Part I

199K 3K 51
                                    

Hai...hai...hai...see u again my beloved readers...lumayan lama yaaa baru hadirkan kisah baru, well...hope you enjoy this story 'n jangan bosan buat Vote 'n Komennya karena dengan Vote 'n Komen bikin witer tetap semangat 45 hehehe.....tak lupa buat silent readers, pleaseeeee bgt buat sekedar klik Vote....thank you 'n love you ^.^

    

"I love you," bisik Chris disela kebisuannya, perlahan Amber memalingkan wajahnya untuk menatap lelaki yang sudah 3 tahun menjadi kekasihnya. Lelaki berwajah tampan dan berambut pirang disampingnya itu dipenuhi dengan penyesalan dan yang paling membuat perasaannya lebih terenyuh ketika melihat mata kekasihnya itu berkaca-kaca.

"Maafkan aku, Amber. Aku tidak bermaksud.....Gosh, rasanya aku ingin menendang diriku sendiri. Kumohon, maafkan aku." pintanya sambil menatapnya balik dengan penuh permohonan yang membuat perasaan Amber semakin terhimpit antara rasa sakit dan rasa tidak enak melihat kekasihnya yang mengemis memohon maaf padanya.

Amber menggigit bibirnya sambil berusaha menenangkan perasaannya yang mulai mencair melihat bagaimana rasa bersalah menyelubungi lelaki itu, walau bagaimanapun perlakuan kekasihnya itu namun hasil akhirnya tetap sama.

"Please...katakan sesuatu, sayang. Aku tersiksa sekali melihatmu diam seperti ini." Chris menggapai kedua tangannya dan mengecupnya dengan lembut.

Mengesampingkan rasa sakit yang masih menyesak, Amber menghembuskan nafasnya dan tersenyum simpul. "I love you too."

Wajah kekasihnya itu bersinar lega, matanya berkilau dan senyum mengembang diwajahnya yang tampan. Dalam sekejab Amber sudah berada dalam pelukan erat lelaki itu dan ia memaksakan diri untuk menghilangkan luka yang semakin dalam pada hatinya perlahan mati rasa.

"Aku tidak ingin kehilanganmu, Amber. Aku tidak akan pernah mau melepasmu, selamanya kau milikku." bisik kekasihnya penuh perasaan. Mata biru lelaki itu terlihat begitu tulus dan sekilas Amber merasa kecut dengan rasa bersalah yang diperlihatkan lelaki itu setelah menyakitinya.

Amber menutup matanya dan pikirannya mulai berkecamuk, jika Chris memang benar-benar mencintainya lalu kenapa ia melakukan itu? Kenapa ia sampai hati...pertanyaan-pertanyaan itu selalu berputar dalam kepalanya memikirkan bagaimana terkadang kekasihnya bisa begitu kasar kepadanya dan ia sendiri tidak mampu untuk mengutarakan satu pertanyaanpun pada lelaki itu.

"Jangan lakukan lagi, Chris. Please," sahutnya berbisik sambil menghibur hatinya yang masih terasa sakit.

"Tidak akan, Amber. I swear to you," janji lelaki itu lalu mengecup puncak kepalanya, kebiasaan yang selalu dilakukan setiap kali lelaki itu melakukan kesalahan.

"Aku tidak apa-apa sekarang," selanya pasrah dalam pelukan hangat kekasihnya.

"Kau yakin?" ada keraguan yang tersirat dari nada suara Chris, lelaki itu melonggarkan pelukannya dan menatap Amber dengan khawatir.

Berusaha menyembunyikan apa yang ia rasakan, ia tersenyum hangat saat menatap langsung ke dalam mata kekasihnya. "Aku yakin, Chris. Kau tidak perlu khawatir."

Tangannya terangkat menangkup wajah lelaki itu untuk menghilangkan kecemasan lelaki itu sekaligus untuk meyakinkan Chris, ia ingin menyendiri agar bisa berduka atas keadaan dirinya yang terlalu lemah untuk bisa mempertahankan diri.

"Baiklah, jika kau sudah benar-benar memaafkanku." lelaki itu menunduk dan mengecup keningnya dengan sayang. "Aku harus kembali ke kantor."

Dengan enggan Chris melepaskan pelukannya dan meraih jas yang tergeletak di sofa, ia menoleh memperhatikan Amber untuk meyakinkan dirinya semua baik-baik saja dan Amber berdoa dengan sangat agar lelaki itu mempercayainya saja.

"Kembalilah bekerja." pinta Amber dengan wajah berseri untuk menghilangkan keraguan lelaki itu.

"Aku akan menjemputmu jam 7, kita akan makan malam di tempat yang spesial untuk kita." info Chris lalu memakai jasnya dan menuju keluar.

Amber berdiri termangu hingga ketika deru mobil terdengar menjauh meninggalkan rumahnya, ia terduduk lemas dilantai ruang tamu. Ia menunduk lemah, kilasan-kilasan yang terjadi siang itu kembali melintas dalam benaknya dan tikaman rasa sakit itu kembali terasa menusuk dalam hatinya.

Walau berapa kalipun ia berusaha untuk menghindari pertengkaran mereka bahkan mencoba untuk tidak menyinggung perasaan kekasihnya namun tetap saja kesalah pahaman itu terjadi dan akibatnya.....

Tangannya terangkat dan menyentuh pipi kanannya, bayangan akan apa yang terjadi terulang dalam benaknya diikuti dengan rasa panas dipipinya dan tanpa ia sangka setetes air mata mulai jatuh dipipinya dan ia menyerah pada ledakan tangis yang membuncah didadanya.

Ia menangisi dirinya yang begitu lemah, ia menangisi lelaki yang telah membuatnya lemah. Dan yang paling membuatnya menangis adalah walaupun ia sudah disakiti secara fisik maupun mental ia tetap tidak bisa meninggalkan kekasihnya karena ia tahu lelaki itu tidak akan sanggup hidupnya tanpanya.

Ia hanya bisa berharap kedepannya ia akan lebih bisa berhati-hati dan mencoba sekuat mungkin untuk tidak membuat Chris emosi lagi.

♥♥♥

Chris menghembuskan nafasnya dengan lesu, walau ia tahu Amber sudah memaafkannya namun ada perasaan yang mengganjal yang masih melekat dihati dan pikirannya. Ia tidak menyangka dirinya akan kehilangan kendali lagi walau ia sudah mencoba dengan keras untuk bisa menekan emosinya.

Ia menyandarkan dirinya dengan lemas dan sekelebat ingatan akan kejadian yang baru saja terjadi kembali terproyeksi saat ia tidak dapat menahan emosinya hingga sempat membuatnya gelap mata dan saat ia tersadar Amber sedang memgang pipi kanannya yang memerah, ia tidak bermaksud melakukannya lagi dan ia sangat menyesali akan apa yang sudah terjadi untuk yang kesekian kalinya.

Ia tahu apa yang ia lakukan tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa diterima, walaupun begitu ia sudah dimaafkan dan tetap dicintai seperti tidak pernah terjadi sesuatu yang menyakitkan bagi Amber. Ia meringis dan merasa begitu benci pada diri sendiri, ia sendiri tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Bayangan akan sakit hati yang terpancar dari wajah Amber membuatnya meringis, bagaimana mungkin ia melakukan itu pada wanita yang sangat ia cintai itu? Bagaimana ia bisa menyakiti wanita yang ia cintai lebih dari dirinya sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ia ajukan pada dirinya sendiri setiap kali ia tidak dapat mengendalikan emosinya dan sedang menyesali perbuatannya. Ia sudah mencoba untuk tidak mengikuti amarahnya namun ledakannya terlalu besar untuk bisa ia tahan dan.....

Ia menggosok wajahnya dengan kedua tangannya seakan mencoba menghapus ingatan akan kejadian yang baru saja terjadi, ia akan berusaha untuk lebih bisa menahan diri dan tidak lagi menyakiti kekasihnya dalam bentuk apapun.

♥♥♥

Amber menatap dirinya dalam cermin yang memantulkan bayangan cantik wanita berambut hitam panjang berombak dengan wajah yang terias sempurna untuk menutup tanda merah yang masih berbekas dipipi kanannya, gaun selutut warna biru cerah yang merupakan warna kesukaan kekasihnya itu seakan menunjukan hubungan mereka baik-baik saja. Ia sudah siap menyambut kedatangan kekasihnya dan bertekad untuk melupakan apa yang sudah terjadi siang tadi.

Deringan bel membuyarkan lamunannya, jantungnya berdetak lebih cepat saat kakinya berderap keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu depan. Ia merasa dirinya begitu konyol karena antisipasi dan sekilas rasa takut yang hinggap dihatinya lalu memarahi dirinya sendiri karena yang akan bertemu dengannya adalah kekasihnya sendiri dan bukan ditaktor yang akan menghukumnya setiap saat.

Dengan jantung yang masih berdetak cepat, Amber membuka pintu rumahnya dengan senyum yang dipaksakan mengembang diwajahnya. Ia bertekad tidak akan membiarkan dirinya mengacaukan makan malam mereka dengan menyinggung kembali kejadian siang tadi yang akan membuat situasi menjadi canggung sehingga ia menyimpan rasa sakit yang masih terasa segar itu jauh didalam hatinya.

    


-------> to next part ^.^

Vote....Komen....Share....



You Are Mine (Available On Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang