VOINU halaman 2

284 6 9
                                    

Ave masih diam terpaku di hadapan pintu besar berukir naga itu. Ia masih saja merasa tak tenang, walau sudah berkali-kali ia gumamkan kalimat saktinya.

"Semua akan baik-baik saja," ucapnya sekali lagi.

 Mata Ave menatap lekat-lekat pintu besar di hadapannya, berusaha menerawang apa yang sedang terjadi di balik pintu itu. Mungkin ayahnya sudah berada di dalam, menunggunya untuk segera melimpahkan tugas yang telah diemban selama bertahun-tahun.

Ave memberanikan diri memegang handle pintu yang berbentuk kepala naga. Tubuhnya gemetar sementara fikirannya dipenuhi bayangan menakutkan yang mungkin akan dilaluinya dalam upacara nanti. Dihembuskan nafas yang terasa berat, sambil perlahan membuka pintu itu sedikit demi sedikit.

 "Tidak begitu menakutkan, kau terlalu berlebihan membayangkannya."

Ave terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakang. Aura tidak nyaman seketika menyeruak semakin mengacaukan perasaan Ave. Ave menoleh untuk memastikan si pemilik suara tersebut dan ia langsung menyesali tindakannya. Di hadapannya sepasang mata menatapnya tajam. Seketika nafasnya tercekat dan ia melangkah mundur ke belakang, mencoba membuat jarak. Disandarkan punggungnya pada pintu yang entah bagaimana tiba-tiba terbuka dan membuatnya jatuh dengan sukses menghantam lantai marmer yang keras dan dingin.

 "Aduh!" pekik Ave.

"Kau tak apa?" ucap suara dingin dan tenang itu lagi. Pemuda pemilik suara itu telah berdiri di hadapan Ave , mengulurkan tangan menawarkan bantuan.

Ave mengucap sumpah serapah dalam hati meratapi kesialan yang baru saja ia alami. Ia ingin memarahi orang yang membuatnya jatuh, tapi buru-buru diurungkan niatnya karena sadar siapa yang ia hadapi sekarang. Dia adalah Zenith Regalia, kakak kandung Valen Regalia, sang Dark Guardian. Wajah mereka sekilas terlihat mirip, hanya rambut hitam pekatnya yang membuat mereka tampak berbeda, dan juga matanya. Mata pemuda itu sangat berbeda, hitam pekat dan selalu memancar dingin seakan mampu membekukan orang yang menatapnya. Itulah kenapa Ave tak pernah berani menatap mata pemuda itu secara langsung. Belum lagi ditambah kemampuannya untuk membaca dan mengendalikan fikiran, yang diperolehnya dari kekuatan Dark Voinu.

"A-a-ku tak apa," ucap Ave gugup. Ia berpegangan pada pintu untuk membantunya berdiri. Namun Zenith dengan cepat memegangi bahunya dan mengangkat tubuh mungil Ave dengan mudah. Ditegakkannya tubuh Ave bersandar pada pintu yang sudah terbuka, memperlihatkan ruangan perpusakaan yang luas dipenuhi rak-rak buku yang berjajar di setiap sudut dinding.

"Apa kau yakin?" tanya Zenith datar dengan tatapan matanya yang tajam.

Ave gemetar, dengan susah payah ia berusaha mengeluarkan suaranya, "I-iya."

"Hei, apa yang kalian lakukan? Ini bukan saat yang tepat untuk berpacaran tau," sebuah suara lain datang dari arah tangga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2012 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VOINUWhere stories live. Discover now