Nadine [2]

5.2K 883 50
                                    

"Nad, tolong ambilin bedak Mama ya."

Aku mengangguk. Berjalan ke arah meja rias dan mengambil tas make up Mama. Mama sih bilang cuma ambilin bedak, tapi aku yakin kalau ujung-ujungnya Mama bakalan touch up ulang make upnya. Padahal, dandanannya udah sempurna tuh. Nggak ada satu noda nggak sempurna di sana.

"Sini deh Nad, Mama benerin make up kamu."

Aku menggeleng cepat. No no no no. Aku nggak mau ya kena polesan ajaib tangan Mama. Beda generasi, beda pula make upnya. Sekarang kan lagi musim make up minimalis. Umur aku juga masih muda. Baru lulus SMA dan nganggur setahun karena belum niat mau ngapa-ngapain. Mau mencari jati diri dulu sih. Urusan jurusan pas kuliah, perlu di pikirin bener-bener kan? Aku nggak mau nantinya salah jurusan.

"Sini, Nad!" panggil Mama lagi.

"Nggak Ma. Nadine mau makan aja," tolakku halus. Aku lalu meninggalkan ruangan di belakang panggung resepsi. Sedikit tertatih karena wedges yang aku pakai di acara ini. Untung Mama berpikir modern dan nggak nyuruh pake kebaya. Kak Hilda juga setuju-setuju atas pilihan Mama selaku bintang utama di acara resepsi ini.

Memang ya, jadi pekerja kantoran workaholic macam Kak Hilda bener-bener luar biasa. Urusan nikah aja, segalanya diurus sama Mama dan besan. Semoga aja dengan nikah sama Mas Pram lantas bisa mengubah workaholic Kak Hilda. Masa iya, Mas Pram mau diduain sama kerjaan.

"Mam, Yudha tunggu sini ya," suara ringan yang terdengar merdu mampir di telingaku. Radar menangkap cowok ganteng punyaku selalu aktif. Dan nggak salah kan, karena hal itu memang bekerja.

"Kamu apa-apaan sih! Minimal kita temuin dulu Ira dan pengantin." Bentak ibu-ibu seumuran Mama yang tampil cetar. Wow. Kalau kayak gini, ibu-ibu cetar itu bisa ngalahin dandanan Mama. Pantes aja Mama dari tadi memastikan dandanannya nggak cacat sedikit pun.

"Yudha masih laper, Mam."

Orang yang dipanggil Mama terlihat mengehela napas kesal. Tetapi pada akhirnya melepaskan pria yang merengek-rengek itu. "Tunggu sini!"

Cowok itu mengangguk. Senyum sumringahnya keluar. Dan wow! Dia jadi tambah ganteng. Mirip Cha Eun Woo kawe super. O M G. Mau deh aku nggelosor sama dia.

 Mau deh aku nggelosor sama dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu Nadine, kan?"

"Huh?"

Ibu-ibu berkonde yang tadi ngobrol sama Cha Eun Woo nggak tau gimana caranya tiba-tiba udah ada di depanku. Wajahnya terlihat sumringah dan tadi...

"Nadine kan?" ulangnya.

Aku mengangguk. Membuat sang tante berkonde memekik senang. "Bener kaaan, Tante nggak salah. Aduduh. Kamu udah gede aja ya. Pangling deh Tante. Cantik gini juga kayak Tante pas masih muda," tambahnya bertubi-tubi.

Aku yang shock cuma bisa menurut ketika tante berkonde cipika cipiki. Aduh, make up si tante bakalan nempel di aku semua nggak ya.

Bakat cerdas dari Papa yang professor langsung bereaksi. Tadi si tante berkonde bareng Cha Eun Woo kan? Mereka terdengar seperti ibu dan anak.

"Tante..."

Sang tante berkonde tertawa. "Masa kamu lupa sih, Nad? Ini loh tante Mona. Ibunya Yudha."

Aku semakin nggak paham. Kayaknya sih kelihatan banget nggak pahamnya sampai si tante menepuk dahinya.

"Ah, kamu masih bayi, makanya nggak inget. Jadi tuh Mama kamu, temenan sama tante sebelum keluarga kalian pindah ke Solo. Kami baru aja nyambung lagi pas tahu kalau kalian pindah ke Bogor. Terus belakangan, Mama kamu suka kirim foto kamu. Makanya tante apal wajah kamu. Kalau kamu masih lupa, nggak apa-apa. Nanti juga ingat sendiri."

Aku meringis. Bingung mengahadapi tante-tante ceriwis gini.

"Mama kamu di mana? Tante mau dong ketemu dia."

"Eh tapi... Nganu tan..."

"Udah, ayo temani Tante. Tante tuh pengen banget punya anak cewek. Sampe iri sama Ira karena punya anak cewek dua. Kan seru bisa main dandan-dandan bareng. Anak Tante cuma satu. Cowok pula. Nggak lucu kan kalau dia didandani macam Princess Sophia. Meski dulu Mama kamu sering banget ngerjain Yudha jadi cantik banget."

Eh?

"Anak tante...."

"Tinggal aja udah. Dia sih emang hobi makan. Kalau catering kalian tiba-tiba abis, salahin aja deh si Yudha."

Aku nggak kuasa menjawab. Maksudnya kan pengen ketemu mas Eun Woo ganteng itu. Pengen memastikan semirip apa dia sama aslinya. Meski nggak mirip banget, aku tetep mau sih. Meneruskan bibit unggul itu wajib kan?

"Eh, kamu katanya baru lulus SMA ya? Belum tahu mau lanjut di mana?"

Aku mengangguk ketika tante Mona masih menyeretku. "Kamu bisa tanya-tanya sama Yudha. Dia juga dulu sempet nganggur setahun sebelum lanjut kuliah. Herannya, dia malah lebih cepet lulus daripada temen seangkatannya pas SMA. Entah kelewat pinter, atau nggak mau kelamaan kuliah."

"Boleh Tan?"

"Boleh lah. Kamu tinggal di Bogor ya? Kalau perlu, kamu boleh kok sering nginep di rumah Tante. Tiga bulan lagi mulai pendaftaran kan? Pilih Univ di Jakarta aja udah bagus kok."

Mataku langsung berbinar. Mungkin jawaban atas selama doa-doaku itu memang Cha Eun Woo. Duh, mimpi apa sih sampai disodorin cowok ganteng gini sama ibunya?

"Nanti Tante bantu ngomong sama Mama kamu ya. Yang penting kamu udah mau dulu. Gimana?"

Aku mengangguk kuat-kuat. Membuat Tante Mona tertawa riang sampai tujuan kami sampai.

Benar memang apa yang Tante Mona katakan. Beliau memang temen deket Mama sampai ruangan tunggu mempelai, jadi berisik banget sama duo emak-emak itu.

Bagus juga sih. Kalau jodohku memang Yudha alias Cha Eun Woo kawe, paling nggak jalannya bakalan dimudahin.

Aminin dong...

Hehehe.

💮💮💮












Ngalir aja ya.
Gue sendiri nggak tau mau dibawa gimana cerita ini.
Genrenya juga nggak tau jadi apaan.
Mengenai cast Yudha, anggep aja memang dia jadi Cha Eun Woo deh di sini.

Mengenai cast Yudha, anggep aja memang dia jadi Cha Eun Woo deh di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote komentarnya 😘

YUDHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang