5. Secret

1.5K 95 0
                                    

Ara pulang ke rumahnya, membuka pintu rumah, dan langsung melepas kaos kakinya. Ia mendengar suara Ayah yang sedang telponan dengan seseorang.

Ia sudah bosan menebak orang yang Ayah telpon. Orangnya selalu sama, 'Pengganti Bunda'. Ara sudah lelah mendengar segala gombalan dan perhatian yang Ayah lontarkan pada wanita tersebut.

Sebenarnya Ayah adalah orang yang baik dan pengertian pada Ara, namun ia hanya tak suka jika Ayahnya terus - menerus bertelponan dengan wanita selain Bunda. Walau Bunda sudah tidak ada, setidaknya jangan ada orang lain yang menggantikan Bunda, kurang lebih begitu moto Ara.

"Ohh.. sudah pulang? Itu udah ada makanan di meja." Kata ayah sambil menunjuk meja makan.

"Hm." Jawab Ara singkat sambil berjalan menuju kamar.

Bruk.. Ara menjatuhkan dirinya ke atas ranjang empuk dengan balutan kain minim motif berwarna coklat mocca. Ia menatap layar handphone-nya.

"Bego, ngapain gue buka? Kan gak ada notif." Gumam Ara yang langsung menyingkirkan benda itu dari pandangannya.

Ara berjalan menuju dapur, mengambil sebuah piring kaca bening, lalu mengambil makanan yang ada di atas meja makan. Ia duduk sambil menikmati makanan tersebut. Tak ada yang bisa ia lakukan maksudnya, tak ada hal menarik yang bisa dilakukan.

"Ra, nanti malam Ayah mau ketemu tante Farzah, kamu ikut?" Tanya Ayah pada Ara.

"Gak usah." Jawab Ara singkat. Sangat malas memikirkan bahwa dirinya harus pergi bertemu dengan wanita itu.

"Kenapa?" Tanya Ayah lagi.

"Malas." Jawab Ara sembari pergi meletakkan piring di dapur. Ia masuk lagi ke kamarnya.

Ting.. handphone-ya berdering. Kedengarannya ada notifikasi yang masuk. Ia membuka notifikasi tersebut.

Vika:  Eh, reunian yuk!
Adlin: Iya, udah lama gak ketemu nih.
Dani: Malam minggu mau gak? Di cafe làrido.
Vika: Ihh.. mauuu..
Ara: Ayo! Adlin traktir!
Adlin: enak aja
Ara: enaklah kalo lo yang traktir.
Dani: ok fix, hari sabtu minggu depan jam 8 malam di cafe làrido. Bayar sendiri - sendiri ya~
Geo: bawa cewek boleh gak?
Adlin: serah lo

Ara tersenyum membaca isi percakapan tersebut. Rasanya seperti kembali pada diri sendiri. Ia memasang memo bertuliskan 'sabtu 14 Agustus 20xx. Let's back to my life' di meja belajarnya.

"Huftt.. masih minggu depan." Gumam Ara sambil menatap kalender.

"Au ah! Mau tidur." Ara membaringkan badannya. Matanya mulai pasrah, menutup dengan perlahan.

18:53

Ara terbangun dari  tidur lelapnya, kepalanya terasa pusing karena tidur terlalu lama. Ia beranjak dari ranjangnya lalu pergi mencuci wajahnya.

Tampaknya lampu di rumahnya belum dinyalakan. Gelap gulita, Ayah juga tidak ada di rumah. Ia menekan saklar lampu satu persatu.

Sendiri. Itu yang dirasakan Ara, hanya ada suara jangkrik - jangkrik malam yang menemaninya. Ia duduk di sebuah kursi, diam sejenak.

...

Ara mengambil jaketnya dari gantungan baju, lalu meraih kunci rumah. Ia berjalan menuju taman komplek yang sepi. Nampak Adnan sedang duduk di sebuah kursi. Ara mendekat.

StepbrotherWhere stories live. Discover now