34. Praktikum

11.9K 1.2K 61
                                    

Melalui tatapannya itu, Adnan sedang mencoba memikirkan sesuatu. Berusaha menyambungkan sesuatu tersebut, dengan sesuatu yang lain.

• • •

"Eh, gue ganteng, gak?" Pertanyaan yang selalu Yudan tanyakan pada teman-temannya tiap kali ia mengenakan jas lab. Pagi itu, tepat pukul 08.30, dimulainya mata pelajaran kedua, semua siswa kelas X-Delapan sudah berada di ruang laboratorium. Dan saat ini mereka sedang menunggu kedatangan Prof. Merry barulah mereka bisa memulai pelajaran.

"Enggak," celetuk Daniel terang-terangan dengan gelengan kecil.

"Lumayanlah, lumayan," sahut Lukas sambil tersenyum pada pantulan wajahnya sendiri dalam cermin kecilnya. Menyisir rambutnya kebelakang dengan kelima jarinya.

"Coba gue pinjem kaca lo, Kas."

Tanpa menunggu diperbolehkan, tangan Yudan sudah cekatan menyambarnya. Namun tak lama ia kembalikan lagi benda itu pada pemiliknya sembari mengeluh, "Ah kurang gede. Lain kali bawa yang gedean, Kas. Biar puas ngacanya."

"Jangan gede-gede, ntar pas lo pake langsung pecah, ribet beresinnya. Kesian OB Lawden," Adnan yang tidak diajak bicara, tahu-tahu ikut menyahut.

"Sial! Awas aja lo minjem kalau gue ada yang gede," ancam Lukas seraya menyodorkan kepalan tangannya ke arah Adnan.

Adnan menggeleng dengan senyuman miring. "Sori, gue gak butuh kaca. Soalnya gue udah tahu kalau gue ganteng dari masih zigot."

"Cih," Orang-orang berdecih mendengarnya. Pun dengan mereka yang tidak diajak bicara namun mampu menangkap obrolan lima orang, eh salah, empat orang gila di belakang. Tanpa Ethan.

"Selamat pagi, boys." Tahu-tahu Prof. Merry, ahlinya kimia, biologi, dan fisika, memasuki ruang lab praktikum. Namun wanita yang usianya berkisar kepala lima itu ternyata tidak datang sendiri. Ada banyak bayangan orang di luar lab yang tembus melalui dinding kaca. "Baik, semuanya. Karena Prof. Frans tidak bisa masuk dan tidak bisa mengajar kelas kalian, jadi khusus hari ini, kalian bisa ikut materi kelas saya saja. Kita akan praktek bersama kelas XI-Enam. Anggap saja ini sebagai proses pengenalan kalian untuk memerhatikan proses praktek bedah organ tubuh hewan yang akan dilakukan oleh senior-senior kalian."

Setelah menjelaskan, Prof. Merry keluar sesaat. Tak lama kembali lagi beramai-ramai dengan anak kelas XI – Enam. Ada Raka juga di antara mereka mereka. Tanpa menunggu perintah Prof. Merry lagi, mereka langsung berinisiatif untuk memakai jas lab masing-masing. Juga langsung menempati posisi meja secara teratur.

"Jadi, hari ini kita akan melakukan praktik struktur hewan. Dan hewan yang akan kita gunakan saat ini adalah burung merpati. Tujuannya untuk mengetahui morfologi dan anatomi burung merpati," jelas Prof. Merry, singkat. "Tapi sebelumnya, saya akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang. Satu kelas XI, satunya lagi kelas X. Untuk mempersingkat waktu, saya mau kalian menempati meja berdasarkan nomor urut absen. Bagi kelas XI, nomor absen pertama berada di paling depan sini," Jari telunjuk Prof. Merry mengarah pada meja paling depan, pojok sebelah kirinya. "dan yang paling terakhir berada di paling belakang, ujung sebelah kanan. Namun bagi kelas X, saya mau kebalikannya. Yang paling pertama berada di paling belakang, ujung sebelah kiri. Dan yang paling terakhir berada di paling depan sebelah kanan saya. Selang-seling, ya. Kelas Sebelas, kelas sepuluh, kelas sebelas, kelas sepuluh, begitu pun seterusnya."

Tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung menghitung nomor absen mereka masing-masing, agar mereka tahu, di meja nomor berapa yang harus mereka tempati.

"Saya rasa lima belas menit waktu yang cukup buat kalian untuk menentukan tempat masing-masing." Wanita yang nampak terlihat lebih muda dari umurnya itu terus menitah dari tempatnya berdiri di depan papan tulis laboratorium yang cukup besar itu, dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Emerald Eyes 1&2Where stories live. Discover now