Chapter 6 - Seseorang Dari Masa Lalu

122K 2.8K 30
                                    

Aroma kopi yang kental memenuhi ruangan tempatku berada sekarang. Di hari minggu siang ini cukup banyak pengunjung yang menghabiskan waktu mereka di bakery tempatku bekerja.

Sejak tadi pagi sampai siang ini, aku bahkan belum sempat duduk untuk sejenak. Pembeli datang silih berganti. Ditambah lagi salah satu rekan kerja kami ada yang tidak masuk.

Alhasil hanya aku dan dua pegawai yang tersisa. Bahkan supervisor bakery yang juga merangkap coffee shop ini ikut turun tangan dalam melayani pelangan.

Pekerjaan ini memang terlihat sederhana, hanya mengambil kue yang dipilih oleh pelanggan kemudian menyerahkannya pada temanku yang bertugas di kasir. Yang cukup merepotkan adalah saat seorang pelanggan memasan minuman dengan berbagai ketentuan.

Misalnya pengunjung yang baru saja memesan cappucino dengan gula rendah kalori, 50% black coffee, whipped cream, dan tidak lupa campuran non fat susu dan mocca.

Aku meletakkan gelas itu di meja kaca sambil menyebutkan nama pelanggan yang memesan. Saat kulihat seseorang datang, aku segera berbalik dan bersiap mengerjakan pesanan pelanggan lain.

"Ayu?" sontak panggilan itu membuatku berbalik.

Perlu beberapa detik sampai aku mengenai pria kini senyumnya terlihat semakin mengembang ke arahku.

"Ditto?"

Ia mengangguk semangat kemudian memandangku tidak percaya.

"Kamu kerja di sini sekarang?"

Giliaran aku yang mengangguk sekarang.

"Can't believe I finally find you after...." Ia tampak berpikir sebelum melanjutkan,"two years?"

Aku tersenyum melihat semangatnya.

Baru saja aku berniat menjawab pertanyaannya, dehaman dari supervisor di belakangku mengingatkan kalau tidak sepantasnya aku mengobrol panjang lebar pada jam sibuk seperti sekarang ini.

Aku meringis ke arah Ditto yang kemudian disambut dengan anggukan singkat seakan ia mengerti. Tidak lama kemudian ia tidak terlihat lagi di antara kerumunan pelanggan yang ada di toko ini.

**

Jam menunjukkan sepuluh lewat lima belas malam dan akhirnya pekerjaanku berakhir juga. Dapat kurasakan rasa pegal menjalar di sekujur tubuhku terutama di bagian kaki dan pundak. Setidaknya hari ini berhasil kulewati tanpa masalah yang berarti.

"Akhirnya selesai juga...."

Suara itu membuatku berbalik dan kembali kulihat Ditto dengan kemeja hitam yang sama dengan yang ia kenakan tadi siang sedang berjalan ke arahku. Apakah ini artinya sedari tadi ia duduk di depan bakery ini?

"Kamu masih di sini?"

"Nungguin kamu. Setelah 2 tahun nggak ketemu, masa aku pergi gitu aja," jawabnya sambil tertawa kecil.

"Kamu nunggu di sini?" tanyaku lagi sambil memandang ke sekelilingku.

Tempat ini sudah gelap gulita. Suasana di sekitar toko bakery yang terletak sedikit jauh dari pusat pertokoan ini bahkan hampir gelap total ketika cahaya yang berasal dari dalam bakery akhirnya dimatikan.

"Sekarang lebih baik kita cari makan. Kamu belum makan, kan?"

"Tapi Ditt, buat apa kamu nungguin aku sampe jam segini? Ada yang penting?"

Aku masih tidak mengerti mengapa ia menungguku sampai selarut ini. Selain fakta pertemuan terakhir kami adalah dua tahun yang lalu, aku tidak bisa menemukan alasan tepat kenapa ia bisa bertindak sejauh ini.

"Yang penting buatku sekarang adalah makan malam. 3 gelas kopi dan 2 donut yang ada di perutku butuh teman yang lebih berat," ucapnya sambil mulai berjalan di depanku tidak memberikan kesempatan untuk bertanya lebih lanjut lagi.

Akhirnya kami masuk ke salah satu rumah makan padang yang berada tidak jauh dari tempatku bekerja. Ditto masih saja bersikap tidak acuh dan kini terlihat sibuk melahap hidangan demi hidangan yang ada di hadapannya.

Ia tidak banyak berubah dari terakhir kali kami bertemu. Wajahnya tetap sepolos dulu, matanya masih saja hampir menjadi segaris dengan lesung pipit yang menghiasi pipinya saat ia tersenyum. Potongan rambutnya memang jauh lebih rapih sekarang dan kini ada sebuah kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

Ditto adalah salah satu teman SMA dan teman seangkatanku di kampus meskipun jurusan yang kami ambil berbeda. Sama seperti teman-teman kami kebanyakan, aku rasa ia juga seharusnya sudah lulus dari tempat yang masih aku kunjungi setiap harinya sekarang. Kalau saja bukan karena perubahan hidupku mungkin aku juga sudah lulus dan mandiri sekarang.

"Melamun aja. Kamu nggak lapar?" tanyanya sambil melirik ke piringku yang belum tersentuh.

Aku menggelengkan kepalaku mendengar pertanyaannya. Aku memang sudah makan sebelum menutup toko tadi.

Sudah menjadi kebiasaanku memakan sisa roti yang ada sebagai makan malamku. Alhasil sekarang perutku masih merasa kenyang meskipun hidangan yang di depanku terlihat cukup lezat dan menggiurkan.

"Kamu kerja di sana sekarang?"

"Iya sambil menyelesaikan kuliah. Kamu?"

"Di salah satu perusahaan advertising di deket sini. Selain kuliah dan kerja di bakery tadi, biasanya kamu sibuk apa lagi?"

Entah mengapa pertanyaannya barusan mengusik diriku. Ada rasa malu dan takut yang tiba-tiba saja terasa begitu mencekam. Pertanyaannya menyadarkanku kalau aku bukanlah Ayu yang sama dengan Ayu yang dikenalnya dua tahun yang lalu.

"Nggak ada."

Kebohongan itu keluar dari mulutku begitu saja yang kemudian diikuti anggukan kepalanya.

"Kamu nggak nulis lagi?"

Aku kembali menggelengkan kepalaku mendengar pertanyaannya.

"Kenapa?"

 Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku menulis. Mungkin apa yang kualami dua tahun belakangan ini mengajarkanku kalau aku harus berhenti membohongi diriku dengan menulis cerita bertema-tema cinta yang hanya sekedar ilusi belaka.

Aku berusaha tersenyum untuk menjawab pertanyaannya berharap akan cukup membuatnya berhenti bertanya.

"Jadi apa alasannya kamu menunggu aku sampai selarut ini?"

Mendengar pertanyaanku, ia terlihat tidak acuh dan kembali sibuk dengan makanannya.

"Ditto..."

"Memangnya harus ada alasan khusus ya? Kamu sendiri dua tahun bisa ilang tanpa kabar. Sekarang kamu tinggal dimana?"

Lagi-lagi ia menanyakan hal yang tidak ingin kujawab. Kenyataan kalau aku sudah pindah dari komplek perumahan ke sebuah gang kecil di daerah kumuh bukanlah hal yang patut kuceritakan. Aku tidak suka dikasihani. Terutama oleh Ditto yang kutahu pasti akan terkejut jika mengetahui kondisiku sekarang.

"Nggak mau jawab lagi? Yu... sebenarnya apa..."

"Ditto... kalau maksud kamu nungguin aku cuman mau nanya hal yang nggak penting kayak gini, lebih baik aku pulang sekarang."

Ia menahanku yang awalnya beranjak berdiri meninggalkannya. Ia menatapku seolah mengerti.

"Sorry, Yu. Iya, aku nggak akan tanya lagi soal itu."

Ucapannya berhasil membuatku membatalkan niatanku untuk beranjak dari tempat itu.

"Tapi, kamu harus janji nggak akan ngilang lagi.....karena aku nggak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya," ucapnya terdengar lirih.

**

-bersambung-

Sleep With Me Tonight [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang