PART 8 : damn!!!!

6.4K 222 2
                                    

                Setelah meletakkan koper dan tasnya sakura membuka jendela kamarnya. Dia melangkah menuju balkonnya, menyandarkan tubuhnya. menatap langit malam yang bertabur bintang, rembulan malam itu nampak begitu indah, bersinar terang seperti tengah mengejek dirinya yang tengah murung dan bersedih. Nampak jelas kota tokyo dari balkonnya, menara tokyo yang menjulang begitu tinggi diantara gedung-gedung dan perumahan dengan lampu-lampu berkelip dan pepohonan bunga sakura yang begitu indah. Sungguh potret yang sangat indah dan menenangkan.

­---stefan­----

                Aku melangkahkan kakiku ke balkon setelah melepaskan sweeterku dan hanya memakai kemeja putih sambil membawa secangkir kopi, ntahlah saat ini aku sangat berharap kalau sakura yang kebetulan kamarnya tepat berada disampingku ada disana, dibalkon agar aku bisa berbicara dengannya setelah semua kejadian mengerikan ini. perlahan aku membuka jendela kamarku, mataku hampir copot saat melihat siapa yang berdiri dibalkon sebelah balkon kamarku, ya seorang gadis berambut panjang dengan tubuh putih mulus, tangan kanannya memegangi rambutnya yang bergerak-gerak karena angin menerpanya, dan tangan kirinya begitu indah menopang tubuhnya dibalkon, dia hanya memakai atasan kemeja berwarna putih, warna yang sama dengan kemejaku. Harus ku akui, gadis yang ada disampingku sekarang ini cantik, teramat sangat cantik bahkan aku bisa terpesona untuk yang kedua kalinya setelah pertemuan pertama kami, tapi itu tak berarti apapun karena aku sudah memiliki bella. Kulirik wajahnya sambil aku menyesap kopi yang sedari tadi sudah ada ditanganku tapi nampaknya dia tak menyadari keberadaanku. Mungkin dia tengah larut dalam pemikirannya saat ini.

"sakura, apa kita bisa bicara?" ucapku sambil menahan nafas, mencoba sekuat tenaga mengeluarkan kalimat itu, aku tahu dia mendengar ucapanku karena ekspresinya berubah tegang, tapi beberapa saat dia langsung masuk kedalam kamarnya tanpa berkata sepatah katapun, bahkan tanpa melihatku. Dan itu sungguh hal yang menyakitkan, ntahlah melihat perlakuan dinginnya hatiku begitu terasa sakit. Mungkin aku belum terbiasa, atau mungkin aku kehilangan keceriaannya dulu yang selalu ditunjukkan padaku. atau, ada hal lain yang membuat hatiku sampai sesakit itu.

Aku melangkahkan kakiku kursi panjang ditepi balkonku, kurebahkan tubuhku disana sambil berbantalkan lengan, aku menyesap kopiku dengan frustasi. Harus bagaimana aku menghadapinya jika dia sedingin itu padaku, harus bagaimana aku meminta maaf padanya jika dia tak menghiraukanku, bahkan seakan tak menganggapku ada. Adakah hal lain yang lebih buruk dari ini ? ya, kurasa tidak ada, aku benar-benar orang buruk. Dan hal ini membuat kebanggaanku terhadap diriku sendiri hancur lebur, nyaliku mulai menciut. Ntahlah, aku merasakan semuanya bercampur aduk dalam otakku. Terlebih, besok saat papi dan mommy menikah. Apakah akan terus seperti ini, kaku dan terasa tak saling mengenal. Lalu apa yang harus ku jelaskan pada papi dan mommy, aku tak mau jujur dengan mereka melihat betapa sayangnya mereka dengan adik perempuanku itu. Aku takut pernikahan yang telah mereka nanti puluhan tahun akan gagal karena tahu kalau sakura, adik tiriku mencintaiku. Dan terluka dengan kenyataan menyakitkan ini. ah, ntahlah persetan dengan semuanya, mungkin setelah tidur aku akan bangun pagi-pagi besok dan mencoba berbicara dengan sakura lagi, terlebih akan minta maaf atas perlakuan bejatku selama ini padanya.

                Aku sudah bangun pagi-pagi kurasa, lebih pagi dari bangunku biasanya. Tapi mungkin gara-gara hari ini adalah hari besar, jadi semua orang sudah ada disini. Padahal aku masih belum bersiap-siap, masih memakai kemeja putih yang kupakai semalam. Aku melangkah menuju kamar sakura, berharap dia sudah bangun pagi ini. tapi belum sempat aku masuk, pintu kamar itu sedikit terbuka dengan sedikit cahaya lampu yang menembus keluar. Aku mengintip kenapa kamarnya terbuka, apakah sakura sudah bangun atau mungkin sawako tengah bersamanya. Tapi kejutan yang lebih mengerikan dari itu, seorang lelaki tengah duduk disamping sakura yang masih terlelap tidur. Lelaki yang selalu membuatku ingin muntah ketika melihat ataupun mendengar namanya. Ya, kei ada disana, dan sedang membungkuk. Seketika perutku terasa ditinju berulang kali ketika melihat apa yang tengah dilakukannya kepada adik tiriku itu. Shit!! Dia mencium bibir sakura diam-diam, aku tertawa kecut apa ini yang disebut seorang gay, bagaimana bisa seorang gay mencium seorang perempuan. Semua dugaanku benar bukan, dan itu membuat darahku terasa mendidih sampai ke ubun-ubun.

PLEASE SAY "AISHITERU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang