Part Two

112K 3.5K 154
                                    

Dani mendapatkan ucapan selamat dari beberapa dokter lainnya ketika berhasil menyelesaikan tugasnya. Dokter muda itu terlihat bangga dengan senyuman menawannya.

"Ah, anakku sudah besar rupanya."

"Pa..." rajuk Dani dengan mendengus pelan, namun tak urung tersenyum hangat pada Hardi, ayahnya.

"Yasudah, kembali ke ruanganmu dan beristirahatlah, akan ada beberapa dokter yang menangani pasien itu setelah ini. Kau hanya perlu duduk manis, Boy." Ia menepuk bahu Dani pelan dan terkekeh geli begitu mendengar decakan Dani.

Dani tersenyum mengamati punggungnya yang berlalu. Kini ia benar-benar berada di posisi ayahnya dulu, ia dapat mengatur semuanya sesuka hati. Namun tentu saja, ia akan tetap menghargai pendapat Hardi.

Tepukan di bahunya membuatnya menoleh.

"Kantin?" ajak seorang dokter yang tidak kalah tampan dengannya. Arnando. Atau yang biasa di sebut Ando.

Tidak, Ando bukanlah teman baru untuk Dani. Mereka sudah bersahabat sejak SMP, namun karena keinginan Dani yang tak ingin dikalahkan kecerdasannya oleh Ando, maka ia meninggalkan Ando dengan kegilaan keduanya yang sering mereka lakukan bersama, dengan melanjutkan study ke luar negeri.

Ando sempat terkekeh mendengar penjelasan alasan sahabatnya itu ke luar negeri, ia tidak menyangka dirinya akan menjadi alasan atau sebuah motivasi untuk Dani sendiri, sehingga menjadi lebih hebat darinya.

Dani hanya mengangguk menanggapi Ando. Mereka jalan berdampingan, membuat semua orang, baik pekerja maupun para pasien menatap kearahnya. Dani yang lebih tinggi dari Ando, lebih menjadi pusat perhatian dengan sikap cueknya. Sedangkan Ando terlihat lebih ramah pada semua orang yang tidak malu-malu menyapa keduanya.

"Ando..."

Panggilan lembut dari seseorang membuat mereka menoleh.

"Hai, Karin."

Ando tersenyum dan menghampiri wanita itu, meninggalkan Dani yang menatap mereka datar. Namun jujur saja, Dani sempat terpana melihat kecantikan dokter itu. Ya, terlihat dari jas putih yang dikenakannya. Menambah kesan elegan pada sosok lembut nan anggun wanita itu.

Apa mungkin wanita itulah yang tengah dicarinya?

Ia menggeleng samar, menepis pikiran tersebut. Tidak. Tidak boleh terjadi. Melihat binar mata Ando juga Karin sendiri saat mereka berpandangan. Pasti terdapat sesuatu dibaliknya. Dan ia tidak mungkin sudi menjadi penghancur hubungan orang! Apalagi Ando adalah sahabatnya, Karin juga terlihat wanita baik-baik.

Dani berdeham, membuat keduanya menoleh. Karin menunduk karena malu, sedangkan Ando menyengir tak karuan.

"Oh iya, Karin. Kenalin ini Dani dan Dani, kenalin ini Karin." Ando mengucapkan nama Karin ketika menatapnya dengan senyuman seraya mengedip sebelah mata.

Dani mengangguk, ia memahami kode yang diberikan Ando. Benar dugaannya. Mereka adalah sepasang kekasih.

Dani mengulurkan tangannya, hal serupa dilakukan Karin.

"Dani."

"Karin."

Dani tersenyum tipis membalas senyum ramah yang dilemparkan untuknya dari wanita itu. Ia melepaskan tangan lembut tersebut dari genggamannya. Bukan, ia hanya mengaguminya. Terbukti dari detak jantungnya yang normal saat kedua mata itu menatapnya bersahabat, seperti halnya Ando.

"Oke, kita ke kantin bareng."

Mereka berjalan bersisian. Karin di sebelah kiri, Ando berada di tengah, dan Dani di sebelah kanan. Dapat di bayangkan? Dani menjadi obat nyamuk karena Ando yang selalu menoleh kearah kiri. Ia memutar mata dan memijit pelipisnya pelan.

Adore You, Doctor!Where stories live. Discover now