04. Model Maskapai Penerbangan

158K 7.4K 65
                                    

Ander menatap Mamanya yang saat ini berjalan bolak balik di depannya. Ander pusing melihat Mamanya seperti lebah. Berputar-putar di depannya.

“Kamu ya! Umur kamu itu udah berapa Ander?! Semua calon yang Mama kenalin nggak ada satu pun yang kamu mau. Terus apa-apaan kamu? Menepis kasar pegangan tangan Selvia? Selvia ketemu sama Mamanya terus nangis karna kamu perlakukan begitu apalagi dilihat orang. Mama nggak pernah ngajarin kamu kasar begitu, Ander,” bentak Megan pada anak bungsunya itu.

Mata wanita paruh baya itu penuh dengan kilat emosi, dadanya pun bergerak naik turun dengan cepat karena amarahnya.

“Manja,” gumam Ander yang masih bisa didengar Mamanya.

Megan menatap Ander dengan mata melotot. “Apa kamu bilang? Astaga Ander.. Sampe kapan kamu mau kayak gini? Kamu nggak liat Mama sama Papa umurnya semakin bertambah. Kami ingin lihat kamu berumah tangga bukan malah jadi bujang lapuk.”

Mulai, deh mulai, batin Ander.

Megan selalu menjadikan umurnya dan suaminya untuk membuat Ander luluh dan menurut. Ander sebenarnya anak yang penurut. Tetapi jika itu menyangkut kencan buta yang selalu dibuat oleh Mamanya maka Ander akan mempermalukan semua wanita yang menjadi kencan butanya atau siapa pun yang berusaha mendekatinya.

Megan mendesah pelan. Ia berhenti berputar-putar di depan Ander lalu duduk di samping anak laki-lakinya itu. Menatap Ander dengan sendu berharap anaknya mau luluh.

“Kalo kamu sayang sama Mama, sayang sama Papa. Mama minta tolong sama kamu, segera cari calon istri. Setidaknya pacar, Nak.”

Ander tidak menjawab permintaan Mamanya itu.

Megan memegang kedua tangan Ander yang berada di atas lutut lelaki itu. “Mama dan Papa nggak bisa selamanya mendampingi kamu, Ander,” kata Megan dengan pelan, matanya menatap Ander sememelas mungkin.

Mamanya mengelus pipi Ander dengan lembuh dan penuh kasih. Megan hanya ingin anaknya bahagia dan terlepas dari belenggu masa lalu. Ia ingin Ander menjadi anak manisnya lagi.

Ander menatap kedua mata Mamanya yang warna irisnya sama dengannya itu lekat. Ia juga tidak ingin bersikap egois dan mementingkan dirinya sendiri tetapi jika menyangkut pacar, calon isteri, Ander selalu bersikap seenaknya sendiri.

Ia merasa tidak membutuhkan kehadiran seorang perempuan dalam hidupnya, kecuali Mamanya. Selama ini tanpa kehadiran spesial seorang perempuan ia bisa menjalani hidupnya dengan baik bahkan ia bahagia.

Ander menghela nafasnya. Ia memegang tangan Megan yang berada di pipinya. Sepertinya dengan sangat terpaksa ia akan menyetujui tawaran Mamanya.

Bawa saja seorang gadis untuk dikenalkan kepada Megan. Setelah Mamanya sudah mengenal dan melihatnya maka hidup Ander akan bebas dan tidak diganggu dengan teror Mamanya agar ia segera menikah.

Meski hanya semu setidaknya ia sedikit terbebas dari ocehan pasangan hidup dari Mamanya.

==

Malam harinya Ander berada di sebuah kelab. Terlihat lelaki itu tengah menegak minuman kerasnya dengan tidak sabar. Kepalanya terasa pening karena terus teringat permintaan Megan.

Ia sedang berkumpul bersama dengan beberapa kru maskapai penerbangan. Suatu kebetulan karena disaat ia sedang penat dengan pikirannya mereka mengajak Ander untuk ke kelab. Kesempatan itu tidak dibuang Ander, ia menyetujuinya dan di sinilah ia berada.

Mereka memilih meja VIP agar jauh dari bising suara musik, meski masih terdengar tetapi tidak sampai memekakan telinga.

Henry yang notabene sahabat terbaik Ander pun mendekati lelaki itu yang terlihat tidak seperti biasanya.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookWhere stories live. Discover now