Permulaan

6 0 0
                                    

Sebelum aku kalah. Aku pernah menang, sungguh. Kau harus percaya itu. Sejatinya kita lahir pun sudah jadi pemenang, kan? Kau dan aku, kita adalah pemenang kehidupan. Lahir ke dunia ini adalah karunia Tuhan yang harus sangat kita syukuri.

Tapi kali ini bukan itu yang ingin aku ceritakan.

Ini tentang kemenanganku merebut hatinya. Percayalah, dia dahulu sungguh sangat mencintaiku. Dan aku juga mencintainya. Sialnya aku masih mencintainya sampai kini, kurasa.

Kau pasti iri jika tahu bagaimana cara dia memperlakukanku dengan manis. Kurasa jarak bukan penghalang apa-apa. Aku bisa menantang dunia saat bersamanya, kala itu.

Ah kau pasti tidak akan percaya, sewindu kuhabiskan hanya dengan satu laki-laki ini. Ya, hanya satu. Dia seorang. Aku tak pernah mendua. Jangankan mendua, untuk sekedar berkirim pesan dengan yang lainnya pun aku tak mau. Saat itu duniaku adalah dia, dan dunianya adalah aku. Aku tak butuh yang lainnya. Aku hanya butuh, dia.


Saat terbaik dalam hidupku, dan juga saat yang paling tidak ingin aku ulang adalah kali pertama aku mengenalnya. Aku mengingatnya kembali, dalam satu waktu aku merasa sangat bersyukur dan juga menyesal.

Saat mengenalnya kala itu, aku merasa Tuhan mengabulkan doaku. Dipertemukan dengan orang yang tidak pernah kuduga, akan menemaniku selama beberapa tahun ke depan. Dipertemukan dengan orang yang membuat aku bisa merasakan jatuh cinta dengan sangat. Dipertemukan dengan orang yang mengajari aku kesetiaan.

Dipertemukan dengan orang yang menjadi alasanku tersenyum dan kuat. Dipertemukan dengan orang yang bisa menghadapiku dengan sabar. Dipertemukan dengan orang yang membuatku menjadi lebih tulus. Dipertemukan dengan orang yang membuatku menjadi lebih baik dalam berbagai hal. Dipertemukan dengan orang yang menjadi cinta pertamaku. Ya, dia cinta pertamaku.



Masih segar dalam ingatanku, kala itu pertengahan Juni 2011 adalah kaliku pertama mengenalnya. Belum, kami belum bertemu. Masih sebatas dunia maya. Ah iya, aku lupa bilang padamu. Aku berkenalan dengannya lewat dunia maya. Tapi cintaku padanya nyata.

Kemudian Agustus 2011 adalah kaliku pertama mendengar suara indahnya. Suaranya sungguh indah. Saat itu dia masih 18 tahun, belum genap. Baru akan berulang tahun. Oh iya, Agustus ini adalah bulan kelahirannya. Hahaha aku masih mengingat semua tentangnya. Aku juga berharap bisa segera lupa, tapi sialnya ingatan yang di ciptakan Tuhan untukku terlalu tajam. Dan ini cukup untuk membuatku terbunuh perlahan, sekarang.

September 2011 tanggal 2, itu adalah kali pertama kami bertemu. Akhirnya aku bertemu dia, cinta pertamaku. Kuulangi, cinta pertamaku. Dia datang untuk bertemu denganku, dia datang dari pulau seberang. Dengan motor matic keluaran tahun 2007, kemeja lengan panjang kotak hitam putih yang digulung dengan kancing terbuka ditambah shirt putih, celana jeans, sepatu kets, dan kepala sedikit plontos. Dia sangat manis. Dia adalah cinta pertamaku, yang berumur 18 tahun.



Kau tahu? Saat pertama bertemu dengannya, aku langsung jatuh hati. Aku jatuh hati dengan senyumnya. Tapi aku belum mau mengakuinya. Aku masih menyimpan rapat perasaanku. Diatas motor itu melaju, dijalan yang kini menjadi kenangan. Dan sialnya adalah pelewatanku setiap hari, sekarang. 

Masih diatas motor, untuk pertama kalinya ada yang menggetok helmku. Dengan cukup kuat sampai kupingku berdenging. Dia sungguh tidak cukup membuat hatiku bergetar, tapi juga kupingku. Lelaki ini mulai menyita perhatianku, separuhnya.

Sampai ditempat tujuan yang ternyata adalah mall. Dia tidak memberitahuku akan kemana sebelumnya. Entah mengapa saat itu aku percaya saja dengannya. Aku sudah nyaman, tanpa kusadari aku nyaman dengannya.

Bisakah ini kusebut kencan? Kala itu aku yang masih belum genap 17 tahun, berjalan berdua dengannya dikeramaian mall tanpa bergandeng tangan, tapi saling menatap satu sama lain. Ada hal aneh mulai merayap di dalam dadaku. Terasa menggelitik, seperti ada ribuan kupu-kupu yang ingin mendobrak keluar. Kala aku melihat senyumnya, lagi.

Teruslah tersenyum, dan sepertinya kupu-kupu itu benar-benar akan keluar untuk terbang. Dan ya, dia tersenyum lagi di cafe itu. Untuk pertama kalinya aku melihat senyumnya dengan jelas, dengan jarak dekat. Sepertinya aku benar-benar mulai jatuh cinta.

KalahWhere stories live. Discover now