang yang tidak pernah aku lupakan. Selalu punya tempat tersendiri di dalam hatiku. Mampu membuat hidupku jungkir balik dan berubah dalam sekejap. Seperti kata Mas Adam, dia bukan hanya sekedar teman untukku.

Hanya Vira yang mampu merubah pemikiranku atas keputusan yang sudah aku ambil. Hanya dia yang bisa membuatku melanggar prinsip kerjaku. Mungkin suatu saat, hanya Vira yang dapat membuatku melanggar janjiku.

Aku tersenyum tipis saat melihat sebuah mobil yang sangat aku hapal platnya masuk ke dalam kawasan apartemen. Tidak dapat melihat orangnya, melihat mobilnya saja sudah lebih dari cukup. Setidaknya aku tahu kabar dirinya, bahwa dia masih sehat, bernapas dan hidup dengan baik.

Lekas aku memakai kembali helm dan menghidupkan mesin motor. Melajukan si biru dongker kembali ke apartemenku. Malam ini aku sudah cukup beruntung karena dapat melihat Vira kembali ke apartemennya dengan selamat.

∞∞∞

"Hai Laksa." Hellena berjalan dengan anggun sembari melambai genit. Aku memasang wajah datar, meski sebenarnya aku sangat jengah dengan perempuan satu ini.

Seperti namanya Hell-ena, dia bentuk nyata dari sebuah neraka. Aku tidak pernah suka dengan Hellena yang kerap kali menggodaku secara terang-terangan. Beberapa kali terlibat proyek film dengannya membuatku harus melatih kekuatan mental. Jalan terbaik memang menganggap Hellena tidak pernah ada dan bersikap profesional saat take.

"Kamu jangan cuekin aku terus dong babe," ujarnya yang duduk di tangan kursi plastik yang aku duduki.

Di dalam hati aku berdoa tangan kursi ini bisa patah, setidaknya bisa menyadarkan Hellena bahwa dia sudah cukup berat untuk berkelakuan seperti ini. Belum lagi pahanya yang murahan itu terpampang jelas di depan wajahku.

Aku melirik beberapa anggota kru dan artis-artis yang sedang berlatih adegan, mereka mencuri-curi pandang dan mulai berbisik pelan. Gosip akan sangat cepat menyebar, mau tidak mau membuatku berdiri dengan spontan. Untunglah Hellena sadar dan langsung berdiri dengan benar. Jika tidak, dia pasti sudah terjungkal ke belakang bersama kursi plastik.

Aku melangkah menuju ke arah meja snack yang sudah tersedia. Membiarkan Hellena mencak-mencak di belakangku karena tidak aku hiraukan keberadaannya. Dia bahkan menghentak-hentakkan kakinya, menimbulkan suara berisik dari sepatu boots ber-hak yang dikenakannya.

"Malam minggu ini kamu nggak mau ikut anak-anak clubbing?" Hellena bertanya sembari mengikuti mengambil beberapa buah.

Aku masih diam saja, tidak berniat menjawab pertanyaannya. Biarkan saja dia capek sendiri dan berhenti sendiri mengejarku. Cara terbaikku untuk mengusir perempuan kepala batu seperti Hellena ya seperti ini. Mau ditolak berkali-kali kalau karakternya sudah seperti Hellena akan sangat susah untuk dihadapi.

 Mau ditolak berkali-kali kalau karakternya sudah seperti Hellena akan sangat susah untuk dihadapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
End Up With Him (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang